Empat Inti Pidato Sekjen Hizbullah di Hari Martir
Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hassan Nasrullah, Rabu (11/11/2020) malam menyampaikan pidatonya bertepatan dengan Hari Syahid. Pidato ini dapat dijelaskan dari empat sisi.
Pertama, pidato Sayid Hassan Nasrullah dikhususkan membahas perundingan perbatasan Lebanon dengan rezim Zionis Israel.
Putaran keempat perundingan penentuan garis batas Israel dan Lebanon berakhir Rabu (11/11). Banyak propaganda yang berusaha menggambarkan seolah-olah perundingan ini adalah kelanjutan perundingan negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, namun Sekjen Hizbullah dalam pidatonya membantah hal ini dengan tegas.
Ia mngatakan, perundingan hanya untuk menentukan garis batas, dan bukan pendahuluan untuk sesuatu yang lain.
Kedua, pidato Sekjen Hizbullah terkait dengan penjelasan tentang pertempuran melawan Israel. Sayid Hassan Nasrullah dalam hal ini menyinggung pesan politik kesabaran Hizbullah, dan mengatakan bahwa kebijakan ini menyebabkan untuk pertama kalinya Israel mengubah strategi agresif menjadi defensif, di sisi lain ia ketakutan untuk terjun berperang melawan Hizbullah.
Pada saat yang sama, kebijakan sabar Hizbullah memberikan dampak negatif pada semangat tempur pasukan Israel. Sekjen Hizbullah juga menyinggung soal janji pemindahan yang diberikannya pasca kesyahidan Ali Kamil Mohsen, akhir Juli 2020 lalu, dan janji ini tertunda seiring dengan ledakan hebat yang mengguncang Beirut pada 4 Agustus 2020.
Ketiga, pidato Sayid Hassan Nasrullah juga menyinggung pemilu presiden di Amerika Serikat. Pilpres Amerika berlangsung pada 3 November 2020, namun 10 hari setelahnya hasil pilpres secara resmi belum juga diumumkan, dan presiden petahana bersama Partai Republik tidak mau menerima hasil pilpres yang diumumkan media, dan selain mempersoalkan kejujuran pemilu, juga tidak mengakui kekalahan.
Kekhawatiran muncul di dalam Amerika terkait mekanisme peralihan kekuasaan dari Presiden Donald Trump ke Joe Biden, bahkan ada yang memprediksi akan terjadi bentrokan. Sekjen Hizbullah menyebut kondisi ini sebagai sebuah hal yang memalukan bagi demokrasi, dan bukan hanya terkait dengan Trump, tapi dengan semua Partai Republik.
Poin lainnya adalah, Sayid Hassan Nasrullah menegaskan, hasil pilpres Amerika apapun itu, tidak akan mengubah apapun di kawasan, pasalnya satu-satunya prinsip asasi, dan prioritas Amerika adalah mendukung Israel, dan menjaga keunggulan militernya.
Keempat, pidato Sayid Hassan Nasrullah menjelaskan kebijakan Amerika terkait Lebanon selama beberapa tahun terakhir. Lebanon pada tahun 2018 menggelar pemilu parlemen yang dimenangkan koalisi perlawanan.
Sayid Hassan Nasrullah percaya Amerika dengan kegagalan proyek-proyeknya di Lebanon, menggunakan strategi menciptakan fitnah, dan merusak citra Hizbullah. Fitnah dalam kerangka krisis internal, dan aksi unjuk rasa serta kerusuhan yang dari sudut pandang Sekjen Hizbullah semuanya dikendalikan dari dalam kedutaan besar Amerika di Beirut.
Aksi-aksi destruktif yang dilakukan perusuh di Lebanon bersandar pada tuduhan terhadap Hizbullah berada di balik masalah ekonomi negara, dan menuding Hizbullah melakukan korupsi. Sayid Hassan Nasrullah terkait hal ini mengatakan, Amerika ingin menekan kubu perlawanan dengan senjata ekonomi.
Amerika memaksakan tanggung jawab keruntuhan, dan korupsi di Lebanon dengan kebohongan-kebohongan terhadap Hizbullah. Tujuan sanksi terhadap Hizbullah adalah memberikan tekanan psikologis, dan provokasi, mengumpulkan informasi, dan merekrut pasukan bayaran. (HS)