Mengapa AS Terus Mendukung Kejahatan Rezim Zionis?
17 hari telah berlalu sejak dimulainya operasi Badai Al-Aqsa dan reaksi brutal rezim Zionis dengan pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza, yang mengakibatkan kematian dan cederanya ribuan warga Palestina.
Namun Amerika Serikat, sebagai pihak yang tidak bertanggung jawab dan sekutu strategis rezim ini, terus mendukung tindakan kriminal ini dengan mengabaikan dan menekankan kejahatan Israel dengan dalih membela diri.
Sekaitan dengan hal ini, Amerika Serikat bersama Kanada, Prancis, Jerman, Italia, dan Inggris menyatakan dukungan penuhnya terhadap Zionis Israel dan hak membela diri dalam pernyataan bersama.
Presiden AS Joe Biden menulis di jejaring sosial X pada Minggu (22/10/2023) malam, Israel mempunyai hak untuk membela diri. Kita perlu memastikan mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk melindungi rakyatnya saat ini dan selamanya.
Pembelaan habis-habisan Biden terhadap tindakan rezim Zionis yang biadab dan tidak manusiawi terjadi ketika rezim ini, dengan pemboman hariannya di Jalur Gaza, bukan hanya menargetkan rumah-rumah warga Palestina, tetapi juga tempat-tempat seperti masjid, rumah sakit, dan bahkan Gereja Ortodoks di Gaza setiap hari.
Foto-foto memilukan dari para martir dan korban luka Palestina dipublikasikan, terutama anak-anak, yang melukai hati setiap orang yang berhati nurani.
Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina mengumumkan pada hari Minggu (22/10) bahwa sejak dimulainya operasi Badai Al-Aqsa, 4.741 warga Palestina telah menjadi martir dan 15.898 orang terluka.
70% korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, menurut statistik PBB, lebih dari 60% penduduk Jalur Gaza telah mengungsi akibat kejahatan rezim Zionis.
Tentu saja, dukungan Washington tidak hanya sebatas dukungan politik saja, tetapi Amerika Serikat setiap hari mengirimkan bantuan ke rezim ini dengan bom berpemandu JDAM dalam jumlah besar, yang digunakan oleh Angkatan Udara Zionis untuk membombardir masyarakat Gaza.
Di sisi lain, Amerika Serikat, yang sejauh ini memveto dua resolusi yang diajukan Rusia dan Brasil untuk gencatan senjata di Gaza di Dewan Keamanan PBB dan menghalangi persetujuan mereka, dalam tindakan mendukung Israel, telah mengajukan rancangan resolusi yang mengutuk Hamas dan mendukung tindakan rezim Zionis dengan dalih membela diri.
17 hari telah berlalu sejak dimulainya operasi Badai Al-Aqsa dan reaksi brutal rezim Zionis dengan pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza, yang mengakibatkan kematian dan cederanya ribuan warga Palestina.
Dalam rancangan ini, AS tidak menuntut gencatan senjata atau gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, dan di dalamnya operasi Badai Al-Aqsa oleh Hamas ditampilkan sebagai serangan teroris, dan Washington menuntut tekanan pada Hizbullah dan kelompok perlawanan untuk menghentikan serangan.
Dengan menghadirkan resolusi tersebut, pemerintahan Biden sebenarnya telah menunjukkan niat sebenarnya, yaitu membunuh sebanyak mungkin warga Palestina, dengan menentang gencatan senjata dan mendukung segala tindakan anti-kemanusiaan dan kriminal Israel dengan dalih membela diri.
Hal yang penting adalah meskipun pemerintah Amerika mendapat dukungan penuh, penolakan masyarakat terhadap tindakan rezim Zionis di negara ini semakin meningkat dari hari ke hari.
Mengadakan demonstrasi massal di kota-kota Amerika dan bahkan di Washington DC di depan Gedung Putih adalah simbol dari hal ini.
Selain itu, dalam struktur pemerintahan Amerika Serikat, terdapat kecenderungan peningkatan penolakan terhadap kebijakan Gedung Putih terhadap Israel.
Dalam kaitan ini, lebih dari 100 anggota Kongres meminta pemerintah Amerika, yang tanpa syarat mendukung kejahatan rezim Zionis terhadap Palestina, untuk mengambil tindakan guna melakukan gencatan senjata.
Mereka menyerukan tindakan segera negara tersebut untuk mencegah jatuhnya korban lebih lanjut terhadap warga sipil tak berdosa di Jalur Gaza dan mengatakan bahwa tanggapan Israel terhadap operasi Badai Al-Aqsa harus sesuai dengan hukum internasional dan nilai-nilai demokrasi yang sama.
Terlepas dari semua ini, posisi perwakilan progresif Kongres seperti Ilhan Omar, Rashida Tlaib dan Cori Bush serta kritik keras mereka terhadap kejahatan rezim Zionis terhadap Palestina menunjukkan bahwa bahkan di dalam Kongres, bertentangan dengan masa lalu, arus yang menentang rezim Zionis secara bertahap menjadi lebih kuat.
Meskipun arus utama di Amerika Serikat selalu melakukan segala usahanya untuk menekan kritik terhadap Zionis Israel.
Dalam konteks ini, surat kabar Inggris Guardian menulis, Setelah dimulainya operasi Badai Al-Aqsa yang dilakukan pasukan perlawanan Palestina, banyak upaya yang dilakukan untuk menekan pandangan para pendukung Palestina di Amerika Serikat.(sl)