AS Menodong Pemerintah Lebanon: Negosiasi dengan Israel atau Perang!
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i179648-as_menodong_pemerintah_lebanon_negosiasi_dengan_israel_atau_perang!
Pars Today - Seiring dengan meningkatnya ancaman Israel untuk melancarkan serangan besar terhadap Lebanon, Amerika Serikat secara terbuka telah memberitahukan kepada Beirut bahwa Resolusi 1701 harus dilupakan, dan bahwa tidak ada opsi lain selain melalui perundingan langsung dengan Israel dan jika tidak, perang menjadi tak terelakkan.
(last modified 2025-11-05T09:45:29+00:00 )
Nov 05, 2025 14:58 Asia/Jakarta
  • Israel, Lebanon dan AS
    Israel, Lebanon dan AS

Pars Today - Seiring dengan meningkatnya ancaman Israel untuk melancarkan serangan besar terhadap Lebanon, Amerika Serikat secara terbuka telah memberitahukan kepada Beirut bahwa Resolusi 1701 harus dilupakan, dan bahwa tidak ada opsi lain selain melalui perundingan langsung dengan Israel dan jika tidak, perang menjadi tak terelakkan.

Menurut laporan Tasnim, dalam beberapa hari terakhir ancaman rezim Zionis untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap Lebanon, serta tekanan politik Amerika Serikat terhadap Beirut dengan tujuan menyeret negara itu ke arah normalisasi hubungan dengan Israel, meningkat secara signifikan.

Sumber-sumber yang mengetahui isi pesan-pesan yang dipertukarkan antara Beirut, Washington, dan sejumlah negara Arab mengungkapkan bahwa Amerika Serikat menolak segala pendekatan yang berada di luar kerangka perundingan langsung antara Lebanon dan Israel.

Amerika kepada Lebanon: “Negosiasi politik langsung dengan Israel, atau perang!”

Menurut laporan surat kabar Al-Akhbar, sumber-sumber ini menegaskan bahwa Amerika Serikat, dalam seluruh komunikasi dan kontaknya dengan para pejabat dan pihak-pihak Lebanon, telah berbicara dengan nada ancaman, dengan menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk mencegah serangan Israel adalah dengan mengambil langkah nyata untuk melucuti senjata Hizbullah dan berpartisipasi dalam perundingan politik langsung dengan Israel.

Amerika juga secara terbuka menyatakan bahwa mereka tidak berniat memberikan tekanan apa pun terhadap Israel.

Sumber-sumber ini, sambil menyinggung situasi yang semakin tegang di tengah ancaman Israel untuk membuka front perang di Lebanon, mengungkapkan bahwa situasi saat ini tampak sepenuhnya negatif.

Informasi terakhir yang diterima oleh pejabat Lebanon menunjukkan bahwa tanggapan Amerika terhadap usulan Lebanon untuk menerima “Komite Mekanisme” (komite pengawas pelaksanaan gencatan senjata) sebagai kerangka bagi negosiasi dengan pihak Zionis adalah penolakan.

Menurut sumber-sumber yang mengetahui situasi tersebut, hal yang menonjol dalam beberapa jam terakhir adalah bahwa setiap langkah positif dari pihak Lebanon justru dihadapi dengan meningkatnya kekerasan sikap Tel Aviv dan Washington.

Meskipun Joseph Aoun, Presiden Lebanon secara terbuka telah berbicara mengenai perundingan dengan Israel untuk mengakhiri keadaan perang, Amerika Serikat dan rezim Zionis tetap bersikeras bahwa negosiasi itu harus berlangsung sesuai dengan syarat-syarat mereka.

Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat secara resmi telah memberi tahu Lebanon bahwa mereka tidak memiliki niat untuk memperluas Komite Mekanisme atau menambahkan para ahli militer maupun sipil ke dalamnya, serta menganggap langkah itu tidak memiliki manfaat apa pun.

Lupakan Resolusi 1701

Seorang politikus Lebanon yang menjalin kontak dengan pihak Amerika Serikat dan meminta agar identitasnya tidak diungkapkan, menyatakan bahwa Amerika Serikat heran karena pihak Lebanon masih belum menyadari bahwa Resolusi 1701 secara praktis telah kehilangan efektivitasnya, dan bahwa Israel sama sekali tidak mematuhi resolusi itu maupun kewajiban yang ditetapkannya.

Politikus Lebanon itu menambahkan bahwa keinginan Israel adalah agar Lebanon memasuki perundingan politik langsung dengannya, dan kemudian hubungan antara kedua pihak berkembang ke arah kerja sama di bidang keamanan dan pelaksanaan administratif, hingga akhirnya mencapai bentuk koordinasi yang serupa dengan apa yang tercantum dalam Perjanjian 17 Mei 1983.

Menurut sumber yang sama, Amerika Serikat dalam setiap kontak dengan pejabat Lebanon selalu menegaskan bahwa Israel meningkatkan serangan militernya terhadap Lebanon dengan tujuan menekan Hizbullah dan memaksanya memberikan lebih banyak konsesi.

Israel dan AS Menunjuk Perwakilan untuk Lebanon!

Sumber ini menegaskan bahwa Washington dan Tel Aviv berupaya mencapai sebuah kesepakatan antara Israel dan Lebanon yang serupa dengan perjanjian yang sedang dijajaki dengan Suriah, dengan tujuan mengakhiri secara bersamaan krisis perbatasan selatan Israel dengan kedua negara tersebut.

Oleh karena itu, Israel menginginkan agar perundingan dengan Lebanon menjadi salinan dari negosiasi yang sedang dilakukan dengan Suriah.

Sumber-sumber yang mengetahui situasi ini mengungkapkan bahwa pihak Amerika Serikat semakin menekan agar perundingan politik antara Lebanon dan Israel segera dimulai, dan Tom Barrack, utusan khusus AS, telah siap memimpin sesi-sesi perundingan di ibu kota mana pun yang akan dipilih oleh Lebanon.

Menurut laporan ini, Amerika Serikat dan rezim Zionis bahkan telah melangkah lebih jauh dengan menyusun nama-nama orang yang mereka inginkan sebagai “perwakilan Lebanon” dalam perundingan tersebut!

Surat kabar Al-Akhbar, mengutip sumber-sumber Lebanon yang mengetahui masalah ini, melaporkan bahwa dua orang yang disebut oleh Israel sebagai perwakilan Lebanon dalam kemungkinan perundingan mendatang menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak mengetahui hal tersebut dan tidak memiliki keterlibatan apa pun dalam isu ini.

Sementara itu, sumber-sumber yang bertemu dengan Nabih Berri, Ketua Parlemen Lebanon, melaporkan bahwa Berri berpendapat langkah paling tepat bagi Lebanon dalam situasi saat ini adalah mengirim seorang ahli sipil atau teknis yang berpengalaman dalam masalah perbatasan untuk bergabung dengan tim militer yang bertanggung jawab melaksanakan setiap perjanjian yang berkaitan dengan penghentian perang.

Mesir Peringatkan Bahaya Perang yang Dipicu Israel

Sementara itu, ancaman rezim Zionis terhadap Lebanon terus meningkat, dan Israel bahkan membocorkan informasi terkait rencana militernya untuk menyerang Lebanon.

Di saat yang sama, pemerintah Lebanon tengah bersiap membahas laporan bulanan kedua militer terkait misinya di selatan Sungai Litani, sementara para mediator internasional menyatakan belum menerima tanda apa pun dari Tel Aviv mengenai keinginan untuk meredakan ketegangan, hal yang menimbulkan kekhawatiran serius di Beirut.

Amerika Serikat, sejalan dengan ancaman rezim Zionis tersebut, juga mengirimkan pesan kepada Lebanon, menegaskan bahwa pernyataan Israel bukan sekadar gertakan politik, melainkan menunjukkan kemungkinan nyata bahwa Lebanon dapat menjadi sasaran serangan besar-besaran sebelum akhir bulan ini.

Beberapa sumber Lebanon melaporkan bahwa Hasan Rasyad, Menteri Informasi Mesir, dalam kunjungan terbarunya ke Beirut, memperingatkan kemungkinan Israel melancarkan serangan besar di wilayah Lebanon, baik melalui operasi keamanan maupun militer.

Menurut laporan ini, pejabat Mesir itu mengajukan sebuah inisiatif kepada Lebanon dengan mediasi Kairo, yang isinya mengusulkan agar Hizbullah menghentikan aktivitasnya di seluruh wilayah Lebanon untuk jangka waktu tertentu sebagai imbalan atas penghentian bentrokan dengan Israel, dan secara bersamaan membuka jalan bagi dimulainya proses perundingan antara Lebanon dan Israel.

Namun, Tel Aviv hingga kini menolak usulan tersebut.

Peningkatan Manuver Intimidasi Media Zionis terhadap Lebanon

Sementara itu, provokasi media dan politik yang dilakukan oleh rezim Zionis terhadap Hizbullah terus berlanjut. Dalam konteks ini, Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Rezim Pendudukan, pada hari Selasa (04/11) mengadakan pertemuan tertutup dengan kabinet keamanannya.

Media Zionis, dalam rangkaian manuver provokatifnya, melaporkan bahwa pertemuan ini membahas evaluasi terhadap kemungkinan respons militer atas dugaan pelanggaran berulang gencatan senjata oleh Hizbullah di sepanjang perbatasan Lebanon, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas aktivitas kembali kelompok omo dan ketidakmampuan tentara Lebanon untuk melucuti senjatanya.

Saluran 13 televisi rezim Zionis melaporkan bahwa Netanyahu telah mengadakan serangkaian pertemuan keamanan guna membahas langkah-langkah Hizbullah untuk membangun kembali infrastruktur militernya, sementara pemerintah Amerika Serikat meminta Israel untuk menahan diri hingga akhir bulan ini dan tidak melakukan tindakan militer di Lebanon.

Situs berita N12 yang berafiliasi dengan rezim Zionis juga mengutip seorang sumber keamanan yang mengatakan, “Kesabaran kami terhadap Hizbullah hampir habis, dan upayanya untuk kembali melakukan penempatan tidak akan dibiarkan tanpa hukuman.”

Hari Selasa, media berbahasa Ibrani melaporkan bahwa komandan militer Israel telah mengajukan beberapa opsi operasional di Lebanon kepada kabinet, termasuk peningkatan serangan terhadap target-target Hizbullah, dan kini menunggu persetujuan akhir.

Namun, pelaksanaan rencana-rencana tersebut masih bergantung pada sejumlah faktor, terutama hasil perundingan diplomatik yang sedang berlangsung antara Washington dan Beirut, serta perkembangan regional yang lebih luas yang dapat memengaruhi keputusan untuk meningkatkan atau meredakan ketegangan.

Media Zionis menegaskan bahwa pejabat militer Zionis Israel mengakui serangan udara hampir setiap hari yang dimaksudkan untuk mencegah penguatan kemampuan Hizbullah tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Pendekatan ini tidak berhasil melemahkan kekuatan Hizbullah, yang diyakini masih memiliki puluhan ribu roket, peluru kendali, pesawat nirawak, serta pasukan terlatih dalam jumlah besar.

Harian berbahasa Ibrani Haaretz melaporkan bahwa sumber militer Israel menyebutkan Hizbullah kini memusatkan upayanya untuk membangun kembali kemampuan militernya di utara Sungai Litani, bukan langsung di dekat perbatasan, dan kecepatan aktivitas tersebut meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Kanal “Kan” milik rezim Zionis, mengutip sumber-sumber keamanan, juga melaporkan bahwa Hizbullah tengah memusatkan upayanya pada perbaikan fasilitas logistik dan posisi pertahanan lapangan yang rusak selama bentrokan terakhir, serta melakukan redeployment persenjataan di sekitar Beirut.

Koran berbahasa Ibrani itu juga mengungkapkan bahwa pejabat militer Israel telah mengajukan sejumlah skenario kepada Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, beberapa di antaranya berisiko tinggi, termasuk kemungkinan operasi militer besar-besaran terhadap Lebanon dalam waktu dekat.

Kanal 12 televisi Israel dalam laporannya menyebutkan bahwa jika pemerintah Lebanon tidak mengambil langkah konkret untuk membatasi aktivitas Hizbullah dan melucuti senjatanya, maka Israel akan melanjutkan persiapan untuk kemungkinan putaran perang baru, sambil menunggu hasil tekanan diplomatik Amerika Serikat terhadap Beirut.(sl)