Mengapa Sikap Negara Eropa terhadap MKO Mulai Berubah?
Negara-negara Eropa yang sejak awal kemenangan Revolusi Islam Iran sampai saat ini menjadi tuan rumah kelompok teroris Mujahidin-e-Khalq (MKO) dan berusaha menumbangkan pemerintah Iran, baru-baru ini menunjukkan perubahan sikap terhadap MKO.
Meski selama bertahun-tahun negara-negara Barat, khususnya Eropa mendukung terang-terangan atau rahasia terhdap MKO dan memberi tempat kepada kelompok teroris ini di Albania, tapi kini mereka menunjukkan sikap berbeda terhadap kelompok teroris ini.
Sekaitan dengan ini, polisi Albania Selasa (20/6/2023) pagi menyerang markas MKO di kamp Ashraf-3 dekat Manze, sebuah kota bukit kecil 30 kilometer sebelah barat ibu kota Albania, Tirana. Dalam penggerebakan tersebut, sebanyak 70 anggota MKO ditangkap dan satu lainnya tewas karena menyerang polisi. Kepala polisi Albania mengatakan, 15 aparat kepolisian negara ini terluka saat terlibat bentrokan dengan anasir MKO.
Departemen Dalam Negeri Albania dalam statemennya menyatakan, "Operasi hari Selasa tersebut sesuai dengan undang-undang dan digelar berdasarkan surat perintah pengadilan tinggi anti-terorisme. Berdasarkan kesepakatan kami dan organisasi ini tahun 2014, anggota MKO diterima di negara kami berdasarkan kemanusiaan, tapi mereka melanggar kesepakatan ini dengan melakukan kegiatan teroris dan siber."
Berdasarkan statemen ini, sejak Selasa pagi, polisi Albania mengontrol kamp tersebut untuk penyelidikan, dan selain investigasi kantor organisasi ini, seluruh sistem elektronik, termasuk komputer, telepon genggam (hp) dan lainnya diselidiki. Sebagian peralatan elektronik tersebut tidak konvensional termasuk sejumlah drone, disita oleh polisi. Aparat keamanan saat melakukan investigasinya diserang oleh sejumlah anggota MKO.
Pajabat Albania setelah serangan ke Kamp MKO tersebut mengajukan enam anggota kelompok teroris ini ke pengadilan. Menteri Dalam Negeri Albania, Bledi Cuci mengatakan, "Perilaku anggota MKO sangat tercela dan melecehkan kesepakatan antara pemerintah negara ini dengan kelompok tersebut."
Penerimaan anggota kelompok MKO oleh Albania terjadi setelah mereka diusir dari Irak atas perintah Amerika Serikat dan dengan koordinasi anggota NATO lainnya. Kunjungan Menteri Luar Negeri AS John Kerry ke Albania pada 14 Februari 2014 menghasilkan kesepakatan rahasia untuk memindahkan hingga 3.000 anggota MKO ke Tirana. Oleh karena itu, proses pemindahan anggota MKO ke Albania semakin intensif dan hingga akhir Desember 2017, dan menurut statistik tidak resmi terbaru, sekitar 3250 anggota kelompok teroris ini telah menetap di negara ini.
Para pemimpin kelompok MKO menganggap dirinya tidak berada di negara Albania, tapi di tanah Amerika, dan mereka mendikte anggotanya bahwa mereka adalah tamu Pentagon dan mereka menganggap masalah ini sebagai pencapaian besar. Meskipun orang-orang MKO di negara ini diterima karena alasan kemanusiaan sesuai dengan penekanan pemerintah Albania, mereka sebenarnya telah mengubah markas besar Ashraf 3 di Durres menjadi pusat kegiatan cyber dan kegiatan teroris lainnya.
Kelompok munafik MKO melakukan tindakan spionase dan sabotase terhadap rakyat Iran melalui organisasinya di Albania. Pada saat yang sama, kehadiran kelompok munafik yang besar di Albania tentunya menimbulkan risiko yang signifikan bagi negara ini. Tampaknya pemerintah Albania telah sampai pada kesimpulan bahwa kehadiran kelompok munafik MKO tidak hanya berbahaya bagi kepentingan nasional Albania, tetapi juga dapat menimbulkan bahaya bagi seluruh wilayah. Salah satu akibat dari kehadiran kelompok MKO di Albania adalah melemahnya keamanan nasional dan penegakan hukum di negeri ini. Bahaya lain menerima MKO di Albania adalah integrasi mereka dengan kelompok teroris, mafia, takfiri dan wahabi.
Tentu saja, perubahan pendekatan dan perlakuan negara-negara Eropa dengan kelompok teroris ini tidak hanya terjadi di Albania, tetapi tampaknya Prancis, yang telah lama menjadi pendukung MKO, telah mengambil pendekatan baru di bidang ini. Sehubungan dengan itu, penyelenggaraan pertemuan tahunan kelompok MKO di Prancis telah dilarang dan sebuah surat telah dikirimkan kepada para pemimpin pertemuan ini. MKO setiap tahun menggelar pertemuan tahunan memperingati pembentukan kelompok ini, dan tahun ini pertemuan ini dibatalkan atas instruksi pemerintah Prancis. Polisi Prancis mengatakan bahwa aksi konsentrasi ini dibatalkan karena masalah keamanan dan gangguan ketertiban umum. Larangan pertemuan tahunan orang-orang MKO ini terjadi untuk pertama kalinya dalam 15 tahun terakhir.
Kantor Berita Reuters menilai pelarangan penyelenggaraan aksi konsentrasi ini bersamaan dengan upaya negara-negara Barat untuk meredam tensi dengan Iran, dan menulis bahwa laran ini diumumkan beberapa pekan setelah negara-negara Eropa dan Iran melakukan pertukaran sejumlah tahanan.
Selain itu, dua pekan lalu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron menjalin kontak telepon selama 90 menit dengan Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi. Dalam kontak telepon tersebut Presiden Raisi seraya menyinggung perhitungan keliru sejumlah negara Eropa terkait Iran, menilainya dikarenakan pemerintahan ini terjebak informasi keliru yang diberikan kelompok teroris, separatis dan kubu anti-Iran. Presiden Raisi juga menekankan pentingnya untuk menghindari intervensi di urusan internal negara lain dan menghormati prinsip kedaulatan nasional. (MF)