Peringatan akan Peningkatan Dramatis Ekstremisme Politik di AS
Bersamaan dengan persidangan mantan Presiden Donald Trump dan semakin dekatnya penyelenggaraan pemilu presiden AS 2024, para pakar telah memperingatkan pertumbuhan ekstremisme yang signifikan dengan motif politik di antara warga negara ini. Ancaman terhadap pejabat pemerintah AS terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan telah menciptakan tantangan baru bagi penegakan hukum, hak-hak sipil, dan demokrasi Amerika.
Menurut surat kabar Amerika Politico, salah satu ancaman terbaru adalah konflik seorang pria berusia 74 tahun di negara bagian Utah dengan agen Polisi Federal Amerika (FBI), yang akhirnya menyebabkan kematian orang tersebut.
Dikatakan bahwa dia telah mengancam akan membunuh Presiden AS Joe Biden di media sosial.
Oleh karena itu, para ahli memperingatkan terhadap radikalisasi rakyat Amerika dan meningkatnya kekerasan dengan motif politik.
Pekan lalu, seorang pria berusia 52 tahun dari Texas dijatuhi hukuman tiga setengah tahun penjara karena mengancam akan membunuh petugas pemilu Arizona.
Empat hari sebelum kejadian ini, jaksa mengumumkan penangkapan seorang wanita berusia 56 tahun dari negara bagian Michigan yang berbohong tentang membeli senjata untuk putranya yang cacat mental, padahal dia bermaksud menggunakannya untuk melawan Biden dan gubernur Demokrat di negara bagian itu.
Polisi Kongres AS mengumumkan dalam sebuah laporan tahun lalu bahwa jumlah ancaman terhadap anggota Kongres meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan empat tahun lalu.
Dua kutub dan peningkatan friksi internal secara signifikan karena adanya banyak perbedaan antara dua partai utama Amerika, yaitu Partai Republik dan Demokrat, terutama antara Donald Trump dan Joe Biden saat ini, sekarang menjadi terlihat jelas di kancah politik dalam negeri Amerika Serikat.
Di sisi lain, banyaknya pandangan yang sering bertentangan tentang masalah kebijakan dalam dan luar negeri Amerika Serikat, yang menyebabkan ketegangan pendapat dan keraguan dalam pengambilan keputusan, kini terbukti sepenuhnya.
Hal ini telah menyebabkan peningkatan ekstremisme politik yang signifikan dan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap otoritas federal dan negara bagian serta institusi di Amerika.
Peningkatan friksi internal, terutama antara orang-orang yang tidak puas dengan pemerintah federal dan pemerintah AS, memainkan peran penting dalam mengintensifkan ancaman keamanan baru, yaitu peningkatan signifikan dalam ancaman dan tindakan teroris dan destruktif oleh ekstrim kanan.
Alejandro Mayorkas, Deputi Menteri Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan, Ekstremisme kekerasan di dalam negeri adalah salah satu ancaman terbesar terkait terorisme di Amerika Serikat.
Pengakuan Mayorkas tentang bahaya ekstremisme kekerasan domestik sebagai salah satu ancaman teroris terbesar telah diungkapkan karena semakin menyebarnya individu dan kelompok militan di dalam Amerika Serikat yang memiliki kecenderungan sikap sayap kanan ekstrim.
Pakar Amerika menganggap salah satu alasan utama situasi saat ini adalah klaim mantan Presiden AS Donald Trump yang tidak berdasar.
Trump telah berulang kali mengkritik FBI dan mempertanyakan Departemen Kehakiman.
Departemen Kehakiman Amerika Serikat selalu menjadi sasaran serangan mantan presiden ini sejak pengumuman hasil pemilu presiden 2020.
Tuduhan pemilu Trump juga menyebabkan ancaman terhadap petugas pemilu meningkat, sehingga satu dari setiap enam orang dari kelompok ini melaporkan ancaman.
Pada saat yang sama, dikatakan bahwa banyak penyelenggara pemilu berpengalaman telah meninggalkan pekerjaannya atau berpikir untuk meninggalkannya.
Michael German, mantan agen FBI mengatakan, Para tokoh yang memiliki kekuasaan, yang tidak hanya termasuk Trump, tetapi juga termasuk banyak anggota Partai Republik, pada dasarnya mulai mempromosikan kelompok kekerasan dengan tindakan mereka dan memberikan lampu hijau dengan mendorong orang biasa untuk melakukan kekerasan.
Para ahli telah memperingatkan bahwa karena ancaman tidak hanya terbatas pada retorika yang keras, hal ini dapat menjadi sarana bagi kekerasan politik.
Mereka percaya bahwa eskalasi retorika ini dapat meningkatkan risiko kekerasan, terutama menjelang pemilu 2024 dan persidangan Trump.
Javid Ali, mantan perwira senior kontraterorisme FBI mengatakan, Kekhawatiran utama adalah penyerang individu yang bertindak impulsif, tidak seperti kekerasan massal pada kerusuhan 6 Januari 2021 dan serangan terhadap gedung Kongres. Penyerangan dan kekerasan yang dilakukan oleh satu orang lebih berbahaya karena dapat terjadi dengan sangat cepat dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.(sl)