Dialog Manama 2020, Tribun Propaganda Israel
IISS Manama Dialogue ke-16 tahun 2020 diselenggarakan selama tiga hari, dan dihadiri para menteri luar negeri sejumlah negara, di Manama, ibukota Bahrain. Dialog yang disponsori institut riset Inggris, International Institute for Strategic Studies (IISS) itu digelar 4-6 Desember 2020.
Banyak kalangan beranggapan bahwa dialog Manama kali ini lebih merupakan "tribun untuk slogan". Menlu Saudi, dan Bahrain dengan menutup mata atas tragedi kemanusiaan di Yaman akibat agresi militer koalisi Saudi, menekankan keamanan regional.
Padahal selama beberapa tahun terakhir, Saudi merupakan aktor utama yang merusak perdamaian, dan keamanan kawasan Asia Barat termasuk dengan melancarkan perang terhadap Yaman yang sudah berlangsung selama 6 tahun, dan blokade total terhadap negara itu.
Hal lain yang cukup mencolok dalam Dialog Manama kali ini adalah dukungan terhadap normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel, dan seruan kepada negara-negara Arab untuk bergabung dalam normalisasi ini.
Menlu Bahrain, Abdullatif Al Zayani dalam pertemuan ini kembali mengatakan bahwa normalisasi dengan Israel menguntungkan keamanan kawasan. Ia mengklaim, Bahrain berusaha menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
Kenyataannya, pasca penandatanganan kesepakatan normalisasi hubungan Bahrain dan Israel, tingkat kekerasan Tel Aviv terhadap rakyat Palestina justru bertambah. Dalam kejahatan terbaru Israel pekan lalu, seorang anak Palestina gugur, dan sehari sebelumnya Kementerian Kesehatan Palestina mengabarkan penghentian aktivitas laboratorium Gaza karena kekurangan fasilitas, dan peralatan medis akibat blokade Israel.

Selain itu, Dialog Manama 2020 juga telah menjadi tribun bagi Israel untuk mempropagandakan normalisasi hubungannya dengan negara-negara Arab, dan hal ini diprotes Iran, dan Turki. Menlu Israel Gabi Ashkenazi pada Dialog Manama 2020 mengulang tuduhan yang selalu dilemparkan yaitu campur tangan Iran di kawasan, dan terkait Turki ia mengatakan, Israel mengkhawatirkan langkah Turki di timur Laut Mediterania.
Realitasnya, Israel dan negara-negara semacam Bahrain, memanfaatkan momen Dialog Manama 2020 sebagai sarana untuk membersihkan citra Israel yang dikenal sebagai rezim agresor, dan pelaku kejahatan.
Poin penting lain dalam Dialog Manama 2020 adalah, pada pertemuan ini menjadi jelas bahwa meski upaya rekonsiliasi di Dewan Kerjasama Teluk Persia, PGCC terus dilakukan, namun konflik masih berlanjut.
Menlu Oman, Sayyid Badr bin Hamad Al Busaidi dalam Dialog Manama 2020 menyindir negara-negara Arab yang memboikot Qatar. Ia mengatakan, tidak ada istilah-istilah seperti menggeser, konflik, dan boikot dalam kamus Oman.
Statemen Menlu Oman mendapat reaksi dari Pangeran Arab Saudi, Turki Al Faisal yang juga mantan kepala Dinas Intelijen negara itu. Ia berkata, saya berharap Qatar bersikap kepada kami sama seperti Oman. Pada saat yang sama, Turki Al Faisal menuduh Iran mencampuri urusan negara lain.
Sikap semacam ini terkait masalah regional, ditambah dengan tidak adanya visi realistis, dan damai atas transformasi kawasan, juga dominasi narasi Saudi dalam Dialog Manama 2020, menyebabkan pertemuan ini tidak membuahkan hasil bagi perkembangan politik, dan keamanan kawasan, dan lebih merupakan tribun propaganda bagi para penguasa Arab serta Israel. (HS)