Berlin Mengakui Jerman Sangat Rentan Menghadapi Sanksi Rusia
Robert Habeck, Wakil Kanselir dan Menteri Ekonomi dan Energi Jerman, memperingatkan pada hari Senin (14/03/2022), bahwa embargo minyak dan gas Rusia dapat merugikan rakyat Jerman lebih dari Vladimir Putin serta menyebabkan pengangguran dan kemiskinan yang meluas.
Habeck memprediksi bahwa jika negaranya berhenti menggunakan minyak dan gas Rusia, pengangguran dan kemiskinan akan menyebar, dan kita akan melihat orang-orang yang tidak dapat memanaskan rumah mereka, dan orang-orang yang tidak memiliki bensin untuk mengisi bahan bakar mobil mereka.

Pejabat senior Jerman mengakui kerentanan ekstrim ekonomi terbesar Eropa terhadap sanksi Rusia, mengingat fakta seputar ketergantungan besar Jerman pada energi Rusia.
Jerman adalah pelanggan utama minyak Rusia dan 30 persen dari kebutuhan minyaknya dipasok oleh negara ini. Rusia juga memasok setidaknya 49 persen gas Jerman.
Sejak dimulainya perang yang dipimpin Ukraina, blok Barat yang dipimpin AS telah memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan komprehensif terhadap ekonomi Rusia, termasuk sanksi ekonomi, perdagangan, moneter dan perbankan, serta larangan ekspor dan impor.
Namun, tidak ada konsensus di antara negara-negara Barat tentang sanksi terkait perubahan, transfer dan penyimpanan energi.
Baca juga: Sekarang Barat Mulai Khawatir Dampak Sanksi terhadap Rusia
Presiden AS Joe Biden mengumumkan Selasa lalu bahwa negaranya akan melarang impor minyak, gas dan energi dari Rusia.
Rusia adalah produsen dan pengekspor utama minyak dan gas alam serta produk turunannya.
Menanggapi embargo AS terhadap minyak Rusia, Wakil Menteri Luar Negeri AS Victoria Nuland mengatakan Kamis lalu, "Kami berusaha untuk mengurangi Vladimir Putin menggunakan minyak Rusia agar ia terpaksa menghentikan perang."
Sekalipun demikian, Eropa tidak menanggapi secara positif permintaan Washington untuk bergabung dengan Amerika Serikat dalam menjatuhkan sanksi kepada Rusia karena ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Joseph Borrell mengatakan Eropa dalam hal ini tidak mengikuti jejak Washington.
Robert Habeck, Wakil Kanselir dan Menteri Ekonomi dan Energi Jerman, memperingatkan pada hari Senin (14/03/2022), bahwa embargo minyak dan gas Rusia dapat merugikan rakyat Jerman lebih dari Vladimir Putin serta menyebabkan pengangguran dan kemiskinan yang meluas.
Mengingat bahwa Rusia memasok lebih dari 40 persen gas Eropa dan sekitar 30 persen minyak, jika Brussel ingin menjatuhkan sanksi kepada Moskow yang mencegah Rusia mendapatkan akses uang dari ekspor gas dan minyak, maka Moskow juga akan menolak untuk memasok energi ini ke Eropa.
Secara khusus, gas Rusia penting untuk pemanas rumah, bahan bakar pembangkit listrik, dan konsumsi industri Eropa. Karenanya, negara-negara penting Uni Eropa tidak akan memberlakukan sanksi Rusia pada bidang vital dan strategis ini.
Pada saat yang sama, selama Rusia dapat menerima uang untuk menjual minyak dan gasnya, tidak ada alasan bagi Rusia untuk menjatuhkan sanksi kepada Eropa di bidang minyak dan gas. Karena ini akan menghilangkan aksesnya ke mata uang asing yang sekarang sangat dibutuhkannya.
Baca juga: Ingin Minyak Murah, PM Inggris Kunjungi Arab Saudi
Secara umum, sanksi baru anti-Rusia Barat adalah pedang bermata dua yang akan memiliki konsekuensi serius bagi sektor ekonomi dan energi negara-negara ini, terutama Eropa dan Amerika Serikat.
Tampaknya dengan embargo AS terhadap minyak Rusia, harga bensin di AS telah mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Sanksi telah disalahkan untuk kenaikan harga bensin di Amerika Serikat pada hari Senin (14/3). Satu galon bensin dijual di Amerika Serikat seharga $ 4,32.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun Uni Eropa menolak untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia untuk minyak dan gas, Uni Eropa, bersama dengan Amerika Serikat dan negara-negara blok Barat lainnya, telah mengadopsi kebijakan sanksi maksimum dan komprehensif terhadap Rusia.

Negara-negara anggota UE menyetujui paket sanksi keempat terhadap Moskow pada pertemuan pada hari Senin yang menargetkan beberapa individu dan lembaga Rusia. Secara total, tindakan pembatasan UE sekarang diberlakukan terhadap 862 individu dan 53 lembaga Rusia.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan tersebut, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, Uni Eropa akan bekerja dengan negara-negara G7 untuk meningkatkan tekanan pada Moskow.