Eropa Didera Krisis Ekonomi, Jerman Akhirnya Memasuki Resesi Ekonomi
Krisis ekonomi semakin intensif di negara-negara anggota Uni Eropa, sehingga sebagian besar negara-negara Eropa menghadapi inflasi yang tinggi. Sekaitan dengan hal tersebut, statistik terbaru yang dipublikasikan menunjukkan bahwa perekonomian Jerman, yang dianggap sebagai mesin ekonomi Eropa, telah memasuki resesi.
Prediksi Kantor Statistik Jerman menunjukkan bahwa produk domestik bruto negara ini pada kuartal pertama tahun ini, dengan mempertimbangkan harga saat ini dan dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun lalu, adalah sekitar 0,3% dan pada kuartal terakhir tahun sebelumnya turun 0,5%. Oleh karena itu, negara ini telah memasuki resesi ekonomi.
Christian Lindner, Menteri Keuangan Jerman membenarkan hal ini dan mengatakan, Secara mengejutkan, statistik PDB menunjukkan tanda-tanda negatif dan negara kehilangan potensi pertumbuhannya.
Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara Eropa menghadapi banyak masalah ekonomi akibat pemberlakuan karantina dan terganggunya pertukaran ekonomi akibat wabah Covid-19.
Dengan berakhirnya era Corona, meskipun perkiraan menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kondisi, perang antara Ukraina dan Rusia memberikan pukulan besar bagi perekonomian negara-negara Eropa.
Masuknya negara-negara Eropa yang mendukung Ukraina dan mengikuti kebijakan Amerika dalam perang ini menyebabkan impor gas Rusia oleh negara-negara Eropa berkurang dan akhirnya berhenti.
Hal ini menyebabkan industri Jerman, yang telah lama bergantung pada gas murah Rusia, mengalami pukulan telak.
Kenaikan harga energi praktis membuat harga produk naik dan hal ini telah menyebabkan banyak pabrik bangkrut dan menutup industri kecil. Selain itu, biaya tenaga kerja di Jerman juga meningkat karena kurangnya pekerja terampil.
Menurut statistik yang dipublikasikan, pembelian dan konsumsi rumah tangga Jerman pada kuartal pertama tahun ini mengalami penurunan sebesar 1,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Uang yang dibelanjakan oleh pemerintah Jerman dan secara tidak langsung memasuki siklus jual beli mengalami penurunan sebesar 4,9% dalam periode waktu yang sama, yang merupakan angka yang signifikan.
Krisis ekonomi semakin intensif di negara-negara anggota Uni Eropa, sehingga sebagian besar negara-negara Eropa menghadapi inflasi yang tinggi. Sekaitan dengan hal tersebut, statistik terbaru yang dipublikasikan menunjukkan bahwa perekonomian Jerman, yang dianggap sebagai mesin ekonomi Eropa, telah memasuki resesi.
Andreas Scheuerle, seorang ahli di Institut Manajemen Keuangan Dekabank mengatakan, Konsumen Jerman telah runtuh di bawah tekanan inflasi yang berat dan menyeret ekonomi seluruh negara.
Belum lama ini, Pusat Ekonomi Makro yang berlokasi di London mengumumkan dalam sebuah laporan, Ekonomi Jerman akan kehilangan miliaran euro hingga akhir tahun 2023, alasan utamanya adalah kenaikan harga energi yang berlebihan di dunia.
Menurut prediksi ini, penurunan pendapatan riil Jerman mencapai sekitar 110 miliar dolar selama 2021 hingga 2023, yang setara dengan tiga persen ekonomi tahunan negara itu.
Terlepas dari semua masalah, Jerman masih bersikeras memberikan bantuan militer ke Ukraina.
Pemerintah Jerman baru saja mengumumkan telah mengalokasikan paket senjata senilai lebih dari 2,7 miliar euro untuk mendukung Ukraina.
Menurut Kementerian Pertahanan Jerman, paket ini mencakup sistem pertahanan udara, tank dan kendaraan tempur infanteri, amunisi artileri, dan drone pengintai.
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan dalam hal ini, Jerman serius dalam mendukung Ukraina.
Statistik ekonomi menunjukkan kondisi ekonomi yang memprihatinkan di negara-negara Eropa, tidak terkecuali Jerman. Dalam konteks ini, tampaknya rakyat negara ini harus membayar harga untuk kebijakan perang.(sl)