Jun 14, 2023 11:22 Asia/Jakarta

Informasi terbaru yang diterbitkan oleh Pusat Statistik Eropa (Eurostat) menunjukkan bahwa Jerman telah mengimpor minyak mentah atau produk turunan minyak dalam jumlah besar dari Iran untuk pertama kalinya dalam 5 tahun terakhir. Pada bulan Maret tahun ini, Jerman mengimpor 69.737 ton minyak mentah minyak atau produk turunannya dari Iran.

Bulgaria, sebagai anggota Uni Eropa lainnya, telah mengimpor 147 ton minyak mentah atau produk turunan minyak dari Iran pada kuartal pertama tahun ini, yang tentunya bukan angka yang signifikan.

Total impor minyak Uni Eropa dari Iran pada periode ini mencapai 69.884 ton, sejak 2018, ketika Amerika Serikat menarik diri dari JCPOA, sesuatu yang tidak biasanya.

Kapal tanker minyak

Berdasarkan hal tersebut, dua anggota Uni Eropa telah mengimpor minyak mentah atau produk turunan minyak dari Iran pada kuartal pertama tahun ini, bertentangan dengan kebijakan embargo minyak Amerika Serikat terhadap Iran.

Jerman terakhir mengimpor 10.000 ton minyak mentah atau produk turunan minyak bumi dari Iran pada Oktober 2018.

Impor minyak Iran dalam jumlah ini oleh negara Eropa sementara pemerintah AS belum menerapkan perubahan apa pun pada sanksi ilegal terhadap Iran.

Pada tahun 2022, tiga negara Bulgaria, Rumania, dan Polandia telah mengimpor total 4.181 ton minyak mentah atau produk turunan minyak dari Iran.

Dimulainya kembali impor minyak dari Iran oleh negara-negara Eropa, termasuk Jerman, sebagai ekonomi terbesar Eropa, menunjukkan bahwa kebijakan sanksi sepihak AS terhadap Iran, yang diterapkan pada Mei 2018 di masa pemerintahan Trump sebagai bagian dari kampanye tekanan maksimum terhadap Iran, dan dengan dukungan sekutu Eropa Washington sekarang tidak lagi berfungsi dan Eropa terpaksa mempertimbangkan kembali masalah ini secara fundamental karena kebutuhan minyak mereka, terutama setelah embargo minyak Rusia.

Jadi, sementara 5 tahun telah berlalu sejak sanksi terhadap Iran dan kondisi ekonomi dan geopolitik dunia telah berubah, terutama setelah serangan Rusia terhadap Ukraina, keinginan kilang Eropa untuk mengabaikan sanksi Amerika terhadap Iran telah meningkat.

Selain itu, pencantuman angka terkait impor minyak Iran dalam database resmi Eropa menunjukkan keinginan otoritas Eropa untuk menjauhkan diri dari sanksi atau setidaknya menunjukkan penentangan mereka terhadap kebijakan sanksi AS terhadap Iran.

Informasi terbaru yang diterbitkan oleh Pusat Statistik Eropa (Eurostat) menunjukkan bahwa Jerman telah mengimpor minyak mentah atau produk turunan minyak dalam jumlah besar dari Iran untuk pertama kalinya dalam 5 tahun terakhir. Pada bulan Maret tahun ini, Jerman mengimpor 69.737 ton minyak mentah minyak atau produk turunannya dari Iran.

Di sisi lain, pernyataan Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck baru-baru ini menunjukkan bahwa terlepas dari slogan otoritas Jerman sebelumnya tentang embargo total gas Rusia dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan gas Jerman pada Moskow, masih banyak hambatan dan masalah struktural di bidang ini.

Ketika Berlin mengklaim telah sepenuhnya berhenti mengimpor gas Rusia mulai Januari 2023, negara-negara UE lainnya terus mengandalkan Moskow untuk kebutuhan energi mereka.

Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck

Robert Habeck mengakui bahwa jika pengiriman gas alam Rusia melalui Ukraina berhenti tahun depan, Jerman harus mengurangi atau bahkan menutup kapasitas industrinya, dan tidak ada skenario yang pasti tentang bagaimana keadaan akan terjadi di masa depan.

Dia mengklarifikasi bahwa pembuat kebijakan di Berlin harus menghindari mengulangi kesalahan yang telah mereka buat sebelumnya dengan mengasumsikan bahwa kekurangan energi tidak akan mempengaruhi perekonomian.

Padahal, jika pada akhirnya, dengan penerapan penuh embargo gas Rusia oleh Uni Eropa, akses negara-negara seperti Austria, Slovakia, Italia, dan Hongaria ke gas Rusia akan terputus, aturan pembagian gas Uni Eropa akan meminta Jerman untuk mengkompensasi kekurangan gas mereka, dan masalah ini akan menimbulkan masalah ganda bagi pelanggan gas industri di Jerman.

Sebenarnya, realisasi skenario ini berarti pengurangan cadangan gas Jerman sebanyak mungkin, di saat rencana Berlin untuk mendirikan terminal gas alam cair di tepi Laut Baltik ditentang oleh penduduk lokal dan aktivis lingkungan.

Meskipun ada perang antara Rusia dan Ukraina, Moskow tetap mematuhi kontrak pengiriman gas dan membayar biaya transit Ukraina.

Perang Ukraina

Secara keseluruhan, tampaknya tindakan dan pernyataan Berlin, mulai dari mengimpor minyak dari Iran hingga mengakui dampak destruktif dari pemotongan impor gas dari Rusia, menunjukkan bahwa, terlepas dari klaim sebelumnya, betapa rentan ekonomi Eropa di bidang energi dan tidak mampu melanjutkan kebijakan sanksi mereka sendiri.(sl)

Tags