Ketika Biden Mengakui Rezim Zionis Hanya Buatan
https://parstoday.ir/id/news/world-i132240-ketika_biden_mengakui_rezim_zionis_hanya_buatan
Saat menyambut presiden rezim Zionis, presiden Amerika Serikat menekankan bahwa jika rezim ini tidak ada, AS seharusnya yang menciptakannya. Pada hari Rabu (26/10/2022), Presiden AS Joe Biden dalam pertemuan dengan Presiden Zionis Israel Isaac Herzog mengatakan, Tuan Presiden! Saya telah menekankan berkali-kali bahwa sekalipun Zionis Israel tidak ada, kita harus menciptakannya.
(last modified 2025-11-30T09:45:39+00:00 )
Okt 28, 2022 11:23 Asia/Jakarta

Saat menyambut presiden rezim Zionis, presiden Amerika Serikat menekankan bahwa jika rezim ini tidak ada, AS seharusnya yang menciptakannya. Pada hari Rabu (26/10/2022), Presiden AS Joe Biden dalam pertemuan dengan Presiden Zionis Israel Isaac Herzog mengatakan, Tuan Presiden! Saya telah menekankan berkali-kali bahwa sekalipun Zionis Israel tidak ada, kita harus menciptakannya.

Perlu dicatat bahwa, selain Biden, Herzog akan bertemu dengan pejabat senior pemerintah AS, anggota Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat, serta perwakilan dari minoritas Yahudi.

Banyaknya pejabat Amerika yang bertemu dengan presiden rezim Zionis adalah tanda lain pentingnya rezim ini bagi Washington.

Kata-kata Biden tentang keberadaan rezim Zionis yang pertama kali menyebut pentingnya Zionis Israel bagi Amerika Serikat, mengandung beberapa poin penting.

Presiden AS Joe Biden

Pertama, Amerika Serikat telah memainkan peran yang menentukan dan kunci dalam menciptakan rezim Zionis dan telah memberikan kontribusi vital bagi kelangsungan hidupnya.

Kedua, keberadaan Zionis Israel adalah kunci penting bagi kepentingan Amerika Serikat, dan pernyataan Biden bahwa bahkan jika rezim Zionis tidak ada pun, Amerika Serikat akan menciptakannya, yang menunjukkan masalah ini.

Sejak pengumuman keberadaan resmi rezim Zionis pada Mei 1948, Amerika telah memainkan peran penting dalam mendukungnya dan termasuk di antara negara-negara pertama yang mengakui rezim ini.

Amerika Serikat telah memberikan ratusan miliar dolar bantuan ekonomi, militer dan senjata ke Tel Aviv dan bahkan dalam perang Oktober 1973, ketika Israel dalam kesulitan besar, AS mentransfer persenjataan berat seperti tank dengan membangun jembatan udara, di mana menurut kebiasaan militer dianggap sebagai tindakan yang tidak biasa karena biayanya yang sangat besar.

Sekalipun demikian, tindakan Washington ini dianggap sebagai tanda penting dalam konteks urgensi keberadaan Zionis Israel dalam strategi regional Amerika Serikat. Dengan membantu menstabilkan rezim Zionis, Washington telah menciptakan pusat krisis permanen di Asia Barat.

Sebenarnya, fungsi rezim Zionis bagi Amerika Serikat adalah untuk menciptakan krisis, perlombaan senjata, untuk menciptakan alasan bagi kehadiran militer permanen di Asia Barat dan adanya sekutu strategis bagi Amerika Serikat untuk membantu mencapai tujuan Washington.

Titik balik dalam proses 74 tahun dukungan Amerika untuk Israel adalah pemerintahan Trump.

Saat menyambut presiden rezim Zionis, presiden Amerika Serikat menekankan bahwa jika rezim ini tidak ada, AS seharusnya yang menciptakannya. Pada hari Rabu (26/10/2022), Presiden AS Joe Biden dalam pertemuan dengan Presiden Zionis Israel Isaac Herzog mengatakan, Tuan Presiden! Saya telah menekankan berkali-kali bahwa sekalipun Zionis Israel tidak ada, kita harus menciptakannya.

Selama empat tahun masa jabatannya, mantan Presiden AS Donald Trump mengadopsi kebijakan dukungan komprehensif untuk rezim Zionis dan mengambil langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendukung rezim Zionis, seperti mengakui pencaplokan Golan yang diduduki ke Palestina Pendudukan, mengumumkan Kesepakatan Abad, menerima aneksasi sekitar 30% dari Tepi Barat ke Palestina Pendudukan dan memulai proses normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel.

Pada saat yang sama, tindakan Trump di bidang dukungan komprehensif untuk Israel dan permusuhan terhadap Palestina, seperti memotong bantuan ke UNRWA, memotong bantuan ke Otoritas Palestina, dan menarik diri dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan UNESCO sebagai protes menentang pendekatan anti-Israel yang mereka ambil, yang tentu saja mendapat kecaman dari seluruh dunia.

Tindakan utama pemerintahan Trump adalah mengakui Al- Quds sebagai ibu kota Israel dan memerintahkan pemindahan kedutaan negara itu dari Tel Aviv ke Al-Quds pada Desember 2017.

Kedutaan Amerika dipindahkan ke Al-Quds pada 14 Mei 2018, pada peringatan 70 tahun berdirinya rezim Zionis.

Al-Quds Timur telah diduduki oleh Israel sejak 1967. Terlepas dari tindakan ilegal Trump, Al-Quds tidak diakui secara global sebagai ibu kota Israel.

Pada 21 Desember 2017, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi dengan 128 suara mendukung, 9 suara menentang dan 35 abstain, menentang tindakan sepihak Trump yang mengakui Al-Quds sebagai ibu kota rezim Zionis dan memindahkan kedutaan AS ke kota ini.

Poin penting dalam konteks hubungan antara Washington dan Tel Aviv adalah dukungannya yang tak terbantahkan atas tindakan kriminal rezim Zionis terhadap rakyat Palestina yang tertindas, terutama serangannya yang sering dan luas di Jalur Gaza, serta pengusiran orang-orang Palestina dari rumah dan pertanian mereka, dan menjadikan ribuan warga Palestina sebagai pengungsi.

Kejahatan rezim Zionis

Selain itu, AS selalu mendukung Zionis Israel di forum-forum internasional dan berulang kali mencegah persetujuan resolusi apapun terhadap tindakan Tel Aviv di Dewan Keamanan PBB dengan menggunakan hak vetonya.

Shibley Telhami, seorang ahli politik, mengacu pada konflik selama puluhan tahun antara Palestina dan rezim Zionis, mengatakan, "Dalam konflik ini, Amerika Serikat sama sekali bukan hanya pengamat. Amerika sendiri adalah bagian dari ketidakseimbangan kekuasaan ini, sehingga secara tidak adil membuat satu pihak menjadi korban pihak lain dan membuat jalan menuju perdamaian semakin jauh."(sl)