Mencermati Penolakan Keras AS dengan Gencatan Senjata di Gaza
Amerika Serikat, sebagai sekutu strategis rezim Zionis, tidak hanya memberikan segala jenis bantuan senjata kepada rezim tersebut untuk menyerang Jalur Gaza, tetapi juga sangat menentang gencatan senjata dalam perang berdarah saat ini dengan alasan palsu.
John Kirby, Koordinator Komunikasi Strategis di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, pada Selasa (24/10/2023) pagi mengatakan bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk gencatan senjata di Jalur Gaza.
Kirby menekankan secara tidak langsung tentang perlunya melanjutkan pembantaian terhadap rakyat Jalur Gaza oleh rezim Zionis, dan mengklaim bahwa Tel Aviv mempunyai hak untuk mempertahankan diri dan menargetkan para pemimpin Hamas.
Menurutnya, Kami akan terus mendukung Israel dan fokus kami adalah memastikan mereka mendapatkan apa yang dibutuhkan untuk melanjutkan perang.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS juga menolak gencatan senjata di Gaza pada hari Senin (23/10) dan mengklaim bahwa gencatan senjata apa pun akan memberikan kesempatan kepada Hamas untuk memperbarui pasukannya guna melanjutkan serangannya terhadap rezim Zionis.
Setelah operasi Badai Al-Aqsa oleh Hamas dan kelompok perlawanan lainnya di Gaza melawan rezim Zionis pada tanggal 7 Oktober, yang mengakibatkan kematian sedikitnya 1.500 Zionis dan melukai hampir 5.000 di antaranya, kabinet rezim penjajah Quds memerintahkan dimulainya serangan besar-besaran di Jalur Gaza
Menurut statistik Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah korban agresi komprehensif rezim Zionis terhadap masyarakat di Jalur Gaza dan Tepi Barat telah mencapai lebih dari 5 ribu orang syahid dan sekitar 15 ribu orang luka-luka.
Saat ini situasi di Gaza sangat kritis, dan rezim Zionis, mengingat dukungan komprehensif Washington atas tindakan kriminalnya, alih-alih mengurangi serangan dalam beberapa hari terakhir, malah meningkatkan pemboman secara signifikan di berbagai wilayah di Jalur Gaza.
Hamas mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (23/10) bahwa semua rumah sakit di Gaza telah kehabisan bahan bakar dan menambahkan bahwa bantuan yang telah tiba di wilayah tersebut dalam dua hari terakhir tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Amerika Serikat, sebagai sekutu strategis rezim Zionis, tidak hanya memberikan segala jenis bantuan senjata kepada rezim tersebut untuk menyerang Jalur Gaza, tetapi juga sangat menentang gencatan senjata dalam perang berdarah saat ini dengan alasan palsu.
Posisi Amerika Serikat mengenai serangan berdarah Zionis di Jalur Gaza dan peran pentingnya dalam hal ini tidak hanya mendapat kecaman luas dari negara-negara Islam, tetapi negara-negara lain seperti Rusia juga menganggap Washington bertanggung jawab atas situasi bencana yang terjadi di Gaza saat ini.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada hari Senin memperingatkan bahwa tindakan AS untuk mengirim senjata ke kawasan Asia Barat akan meningkatkan konflik.
Menurutnya, Semakin banyak tindakan seperti mengirim armada AS ke zona konflik di Timur Tengah, semakin besar kemungkinan konflik akan menyebar.
Amerika Serikat sejauh ini telah memveto dua resolusi yang diusulkan oleh Rusia dan Brasil untuk gencatan senjata di Gaza di Dewan Keamanan PBB dan menghalangi pengesahannya.
Dewan Keamanan tidak dapat menyetujui rancangan resolusi yang diajukan Brasil pada 18 Oktober karena veto AS.
Amerika mengklaim bahwa rancangan ini tidak menyebutkan hak Israel untuk membela diri, dan rancangan resolusi Rusia juga tidak menang dalam pemungutan suara di Dewan Keamanan.
Tiga negara Barat yang menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis, ditambah Jepang, menentangnya.
Vasiliy Nebenzya, Wakil Tetap Rusia mengatakan dalam hal ini, Tujuan negara-negara Barat sekali lagi menyandera Dewan Keamanan PBB dan dewan ini gagal mengirimkan pesan kolektif yang jelas dan kuat untuk mengurangi ketegangan.
Kini, dalam aksinya mendukung Israel, Amerika Serikat telah mengajukan rancangan resolusi yang, meski mengutuk Hamas, tetapi mendukung tindakan rezim Zionis dengan dalih membela diri.
Dalam rancangan ini, AS tidak menuntut gencatan senjata atau gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, dan di dalamnya operasi Badai Al-Aqsa oleh Hamas disebut sebagai serangan teroris, dan Washington menuntut tekanan pada Hizbullah dan kelompok perlawanan untuk menghentikan serangan.
Dengan menghadirkan resolusi tersebut, pemerintahan Biden sebenarnya telah menunjukkan niat sebenarnya, yaitu membunuh sebanyak mungkin warga Palestina, dengan menentang gencatan senjata dan mendukung segala tindakan anti-kemanusiaan dan kriminal Israel dengan dalih membela diri.
Dmitry Polyansky, Deputi Wakil Tetap Rusia untuk PBB, mengatakan pada hari Senin, Rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB oleh Amerika Serikat mengenai konflik Palestina-Israel menimbulkan banyak pertanyaan.(sl)