Mengapa Eropa Menekankan untuk Tidak Bergantung pada Dolar?
Mengurangi ketergantungan pada dolar dan menggunakan mata uang lain dalam pertukaran antarnegara telah menjadi salah satu perhatian serius banyak negara di dunia, bahkan sekutu Amerika Serikat.
Dalam konteks ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, Kita tidak boleh bergantung pada dominasi global dolar dan masuk ke dalam logika blok versus blok antara Cina dan Amerika Serikat.
Macron, yang baru saja kembali dari perjalanan ke Cina memperingatkan, Tanpa otonomi strategis, Eropa terancam dihapus dari sejarah.
Dia menambahkan, Tantangan Eropa adalah ketika ia dapat mengklarifikasi posisi strategisnya, ia akan terjebak dalam kekacauan dunia dan krisis yang bukan milik kita.
Presiden Prancis juga menyerukan untuk mengurangi ketergantungan Eropa pada Amerika Serikat dan menghindari kemungkinan konfrontasi dengan Cina atas Taiwan.
Penggunaan dolar dalam pertukaran global, terutama selama dekade terakhir dan bersamaan dengan perkembangan politik dan ekonomi di dunia, menyebabkan banyak negara berpikir untuk menggunakan mata uang selain dolar dalam pertukaran perdagangan.
Masalah ini diangkat oleh Moskow setelah sanksi berat AS terhadap Rusia, dan seiring waktu mendapat perhatian oleh negara-negara lain.
Sebenarnya, kebijakan ini diambil karena dalam beberapa tahun terakhir, Amerika dan sekutu Baratnya berusaha meningkatkan tekanan ekonomi dan politik di berbagai negara dengan menggunakan dolar dan memberlakukan sanksi moneter dan perbankan yang berat terhadap mereka.
Seperti Venezuela, Rusia, Iran dan beberapa negara lain telah mengalami sanksi AS yang berat.
Dalam hal ini, penghapusan atau pengurangan dolar dalam keranjang mata uang negara-negara dengan tujuan melawan kebijakan hukuman Amerika Serikat, terutama kebijakan sanksi negara ini, mendapat perhatian serius.
Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini memperingatkan bahwa penggunaan dolar AS sebagai ekspresi perang politik dan ekonomi telah merusak posisinya sebagai mata uang cadangan internasional.
Masalah ini menjadi lebih serius setelah dimulainya perang di Ukraina.
Mengurangi ketergantungan pada dolar dan menggunakan mata uang lain dalam pertukaran antarnegara telah menjadi salah satu perhatian serius banyak negara di dunia, bahkan sekutu Amerika Serikat.
Pencegahan pertukaran perdagangan dan energi Rusia oleh AS dan negara-negara Barat membuat kebijakan penggantian dolar sebagai mata uang internasional teratas menjadi masalah yang lebih serius bagi Rusia dan mitranya.
Keberhasilan relatif dari kebijakan ini, di satu sisi, dan Amerika terus menyalahgunakan dolar sebagai senjata perang, bahkan melawan sekutunya, menyebabkan Eropa menekankan kemandirian finansialnya.
Ahli strategi perbankan Amerika Michael Hartnett mengatakan, Mengubah dolar menjadi senjata dapat menyebabkan degradasi posisinya dan "Balkanisasi sistem keuangan global" akan menghancurkan peran Amerika sebagai mata uang cadangan.
Di sisi lain, otoritas Eropa kini ragu untuk mengikuti kebijakan Amerika, terutama dalam kebijakan luar negeri.
Perang di Ukraina dan masuknya Eropa yang sejalan dengan keinginan Amerika Serikat menyebabkan sebagian besar sumber daya militer dan ekonomi negara-negara di benua ini dihabiskan untuk perang proksi Amerika Serikat dengan Rusia di Ukraina.
Sementara Washington belum memenuhi komitmen dan janjinya, dan situasi ini menyebabkan negara-negara Eropa ragu untuk mengikuti kebijakan Amerika.
Untuk itu, dalam isu perselisihan AS dengan Cina atas Taiwan, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa Eropa harus mengurangi ketergantungannya pada AS, terutama terkait ketegangan dengan Cina.
Sambil meminta Eropa untuk mencegah kemungkinan konfrontasi antara AS dan Cina atas Taiwan, dia mengajak negara-negara anggota Uni Eropa untuk tidak mengikuti kebijakan AS melawan Cina.
Tampaknya otoritas Eropa mencoba mengurangi biaya karena mengikuti kebijakan Washington dengan merevisi beberapa kebijakan.(sl)