Penundaan KTT Liga Arab di Riyadh
(last modified Thu, 08 Mar 2018 10:17:19 GMT )
Mar 08, 2018 17:17 Asia/Jakarta
  • Kehadiran Presiden AS Donald Trump pada KTT Arab-AS di Riyadh, Mei 2017.
    Kehadiran Presiden AS Donald Trump pada KTT Arab-AS di Riyadh, Mei 2017.

Menteri Arab Saudi untuk Urusan Afrika, Ahmad Qattan mengatakan, pertemuan puncak Liga Arab yang seharusnya diadakan akhir Maret ini di Riyadh, ditunda sampai bulan April.

Penundaan ini diduga karena adanya ketidaksepahaman di antara anggota Liga Arab, terutama Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir dengan Qatar.

Arab Saudi Cs memutuskan hubungan mereka dengan Qatar sejak 5 Juni 2017, dengan tuduhan mendukung terorisme. Qatar sudah sering membantah tuduhan itu dan meminta mereka untuk menyerahkan bukti, dan pada dasarnya mereka sendiri adalah sponsor terorisme.

Sikap pasif Liga Arab telah membuat mereka dicap sebagai sebuah organisasi yang tidak efektif di kancah regional.

Krisis yang diciptakan Saudi dalam hubungannya dengan Qatar telah menghadirkan babak baru dari permusuhan dan ketidakpercayaan di antara negara-negara Arab. Konflik lebih lanjut antara Riyadh dan Doha tampaknya telah menciptakan kisruh internal di Liga Arab.

Liga Arab, yang sedianya melambangkan persatuan negara-negara Arab dalam membangun perdamaian, stabilitas, dan kerjasama di semua bidang, kini telah berubah menjadi sebuah organisasi yang tidak efektif dan instrumen politik bagi negara tertentu seperti, Arab Saudi.

Dalam konteks ini, Liga Arab hanya mengeluarkan pernyataan normatif, tanpa memberikan solusi untuk krisis regional, termasuk masalah Palestina, krisis Suriah, Yaman, dan Libya. Organisasi itu secara praktis telah menjadi arena duel di negara-negara Arab dan tidak memberikan solusi atas krisis yang dihadapi dunia Arab.

Hampir tidak ada tindakan efektif dan berguna yang dilakukan Liga Arab, mengingat para anggotanya terlibat dalam perseteruan internal, persaingan politik, tidak memiliki kebijakan mandiri, dan kebanyakan dari mereka juga mengikuti dikte Barat. Dalam konteks ini, Liga Arab praktis telah mengambil langkah mundur dalam hubungan internasional.

Ketua Partai al-Nasiri Mesir, Mohammed Abu al-'Ala mengatakan, Liga Arab sudah lama mati untuk bangsa-bangsa Arab. Selama organisasi ini masih menuruti keinginan para penguasa di pesisir Teluk Persia, maka ia bukan sebuah institusi yang layak untuk bangsa Arab. Abu al-'Ala menekankan bahwa saat ini negara-negara Arab telah menjadi target konspirasi Barat untuk pemecahan wilayah dan konflik antar-etnis. Oleh karena itu, perlu diambil sikap yang sesuai dengan tingkat bahaya, namun Liga Arab sudah tertidur pulas.

Liga Arab tidak memperlihatkan visi yang jelas jika menelisik perkembangan selama 73 tujuh sejak pembentukannya, dan ia malah larut dalam perseteruan internal. Jadi, tidak heran jika ada pengamat politik yang menyebut penundaan KTT Liga Arab di Riyadh sebagai bentuk dari kematian klinis organisasi tersebut. (RM)