Mengapa Pamor Demokrasi AS di Dunia Pudar ?
https://parstoday.ir/id/news/world-i100582-mengapa_pamor_demokrasi_as_di_dunia_pudar
Presiden AS, Joe Biden dalam sebuah pidato mengakui adanya perpecahan dan pesimisme di dalam negerinya, dengan mengatakan, "Setiap hari kami mengingatkan tidak ada yang bisa menjamin demokrasi kita, tapi harus diperjuangkan. Hak memilih dan penghitungan suara adalah hal yang sakral,".
(last modified 2025-11-30T07:49:40+00:00 )
Jul 06, 2021 01:01 Asia/Jakarta
  • Capitol Hill
    Capitol Hill

Presiden AS, Joe Biden dalam sebuah pidato mengakui adanya perpecahan dan pesimisme di dalam negerinya, dengan mengatakan, "Setiap hari kami mengingatkan tidak ada yang bisa menjamin demokrasi kita, tapi harus diperjuangkan. Hak memilih dan penghitungan suara adalah hal yang sakral,".

Pengakuan Biden atas meluasnya perpecahan di tengah masyarakat Amerika sebenarnya merupakan indikasi dari krisis mendalam yang melanda negara itu, terutama sejak pemilu presiden November 2020, dan penolakan Donald Trump  menerima hasil kemenangan Biden.

Peristiwa pasca-pemilu, seperti protes berulang-ulang yang dilancarkan Trump, hingga aksi banding berulang ke pengadilan negara bagian dan Mahkamah Agung AS semakin meragukan kesehatan demokrasi Amerika, yang selama ini kerap dibangga-banggakan.

 

Joe Biden

 

Sikap Trump yang memprovokasi para pendukungnya untuk memblokir proses hukum kepresidenan Biden akhirnya menyulut serangan terhadap gedung Kongres AS pada 6 Januari 2021.

Serangan itu melambangkan keretakan dalam pemerintahan AS antara Partai Republik dan Demokrat, sekaligus menggambarkan dalamnya pertentangan di tubuh masyarakat Amerika, terutama antarpendukung dan penentang Trump. Peristiwa ini juga menyebabkan runtuhnya posisi dan prestise Amerika di dunia.

Richard Haass, Kepala Council on Foreign Relations (CFR) mengungkapkan, "Jika era pasca-Amerika dimulai, itu pasti hari ketika para pendukung Trump menyerang Kongres. Jika Amerika Serikat mengklaim sebagai negara demokrasi liberal terbesar di dunia, tetapi kini citra itu runtuh setelah serangan ke Kongres pada 6 Januari lalu,".

Faktanya, gambar dan klip yang dirilis dari serangan pendukung Trump terhadap Capitol Hill mengingatkan pada peristiwa politik di negara-negara yang tidak demokratis dan terlibat dalam konflik politik internal serius.

 

Pendukung Trump menyerbu gedung Kongres AS

 

Analis politik internasional, Rahman Ghahramanpour, mengatakan, "Luka dalam telah menimpa tubuh demokrasi liberal Amerika. Insiden di Kongres mengingatkan kita pada kata-kata Fukuyama di tahun 2010 yang menyatakan pada saat itu bahwa demokrasi liberal Amerika menunjukkan tanda-tanda kemunduran,".

Salah satu fondasi demokrasi adalah peran rakyat dalam pemilihan penguasa yang dilakukan melalui proses pemilu sebagai salah satu pilar utama sistem demokrasi. Namun, Trump sebagai presiden petahana yang seharusnya bertugas melindungi sistem politik AS, justru menyebutnya korup dan mempertanyakan sistem pemungutan suara AS. Bahkan Trump menekankan adanya penipuan masif dalam pemilu dan memprovokasi pendukungnya untuk turun ke jalan hingga berujung serangan ke gedung Kongres AS yang bertujuan mengganggu proses hukum pemilihan Biden.

Peristiwa penyerangan pendukung Trump ke gedung Kongres AS serupa dengan apa yang terjadi di negara-negara yang tidak demokratis. Fakta ini memperlihatkan fondasi demokrasi Amerika telah runtuh dan gengsi Amerika di panggung dunia memudar, bahkan dapat dianggap sebagai simbol lain dari kemunduran Amerika. Insiden ini menandai dimulainya era pasca-Amerika dan dilupakannya model dan nilai-nilai Amerika, khususnya di bidang demokrasi.

Untuk mengkonfirmasi hal ini, jajak pendapat baru memberikan penjelasan menarik. Berdasarkan jajak pendapat terbaru yang dirilis pada 4 Juli, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan AS, yang dilakukan hanya beberapa bulan setelah pendukung Trump menyerbu gedung Kongres untuk mempertanyakan validitas pemilu presiden AS 2020, sebanyak dua pertiga orang Amerika, atau 67 persen, percaya bahwa demokrasi Amerika berada di bawah ancaman.

Di antara pendukung Trump, 87 persen percaya bahwa demokrasi Amerika berada di bawah ancaman, dan 60 persen pemilih Biden memiliki pandangan yang sama tentang pendukung Trump. Kubu Demokrat melihat serangan 6 Januari di Capitol Hill, dan tuduhan kecurangan yang dilancarkan Partai Republik dalam pemilihan presiden November 2020 mengancam demokrasi AS.

Terlepas dari friksi ini, poin pentingnya menegaskan bahwa rakyat Amerika pada umumnya melihat demokrasi mereka dalam bahaya. Dengan demikian, selain krisis politik, sosial, ekonomi, dan kesehatan akibat wabah Corona, Amerika Serikat juga menghadapi krisis eksistensial dan krisis legitimasi.(PH)