Nov 04, 2023 19:23 Asia/Jakarta
  • John Kirby, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat.
    John Kirby, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat.

Perkembangan di Amerika Serikat selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya dukungan penuh Amerika Serikat kepada rezim Zionis Israel.

Sejak dimulainya babak baru konflik antara rezim Zionis dan kelompok perlawanan Palestina dengan operasi Badai Al-Aqsa dan reaksi keras Zionis terhadap tindakan tersebut, Amerika Serikat sebagai sekutu strategis Israel telah memberikan berbagai dukungan politik, diplomatik dan militer kepada rezim ini. Kini, Washington telah mengambil langkah baru ke arah ini.

Amerika kini telah meningkatkan tekanan terhadap negara-negara Eropa untuk memperluas dan memperkuat sanksi mereka terhadap Hamas.

Tekanan ini diterapkan pada saat yang sama ketika Washington berupaya menekan keuangan Hamas dengan lebih intens.

Wally Adeyemo, Wakil Menteri Keuangan AS, mengumumkan bahwa Washington ingin membentuk "koalisi" dengan negara-negara yang berpikiran sama karena bermaksud untuk mencegah Hamas menghindari sanksi.

Dia menyatakan harapannya mengenai kerja sama Amerika dengan negara-negara Eropa lainnya dan yurisdiksinya untuk mengganggu upaya Hamas menghindari sanksi.

Negosiasi ini dilakukan sementara AS memberlakukan sanksi putaran kedua terhadap pejabat dan jaringan keuangan yang terkait dengan Hamas.

Langkah-langkah baru ini menargetkan aset-aset portofolio investasi rahasia Hamas dan individu-individu yang telah membantu kelompok tersebut menghindari sanksi.

Washington menyatakan Hamas sebagai organisasi teroris asing pada tahun 1997. Baru-baru ini, Uni Eropa dan Inggris juga memasukkan kelompok ini ke dalam daftar kelompok teroris.

Namun sekutu Amerika belum bertindak sejauh Washington dalam memberikan sanksi kepada para pemimpin Hamas.

Di sisi lain, DPR AS berniat memisahkan anggaran bantuan darurat militer kepada rezim Zionis dari anggaran bantuan ke Ukraina dan keamanan perbatasan AS.

Michael McCall, Ketua Komite urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat AS, menyatakan, Kami ingin melakukan ini karena kebutuhan Israel akan bantuan ini sangat mendesak.

RUU yang dirancang Partai Republik terkait hal ini seharusnya dibahas di DPR pekan ini. RUU ini, jika disetujui, akan memberikan bantuan sebesar 14,3 miliar dolar kepada rezim Zionis dan menyediakan pasokan peralatan dari gudang senjata Amerika untuk rezim itu.

Dengan cara ini, sejalan dengan dukungan menyeluruh terhadap rezim Zionis, Amerika Serikat tidak hanya menciptakan jembatan udara untuk menyediakan segala jenis amunisi dan senjata seperti kendaraan lapis baja bagi digunakan dalam penyerangan pasukan Zionis dalam penyerangan ke Gaza, tetapi kini mereka berusaha menjatuhkan sanksi lebih banyak terhadap Hamas, sehingga menyebabkan kelompok perlawanan Palestina ini semakin lemah.

Pada saat yang sama, mengingat mayoritas Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat dan pendekatan mereka mengenai perlunya mendukung rezim Zionis semaksimal mungkin, kini mereka berusaha memisahkan bantuan keuangan ke rezim Zionis dari paket bantuan darurat Biden demi mengirimkannya ke Israel secepat mungkin.

Wakil Presiden AS Kamala Harris menekankan pada hari Minggu (29/10/2023) bahwa Washington tidak bermaksud mengirim pasukan tempur ke Israel atau Gaza dan mengatakan, Amerika tidak memberi tahu Israel apa yang harus dilakukan, tetapi Amerika memberikan nasihat, peralatan, dan dukungan diplomatik kepada rezim ini.

Terlepas dari pendekatan proteksionis pemerintahan Biden terhadap Israel dan keberpihakannya dengan Israel dalam bidang menentang gencatan senjata apa pun dalam perang Gaza, tetapi fakta baru, yaitu perlawanan sengit pasukan Hamas terhadap serangan darat terbatas pasukan Zionis, telah menyebabkan Washington mengubah posisi sebelumnya

Tampaknya pukulan keras perlawanan terhadap penjajah telah menyebabkan Amerika mundur dari pendiriannya sebelumnya.

Sekaitan dengan hal ini, Penasihat Keamanan Nasional Amerika Jake Sullivan mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CBS bahwa kami mendukung gencatan senjata sementara di Gaza untuk membebaskan para tawanan di wilayah tersebut.

Pernyataan ini dibuat, di mana sebelumnya John Kirby, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS, mengumumkan bahwa Washington mendukung penuh segala operasi dan serangan rezim Zionis di Jalur Gaza dan tidak memberlakukan batasan atau garis merah apa pun untuk rezim ini.

Tentu saja, konflik perbatasan di sekitar Gaza dan pukulan keras yang dilakukan perlawanan terhadap tentara Zionis serta pengakuan rezim penjajah atas kesulitan dan kompleksitas serangan darat di Gaza berpengaruh pada perubahan sikap pemerintahan Biden.

Tampaknya seiring berjalannya waktu dan kegagalan tentara Zionis dalam mencapai tujuan yang diinginkan di Jalur Gaza, Washington akan terpaksa mengubah pendirian sebelumnya mengenai perang Gaza.

Senator Menendez: Perluasan Perang Gaza Rugikan AS dan Israel

Anggota Komisi Hubungan Luar Negeri, Senat Amerika Serikat, mengatakan, terbukanya front baru dalam perang Gaza, tidak akan menguntungkan Israel, maupun AS.

Bob Menendez, Minggu (29/10/2023) mengklaim bahwa Amerika Serikat, akan melakukan tindakan apa pun yang dapat membantu warga Gaza, yang tak bersalah.

"Delegasi kami kepada Israel, mengatakan bahwa Tel Aviv, harus mematuhi standar-standar perang," kata Senator AS ini.

Sebelumnya media-media Rezim Zionis, mengabarkan penempatan kapal induk kedua milik AS, di Laut Mediterania, untuk mendukung Israel, menghadapi poros perlawanan.

Pada Minggu, malam, Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, menjelaskan tentang operasi darat pasukan Israel, ke Jalur Gaza.

Ia menuturkan, "Mereka (Israel) telah melakukan serangan-serangan di Jalur Gaza, dan mereka berusaha menyerang pasukan Hamas."

Di sisi lain, Dewan Keamanan PBB, Senin, besok dijadwalkan akan menggelar sidang untuk membahas operasi darat Israel, di Jalur Gaza, atas usulan Uni Emirat Arab. 

Polisi NY Tangkap Ratusan Orang Demo Desak Gencatan Senjata di Gaza

Ratusan orang ditangkap pada hari Jumat ketika polisi membubarkan demonstrasi besar yang sebagian besar dilakukan oleh warga Yahudi di New York yang mengambil alih aula utama stasiun Grand Central sebagai protes atas pemboman Israel di Gaza, kata polisi dan penyelenggara.

Departemen Kepolisian New York mengatakan sedikitnya 200 orang telah ditangkap, sementara penyelenggara protes menyebutkan jumlahnya lebih dari 300 orang.

Foto-foto dari lokasi kejadian menunjukkan barisan panjang anak-anak muda berdiri dengan borgol dan mengenakan kaus hitam dengan tulisan "Bukan Atas Nama Kami" dan "Hentikan Penembakan Sekarang" dengan warna putih.

Aksi duduk besar-besaran ini diserukan oleh kelompok Jewish Voice for Peace-New York City, yang mengatakan ribuan anggotanya menghadiri protes tersebut, memblokir jalur utama stasiun kereta api pusat kota.

Gambar menunjukkan terminal dipenuhi pengunjuk rasa yang membentangkan spanduk bertuliskan "Warga Palestina harus bebas" dan "Berduka atas kematian, berjuang mati-matian demi yang hidup".

Para penyelenggara menyebut aksi duduk damai tersebut sebagai “pembangkangan sipil terbesar yang pernah terjadi di Kota New York dalam 20 tahun”.

Para rabi memulai acara tersebut dengan menyalakan lilin Sabat dan mendaraskan doa Yahudi untuk orang mati, yang dikenal sebagai kaddish.

“Meskipun Sabat biasanya merupakan hari istirahat, kami tidak bisa beristirahat sementara genosida terjadi atas nama kami,” kata Rabbi May Ye, dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh penyelenggara.

“Kehidupan warga Palestina dan Israel saling terkait, dan keselamatan hanya bisa terwujud jika keadilan, kesetaraan, dan kebebasan bagi semua orang,” kata rabbi tersebut.

Para pejuang Hamas menggelar operasi Badai Al-Aqsa menyerang pos-pos polisi dan barak-barak tentara pada tanggal 7 Oktober, setelah mengetahui ada rencana Israel menyerang Jalur Gaza yang akhirnya menewaskan 1.400 orang, sebagian besar tentara Zionis dan menawan lebih dari 220 lainnya.

Melihat kekalahan yang memalukan, rezim Zionis kemudian membombardir Jalur Gaza secara brutal dan menghancurkan rumah sakit, gereja dan tempat-tempat berlindung lainnya.

Selain itu, rezim Zionis memutuskan pasokan listrik ke Jalur Gaza, menutup jalur penyeberangan yang dapat membawa bahan makanan dan kebutuhan lainnya warga Gaza. Padahal daerah kecil ini telah diblokade selama bertahun-tahun.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan pada hari Jumat bahwa serangan Israel di Gaza kini telah menewaskan 7.326 orang, lebih dari 3.000 di antaranya adalah anak-anak.

Tags