Mencermati Standar Ganda Barat dalam Krisis Ukraina
Perang Ukraina telah memasuki bulan kelima. Kebijakan standar ganda Barat dalam menghadapi krisis ini sejauh ini memiliki konsekuensi seperti resesi ekonomi, kemiskinan parah jutaan rumah tangga di dunia, kematian puluhan orang dan pengungsian jutaan orang di Ukraina.
"Pengurangan cadangan minyak strategis AS ke level terendah dalam 40 tahun terakhir", "Peningkatan inflasi di Prancis", "Rencana Inggris untuk menghentikan pengiriman gas ke Eropa", "Peningkatan pengangguran di Jerman bersamaan dengan masuknya Imigran Ukraina", "6 ribu tentara Ukraina ditawan Rusia".
Demikian tajuk utama beberapa berita 24 jam terakhir mengenai perkembangan krisis Ukraina dan dampaknya terhadap negara-negara Barat.
Ketergantungan Barat pada minyak dan gas Rusia kini memasuki babak baru. Menurut data Departemen Energi AS, Cadangan Minyak Strategis AS (SPR) turun 6,9 juta barel dalam pekan yang berakhir 24 Juni, yang merupakan level terendah sejak April 1986.
Perkembangan ini merupakan tantangan baru bagi pemerintahan Biden, yang telah berusaha menurunkan harga bensin dengan berbagai cara, termasuk pelepasan minyak mentah dari cadangan minyak strategis Amerika Serikat.
Hari-hari ini, orang-orang Amerika telah mengubah pandangan mereka tentang perkembangan di Ukraina setelah melihat $ 5 per galon bensin, yang merupakan harga bahan bakar mobil normal paling mahal dalam sejarah modern Amerika Serikat. Menurut jajak pendapat terbaru, 51% dari Orang Amerika menghubungkan daya beli mereka dengan dukungan untuk Ukraina pada bulan Mei.
Di sisi lain, situasi energi yang kritis di dunia menyebabkan Inggris menunjukkan bahwa mereka tidak mengakui teman dan sekutu dalam situasi tertentu.
Surat kabar Financial Times cetakan London menulis dalam sebuah laporan yang mengacu pada penyebaran krisis gas di Eropa setelah hubungan yang tegang dengan Moskow, "Jika krisis gas memburuk, Inggris akan memutuskan sambungan pipa gas ke Uni Eropa."
Terlepas dari efek destruktif dari perang Ukraina di negara-negara Barat, pada hari Kamis (30/06/2022), Presiden AS Joe Biden mengumumkan undangan resmi kepada Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan Perjanjian Atlantik Utara (NATO). Biden mengatakan, "Dalam beberapa hari mendatang 800 juta dolar senjata baru akan dikirim ke Ukraina."
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, tanpa menyebut kenaikan biaya hidup dan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di negaranya, mengumumkan alokasi bantuan militer 1 miliar pound lebih ke Ukraina, sehingga Inggris kini menjadi negara kedua yang memberikan bantuan militer terbesar setelah Amerika Serikat untuk ditempatkan di Ukraina.
Perang Ukraina telah memasuki bulan kelima. Kebijakan standar ganda Barat dalam menghadapi krisis ini sejauh ini memiliki konsekuensi seperti resesi ekonomi, kemiskinan parah jutaan rumah tangga di dunia, kematian puluhan orang dan pengungsian jutaan orang di Ukraina.
John Mearsheimer, profesor hubungan internasional di Universitas Chicago dan pengusung teori "realisme agresif", baru-baru ini, dalam sebuah artikel di National Interest menilai akar utama krisis di Ukraina adalah upaya di bawah kepemimpinan Amerika Serikat untuk mengubah Ukraina menjadi tanggul negara Barat di perbatasan Rusia. Ia menekankan, "Sejarah akan menilai keras Amerika Serikat dan sekutunya atas kebijakan bodoh yang mereka ambil terhadap Ukraina."
Kebijakan dan standar ganda Barat dalam empat bulan terakhir tidak membawa prestasi khusus bagi rakyat Ukraina.
David Arakhamia, Kepala Tim Negosiasi Ukraina dengan Rusia, baru-baru ini mengakui bahwa tentara Ukraina harus melepaskan sekitar seribu korban (tewas dan terluka) setiap hari, dan kematian diperkirakan antara 200 dan 500 orang.
Selain kasus-kasus ini, kehidupan keras jutaan pengungsi Ukraina menjadi lebih mengkhawatirkan.
Bukti menunjukkan bahwa negara-negara Barat berusaha untuk melibatkan Rusia dalam perang berkepanjangan di Ukraina dengan memberikan dukungan keuangan, militer dan diplomatik ke Kiev.
Sejatinya, kebijakan intervensionis Barat, serta kebijakan pengenaan sanksi terhadap Rusia, adalah biaya selangit yang yang harus ditanggung rakyat dunia dan bahkan Eropa serta Amerika akhir-akhir ini sebagai akibat dari pendekatan yang salah politisi Barat terhadap krisis Ukraina.(sl)