Sekjen PBB: Dunia di Ambang Bahaya Perang Nuklir
Sekjen PBB, Antonio Guterres dalam sambutan pembukaan Konferensi Peninjauan Ulang Traktat NPT ke-10 memperingatkan potensi terjadinya perang nuklir di dunia.
Konferensi Peninjauan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) ke-10 dimulai pada hari Senin di Majelis Umum PBB di New York setelah penundaan berulang kali.
Sekjen PBB Antonio Guterres hari Senin (1/8/2022) di awal pertemuan negara-negara anggota NPT mengatakan bahwa dunia sedang menghadapi bahaya perang nuklir yang belum terlihat sejak puncak Perang Dingin, dan perang nuklir terjadi hanya berjarak satu kesalahan perhitungan saja.
Menyinggung perang Ukraina dan ketegangan di Semenanjung Korea dan Asia Barat, Guterres mengatakan, "Penghapusan senjata nuklir akan menjadi satu-satunya jaminan bahwa senjata ini tidak akan digunakan,".
Traktat NPT, yang telah berlaku sejak tahun 1970, memiliki penandatangan terbanyak di antara perjanjian pengendalian senjata yang ada di dunia, dan lebih dari 191 negara telah bergabung di dalamnya.
Menurut perjanjian ini, negara-negara tanpa senjata nuklir telah berkomitmen untuk tidak memperoleh senjata-senjata ini, dan negara-negara yang dipersenjatai dengan senjata-senjata ini juga telah sepakat untuk merundingkan penghancuran persenjataan mereka di masa depan. Semua pihak ini juga telah menerima hak setiap orang untuk menikmati energi nuklir yang bertujuan damai.
India dan Pakistan yang tidak menandatangani perjanjian ini akhirnya mendapatkan senjata nuklir, dan Korea Utara juga meratifikasi perjanjian ini satu kali, tetapi kemudian mengumumkan penarikannya dan mendapatkan senjata nuklir seperti India dan Pakistan.
Rezim Zionis juga belum menandatangani perjanjian ini. Israel adalah satu-satunya pemegang senjata nuklir di kawasan Asia Barat, dan tidak mengizinkan pengawasan internasional melakukan investigasi terhadap instalasi nuklirnya dengan dukungan Amerika Serikat.(PH)