Okt 04, 2023 21:44 Asia/Jakarta
  • Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Serangan bom menghantam kantor kepolisian Turki di Ankara baru-baru ini. Menanggapi hal itu, pemerintah Turki memasukkan operasi-operasi anti-teroris ke dalam agendanya di seluruh negeri.

Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa (3/10/2023) mengatakan, 13.440 polisi dan pasukan keamanan berpartisipasi dalam operasi yang dimulai pada Selasa pagi.

Disebutkan bahwa sejauh ini, dalam rangka operasi tersebut, 67 tersangka anggota Partai Buruh Kurdistan Turki (PKK) telah ditangkap di berbagai kota, antara lain Istanbul, Diyarbakir, Shirnak, Antalya, Mardin dan Bursa.

Pada hari Minggu, dua bomber bunuh diri menyerang lokasi dekat gedung  kepolisian Turki di Ankara. Serangan ini menewaskan dua pelaku dan melukai seorang polisi. Satu jam setelah kejadian, PKK mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Operasi anti-teroris yang dilakukan pemerintah Turki menjadi agenda setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan menekankan kelanjutan perang melawan teroris di negaranya. Penekanan ini disampaikan Erdogan pada Selasa ketika menanggapi serangan bom di Ankara.

"Kami akan mengambil tindakan apa pun untuk memenuhi keinginan rakyat dan melawan organisasi-organisasi teroris yang mengancam keamanan negara kami," tegas Erdogan dalam pernyataannya.

Erdogan juga melemparkan tuduhan terhadap Fethullah Gulen, seorang kritikus yang diasingkan pemerintah Turkis.

"Kelompok Gulen adalah kelompok teroris yang menumpahkan darah orang-orang tak bersalah dan mengancam kemanusiaan," ujarnya.

Hal yang patut direnungkan adalah aktivitas mencurigakan PKK. Menurut para pakar, PKK seakan-akan memperkenalkan dirinya kepada rakyat Turki sebagai kelompok yang semakin dibenci lebih dari sebelumnya di negara ini disebabkan tindakan-tindakan teror di wilayah Turki, padahal kelompok Kurdi ini sangat membutuhkan dukungan dari rakyat negara tersebut untuk memperkuat posisinya.

Oleh karena itu, tampaknya ada pihak ketiga yang mengorganisir operasi teroris di Turki, dan PKK juga terpaksa melakukan operasi yang merugikannya ini. Jelas sekali bahwa Amerika Serikat (AS) selalu menciptakan masalah bagi pemerintahan Erdogan.

Pada pemilu presiden Turki baru-baru ini, pemerintah AS dan Uni Eropa secara resmi mendukung gerakan oposisi Erdogan. Mungkin salah satu alasan kemenangan Erdogan pada pemilu bulan Mei tahun ini adalah adanya dukungan luar kepada oposisi, sehingga rakyat Turki cenderung memilih dirinya.  

AS dan para pendukungnya secara resmi telah mengirimkan pesan kepada rakyat Turki bahwa mereka ingin mengganti presiden Turki dan tidak ingin Erdogan menjadi kepala eksekutif di negara ini.

Pada saat yang sama, PKK Turki adalah salah satu partai yang sangat bergantung pada dukungan AS, dan para pemimpin partai ini tentunya tidak akan melancarkan serangan teror tanpa izin Amerika. Oleh karena itu, para ahli yang netral menganggap partisipasi AS dalam operasi teroris di Turki sangat serius.

Mungkin karena pengetahuan para pejabat Ankara tentang kebijakan AS, maka Presiden Turki, dalam pernyataannya baru-baru ini, melontarkan ancaman terhadap Gulen yang dianggap membayakan negaranya karena aktivitasnya dinilai untuk melaksanakan program-program Organisasi Intelijen AS, CIA.  

Abdel Bari Atwan, analis senior Timur Tengah dalam pernyataan terbaru menyinggung serangan teroris di Turki. Dia mengatakan, Turki mungkin berada di ambang gelombang ledakan baru dengan tujuan menciptakan kerusuhan dan ketidakstabilan serta merusak sektor pariwisata di negara ini, yang menghasilkan sekitar 60 miliar dolar setiap tahunnya bagi pemerintah Ankara.

Serangan di pusat kepolisian Ankara dilakukan dalam situasi krisis ekonomi di Turki yang semakin parah.  Nilai mata uang nasional Turki, Lira turun drastis dan laju inflasi di negara tersebut juga meningkat. Selain masalah ekonomi, pemerkosaan dan serangan rasis yang meluas terhadap turis-turis Arab juga sedang terjadi di Turki.

Meski demikian, tidak ada keraguan bahwa serangan bom terhadap gedung kepolisian dan Kementerian Dalam Negeri Turki di Ankara adalah tindakan yang gagal dan sia-sia. Tindakan ini menunjukkan kecerobohan dan kurangnya pengalaman PKK.

Ini merupakan usaha PKK sekian kalinya untuk melakukan serangan di kota-kota besar Turki. Selama beberapa tahun terakhir, biasanya para pelaku serangan teroris dan bunuh diri ini ditangkap sebelum mencapai tujuan mereka, atau tindakannya tidak efektif dan tidak menimbulkan dampak signifikan.

Pada saat yang sama, serangan PKK di Ankara menunjukkan bahwa kelompok ini telah kehilangan kapasitas operasinya di dalam Turki dan di wilayah Irak. Mereka hanya mampu sedikit bergerak di utara Suriah, dan inipun berkat dukungan dari AS.

Tidak diragukan lagi, dengan perjanjian damai Turki dengan Suriah, AS juga tidak punya pilihan selain meninggalkan Suriah bagian utara.  (RA)

 

Tags