Kehidupan Masyarakat di Damaskus dan Paris Hari Ini
-
Damaskus dan Paris.
Meskipun Suriah dilanda krisis sejak tahun 2011 akibat perang proxy yang dilancarkan Barat dan sekutunya di kawasan, namun masyarakat Damaskus hari ini masih bisa menjalankan aktivitas mereka seperti biasanya.
Krisis Suriah meletus menyusul serangan luas milisi bersenjata dan kelompok-kelompok teroris Takfiri yang didukung oleh AS dan sekutunya di kawasan. Mereka berusaha menggulingkan pemerintahan sah Presiden Bashar al-Assad.
Kelompok-kelompok teroris dukungan Barat dan sekutunya itu telah melakukan berbagai kejahatan mengerikan di Suriah yang menyebabkan ribuan orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi. Namun berkat perlawanan gigih rakyat Suriah, kini negara ini berhasil merebut berbagai daerah yang diduduki milisi dan kelompok teroris dukungan asing. Idlib adalah wilayah terakhir yang masih di bawah pendudukan milisi dan teroris.
Sementara itu, di salah satu negara pendukung kelompok-kelompok bersenjata di Suriah seperti Perancis sedang dilanda demonstrasi besar-besaran. Contohnya di Paris.
Paris telah berulang kali diwarnai demo besar-besaran. Unjuk rasa terbaru kali ini telah memasuki minggu ketiga. Para demonstran berunjuk rasa di ibu kota Perancis dan membuat pihak kepolisian terpaksa melakukan tindak tegas. Akibatnya, sebanyak 107 orang ditangkap pihak kepolisian setempat.
Pasukan polisi anti huru hara Perancis telah bentrok dengan para pengunjuk rasa pada minggu ketiga yang disebabkan oleh kenaikan harga solar. Kelompok demonstran yang disebut dengan "rompi kuning" ini beberapa di antaranya melemparkan proyektil ke arah petugas. Akibatnya, pihak kepolisian menembakkan gas air mata, granat kejut, serta meriam air di Champs Elysees dan telah menangkap sebanyak 107 orang demonstran di sana.
Kemarahan warga Perancis ini memiliki alasan karena harga bahan bakar solar yang naik drastis yang membuatnya kesulitan akibat biaya hidup yang terlampau tinggi. Padahal, beberapa hari lalu pihak demonstran mencoba untuk melakukan protes secara damai dan pihaknya mengatakan telah terbuka mengenai gagasan tentang bagaimana pajak bahan bakar diterapkan.
Presiden Perancis, Emmanuel Macron, menilai kebijakan bahan bakar yang diputuskannya untuk memerangi pemanasan global. Sayangnya, penjelasan dari Macron sendiri membuat sebagian besar demonstran tidak puas dan tidak cukup untuk meredakan kekacauan ini.
Beberapa tempat umum seperti toko, bank, dan kafe di sekitar lokasi demo telah dipenuhi sebanyak ribuan demonstran dan jalan-jalan di sekitarnya telah diblokir oleh mereka. Di antara mereka, ada yang membentangkan tulisan spanduk yang bertuliskan "Macron, berhenti memperlakukan kami seperti idiot", namun ada juga yang menyembunyikan wajah mereka dengan menggunakan topeng dan kacamata.
Demonstrasi tersebut adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Macron sejak memimpin Perancis sekitar 18 bulan lalu. Sama seperti yang terjadi sebelumnya, beberapa demonstran menyanyikan lagu kebangsaan Perancis ketika melakukan demo.
Perdana Menteri Perancis, Edouard Philippe, mengatakan setidaknya ada 36.000 orang melakukan serupa di seluruh Perancis pada pekan ketiga ini. Gerakan "rompi kuning" semakin hari semakin berkembang melalui media sosial yang mencakup kemarahan warga yang semakin meningkat setelah putusan kontroversial Macron ini. Sebagian besar dari mereka yang semula merupakan pendukung Macron kini berbalik arah setelah kebijakan baru tersebut.
Sebelumnya, Macron menuduh demo besar-besaran ini didalangi oleh pihak oposisi politik. Ternyata, gerakan seperti ini juga terjadi di negara tetangga Perancis, Belgia. Di sana, pihak kepolisian anti huru hara menggunakan meriam air untuk membubarkan para demonstran gerakan "rompi kuning" yang telah melemparkan batu serta membakar 2 buah kendaraan milik kepolisian kota Brussels.
Juru bicara pemerintah Perancis Benjamin Griveaux mengatakan perdana menteri dan menteri dalam negeri akan membicarakan kemungkinan penerapan situasi darurat guna mencegah terulangnya instabilitas di negara itu. (RA)