Pernyataan G77 dan Cina tentang Akses yang Adil terhadap Vaksin Corona
Kelompok G77 dan Cina mengeluarkan pernyataan bersama yang menekankan pentingnya memastikan akses universal dan merata ke vaksin Corona yang aman dan efektif dengan harga terjangkau.
Pernyataan yang dibacakan di Komite Ketiga Majelis Umum PBB, mengatakan bahwa meskipun produksi vaksin menjanjikan, vaksin ini masih belum tersedia di sejumlah besar negara dan bahwa pandemi COVID-19 terus mendatangkan malapetaka di dunia.
Negara-negara G77 dan Cina menambahkan bahwa krisis ini telah memperburuk tantangan yang ada terhadap pembangunan dan ketidaksetaraan, dan secara negatif mempengaruhi kemampuan pemerintah untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 dan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Pernyataan G77 dan Cina tentang perlunya akses universal dan merata ke vaksin Corona masuk akal mengingat kenyataan pahit saat ini tentang distribusi vaksin Corona yang sangat tidak adil dan tidak seimbang di seluruh dunia. Meski produksi vaksin Corona meningkat signifikan, pada praktiknya apartheid terlihat jelas dalam distribusi vaksin antara negara maju dan berkembang, terutama di Afrika.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hanya 14 dari 54 negara Afrika yang telah mencapai target vaksinasi global lebih dari 10 persen populasinya terhadap virus Corona hingga akhir September dan hanya 4 persen orang Afrika yang telah divaksinasi penuh.
Sementara di negara-negara Uni Eropa, sudah 60% dari populasinya yang telah divaksinasi lengkap.
Kenyataan ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa Covax, mekanisme yang ditetapkan untuk distribusi vaksin Corona di antara negara-negara miskin, belum dapat menerima dosis vaksin Corona yang memadai.
Kelompok G77 dan Cina mengeluarkan pernyataan bersama yang menekankan pentingnya memastikan akses universal dan merata ke vaksin Corona yang aman dan efektif dengan harga terjangkau.
Pada akhir tahun 2021, negara-negara blok Barat telah memesan vaksin Corona tiga kali lipat populasinya dari delapan produsen vaksin utama dunia. Sementara di hampir 70 negara berpenghasilan rendah, hanya satu dari 10 orang yang akan memiliki akses ke vaksin pada tahun 2021.
Beberapa negara barat, seperti Kanada, kini menimbun vaksin Corona dalam jumlah besar, tanpa diimbangi cadangan vaksin tersebut dengan jumlah penduduknya. Pemerintah Kanada sejauh ini memesan 400 juta dosis vaksin Corona, dengan populasinya yang kurang dari 40 juta orang.
Pembelian vaksin Corona oleh negara maju melebihi kebutuhannya, membatasi akses miliaran orang di negara berkembang dan berpenghasilan rendah ke vaksin ini selama bertahun-tahun, dan mencegah distribusi vaksin Corona secara merata di seluruh dunia.
Dengan demikian, dalam persaingan yang sudah dimulai antara negara-negara kaya untuk membeli vaksin Corona, negara-negara berkembang akan terancam kehilangan vaksin ini.
Koalisi Vaksin Rakyat, salah satu organisasi bantuan internasional terbesar, memperingatkan pada Desember 2020 bahwa negara-negara berpenghasilan rendah mungkin tidak memiliki akses ke vaksin Corona selama "bertahun-tahun".
"Tidak ada manusia yang harus ditolak aksesnya ke vaksin yang menjadi penyelamat hidup hanya karena dia adalah warga negara miskin atau tidak memiliki cukup uang di sakunya untuk membelinya," kata Anna Marriott, seorang pakar bantuan internasional.

Kelompok G77 dan Cina juga menyatakan dalam pernyataan mereka bahwa mereka menentang undang-undang dengan pengaruh transteritorial dan tindakan ekonomi koersif lainnya, termasuk sanksi sepihak terhadap negara-negara berkembang, dan menekankan perlunya penghapusan segera.
Sekalipun banyak permintaan dari badan-badan internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta kelompok-kelompok seperti G-77 dan Cina, tentang perlunya mengakhiri diskriminasi dalam distribusi vaksin Corona, fakta menunjukkan blok Barat mendesak untuk mengalokasikan dan menyimpan semakin banyak vaksin Corona untuk negara mereka.