Okt 07, 2023 11:54 Asia/Jakarta

Menteri Pertahanan Jepang Kihara Minoru dalam kunjungannya ke Washington membahas hubungan bilateral dan masalah regional dengan Lloyd Austin, Menteri Pertahanan Amerika Serikat.

Salah satu tujuan penting perjalanan ini adalah untuk mempercepat penerimaan rudal dari Amerika, yang menurut Minoru, Jepang akan menerima rudal Tomahawk buatan Amerika satu tahun lebih cepat dari jadwal, yakni pada tahun 2025.

Artinya Jepang mempercepat program militerisasinya dengan bantuan Amerika.

Bendera Jepang

Padahal menurut konstitusi Jepang, negara ini tidak dapat memiliki tentara. Oleh karena itu, mengingat adanya penentangan dari masyarakat Jepang, pemerintah negara tersebut belum mengadakan referendum untuk mengubah konstitusi.

Wen Ti Song, pakar masalah internasional mengatakan mengenai hal ini, Merevisi konstitusi Jepang memerlukan 51% suara mendukung, dan sejauh ini pemerintah Jepang belum mampu meyakinkan masyarakat Jepang untuk melakukan amandemen konstitusi dan masih ada penolakan yang tinggi untuk memiliki tentara di Jepang, tetapi Partai Demokrat Liberal yang berkuasa di negara ini mengikuti kebijakan militerisme dengan bantuan Amerika.

Jepang telah membeli 400 rudal Tomahawk dengan jangkauan 1.600 kilometer dari Amerika Serikat dan berencana menempatkannya pada tahun 2026.

Rudal-rudal ini akan dikerahkan pada kapal perang milik Pasukan Bela Diri Jepang. Amerika secara serius membantu memperkuat kekuatan militer Jepang sambil mengkritik setiap program militer Cina.

Cina dan Korea Utara menganggap kebijakan Amerika dalam memperkuat kekuatan militer Jepang dan Korea Selatan sebagai pengepungan dan memicu persaingan militer di kawasan.

Kebijakan tersembunyi Amerika mendorong Cina untuk terlibat dalam perlombaan senjata, sementara kebijakan yang diumumkan Washington memperingatkan militerisme Cina.

Menteri Pertahanan Jepang Kihara Minoru dalam kunjungannya ke Washington membahas hubungan bilateral dan masalah regional dengan Lloyd Austin, Menteri Pertahanan Amerika Serikat.

Amerika Serikat terus menerapkan kebijakan Sinofobia sebagai puncak program propagandanya dan berpura-pura bahwa peningkatan kekuatan militer Korea Selatan dan Jepang sejalan dengan ancaman Cina.

Pada saat yang sama, Cina sedang menjalankan kebijakan pengembangan kerja sama untuk memperkuat perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan di Asia Timur.

Sebuah kebijakan yang bertentangan dengan tujuan Amerika yang mengerahkan sekitar 100.000 tentara di Jepang dan Korea Selatan.

Alfred Wu, Profesor di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas Nasional Singapura meyakini hal ini, Amerika Serikat sedang berusaha memaksa Cina untuk mengikuti jalur yang ditempuh Uni Soviet. Sementara itu, Cina bertindak sangat cerdas dalam hal ini. Namun hal ini tidak berarti bahwa Cina tidak akan memperkuat kekuatan pencegahannya.

Bagaimanapun, Amerika secara serius mengikuti kebijakan militerisme Jepang dan Korea Selatan, yang dengan cara ini mencoba menjual senjata dan memicu perlombaan senjata di Asia Timur.

Ketidakmampuan Amerika menghadapi Cina secara langsung, termasuk dalam perang teknologi dan perdagangan, berupaya membuat Cina menghadapi masalah dengan memperkuat militerisme Jepang dan Korea Selatan.

Bendera Cina dan Jepang

Dalam praktiknya, Cina telah menunjukkan bahwa kebijakan militerisme bukanlah prioritas rencana negara ini untuk memasuki perlombaan senjata regional dan internasional.

Namun hal ini tidak berarti mengabaikan peningkatan kekuatan deterensi Cina terhadap pesaing dan juga di tingkat internasional, seperti sebagai kemungkinan serangan Amerika Serikat.(sl)

Tags