Mencermati Kunjungan Menhan AS ke Korea Selatan
(last modified Thu, 02 Dec 2021 12:20:02 GMT )
Des 02, 2021 19:20 Asia/Jakarta
  • Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin di Korsel
    Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin di Korsel

Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin tiba di Seoul dalam rangka kunjungan tiga hari ke Korea Selatan.

Petinggi Amerika dijadwalkan akan berpartisipasi di pertemuan tahunan keamanan ketiga antara kedua negara. Disebutkan bahwa tujuan utama kunjungan ini adalah mengontrol Korea Utara.

Austin di kunjungan ini akan membahas rencana operasi menghadapi Korea Utara dengan sejawatnya dari Korsel, Suh Wook. Menurut Seoul, rencana ini bukan sebagai jawaban atas ancaman baru, tapi revisi atas rencana sebelumnya untuk melawan kemajuan terbaru Korea utara, khususnya di bidang rudal nuklir.

Washington mengklaim khawatir atas kemajuan Korea Utara selama beberapa bulan terakhir. Pyongyang baru-baru ini berhasil menguji coba sebuah rudal cruise baru. Negara ini juga sukses memproduksi senjata hipersonik dan meraih prestasi signifikan di rudal balistik jarak dekat dan jauh.

Tentara AS dan Korea Selatan

Langkah Korea Utara di bidang rudal dan nuklir sejatinya jawabaan atas klaim dan peringatan pemerintah Biden. Pemerintah Biden selama beberapa bulan terakhir selain gencar memperingatkan Pyongyang, juga mengklaim ingin memulai perundingan dengan Korea Utara.

Di era pemerintahan Donald Trump digelar tiga perundingan antara Trump dan Pemimin Korut, Kim Jong un dengan tujuan meraih kesepakatan di bidang aktivitas nuklir dan rudal Pyongyang dan menciptakan wilayah Semenanjung Korea yang bebas dari senjata nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Korut. Meski Pyongyang telah melaksanakan sejumlah tuntutan Washington, tapi Amerika Serikat tidak melakukan langkah apa pun untuk menunaikan janjinya terkait pengurangan sanksi terhadap Korea Utara.

Dengan demikian pengalaman kegagalan kedua negara di tingkat tertinggi, yakni antara pemimpin Amerika dan Korut di era Trump serta pengingkaran janji olehnya, telah membuat Pyongyang memahami poin ini bahwa pendekatan negosiasi Amerika sekedar berarti pelaksanaan tanpa syarat tuntutan Washington tanpa pemberian konsesi dari pihak Amerika. Faktanya Korea Utara sampai saat ini berulang kali menyaksikan pelanggaran janji berulang Washington dalam menunaikan komitmennya sebagai imbalan dari langkah Pyongyang mengurangi kemampuan nuklirnya. Hal ini mendorong petinggi Korut mengabaikan pesan pemerintah Biden untuk memulai kembali negosiasi.

Menteri Luar Negeri Amerika, Antony Blinken Maret 2021 menyatakan bahwa pemerintah Biden akan merevisi kebijakan Amerika terhadap Korea Utara, dan mengkaji eskalasi represi negara ini sebagai salah satu opsi. Selain itu, meski ada berbagai peringatan Pyongyang, militer Korea Selatan dan Amerika setelah satu tahun vakum karena pandemi Corona, kembali memulai manuver gabungan mereka. Amerika memiliki kehadiran militer di Semananjung Korea sekitar tujuh dekade.

Berbagai bukti menunjukkan bahwa pemerintah Biden berencana masih tetap mengejar pendekatan ancaman dan eskalasi tekanan terhadap Pyongyang. Kunjungan menhan Amerika ke Seoul sejatinya untuk melaksanakan rencana yang diinginkan Washington di bidang ini dan koordinasi yang diperlukan dengan petinggi militer Korea Selatan.

Justin Bronk, pakar militer mengatakan, "Tidak mungkin bagi Amerika menggunakan setiap opsi militer untuk melawan Korea Utara tanpa mengeluarkan biaya besar dan ancaman serius."

Pyongyang mengumumkan selama Amerika tidak mengakhiri pendekatan permusuhannya untuk menumbangkan pemerintahan Korea Utara, maka Pyongyang tidak akan mundur dari program rudal dan nuklirnya. Oleh karena itu, harapan pemerintah Biden untuk meraih konsesi di bidang ini dari Pyongyang sekedar angan-angan. (MF)