Akhirnya, AS Mengakui Solusi Ukraina Bukan Militer
Jenderal Charles Brown Jr, Kepala Staf Gabungan Militer AS menyatakan bahwa perang selalu berakhir dengan kesepakatan diplomatik, dan menekankan bahwa tidak ada solusi militer terhadap konflik di Ukraina.
Jend. Charles Brown mendapat pertanyaan tentang apakah perang di Ukraina akan berakhir dengan merebut kembali semua yang diinginkan Ukraina dari Rusia.
Brown menjawab, Tidak ada konflik militer yang dapat diselesaikan sepenuhnya dengan cara militer, dan pada akhirnya akan ada solusi diplomasi yang akan mengarah pada akhir konflik.
Dia kemudian mengatakan bahwa dirinya tidak dapat memprediksi masa depan. "Namun menurut saya Washington dapat berperan dalam mengakhiri perang ini dengan terus mendukung Ukraina dan mengirimkan senjata dan amunisi yang dibutuhkan Kiev," tambah kepala Staf Gabungan Militer AS.
Sikap terbaru Washington mengenai perang di Ukraina, yang diungkapkan oleh kepala Staf Gabungan Militer AS, menunjukkan bahwa Amerika Serikat, sebagai pendukung terbesar dan terpenting Ukraina dalam perang dengan Rusia, juga telah mengambil kesimpulan bahwa perang di Ukraina bukanlah sebuah solusi militer, dan harus diakhiri melalui cara-cara diplomasi.
Hal ini sangat berarti mengingat kegagalan Ukraina dalam serangan balik tentaranya terhadap posisi pasukan Rusia di provinsi timur dan tenggara Ukraina serta banyaknya korban jiwa dan kerusakan peralatan.
Alexey Arestovich, mantan Penasihat Kantor Presiden Ukraina mengatakan, Ukraina kehilangan 300.000 tentara selama perang dengan Rusia.
Terlepas dari harapan besar yang dimiliki NATO dan AS terhadap serangan balik ini untuk mengalahkan pasukan Rusia dan membuat mereka menarik diri dari tanah Ukraina, tapi dalam praktiknya, Rusia mampu menghadapi serangan balik ini dengan mengadopsi taktik dan peralatan yang sesuai dan bahkan berhasil menguasai wilayah baru.
Kini Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina yang pro-Barat telah menghadapi kenyataan ini dan juga masalah bahwa akibat perang Gaza, perhatian Barat, khususnya Amerika Serikat, terfokus pada konflik antara rezim Zionis dan kelompok perlawanan Palestina.
Terlepas dari kritik dan keluhan Zelensky, tampaknya permintaannya untuk melanjutkan dan bahkan meningkatkan bantuan militer dan senjata dari Barat ke Ukraina tidak didengarkan.
Terlepas dari kenyataan bahwa Jenderal Brown berjanji dalam pidatonya untuk terus mengirimkan senjata dan amunisi yang dibutuhkan Ukraina, tapi karena meningkatnya pertentangan di dalam Amerika, terutama dari Partai Republik, kelanjutan bantuan Washington ke Kiev seperti biasa berada dalam lingkaran ketidakpastian.
Jenderal Charles Brown Jr, Kepala Staf Gabungan Militer AS menyatakan bahwa perang selalu berakhir dengan kesepakatan diplomatik, dan menekankan bahwa tidak ada solusi militer terhadap konflik di Ukraina.
Hal penting yang juga diakui oleh kepala Staf Gabungan Militer AS adalah sifat Ukraina sebagai alat Washington dalam konfrontasinya dengan Rusia, khususnya di panggung Eropa.
Menekankan bahwa dukungan Washington terhadap Kiev penting bagi kami, Charles Brown Jr. mengatakan, Membantu Ukraina ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan jangka panjang Washington dalam mencapai superioritas atas Moskow.
Pemerintahan Biden percaya bahwa kemenangan Moskow dalam perang Ukraina dengan mempertahankan wilayah yang telah dikuasai berarti memperluas pengaruh dan kekuatan regional dan internasional Rusia, dan perimbangan militer dan politik di Eropa akan berubah sehingga merugikan Amerika Serikat dan NATO.
Oleh karena itu, meski ada tekanan nyata terhadap Kiev untuk menerima gencatan senjata dan menandatangani perjanjian damai dengan Rusia, Barat sebenarnya menginginkan kelanjutan perang di Ukraina.
Isu lain yang perlu diperhatikan dalam konteks upaya Amerika untuk melanjutkan perang di Ukraina dan mengintensifkan konfrontasi Rusia dengan Eropa adalah manfaat ekonomi dan komersial yang dihasilkan dari perubahan pola energi Eropa dengan mengurangi bahkan menghentikan impor gas dari Rusia dan negara-negara lain dan di sisi lain, dan semakin memperluas dan meningkatkan impor gas alam cair dari AS.
Dalam konteks ini, menurut data Organisasi Statistik Eropa (Eurostat), perusahaan-perusahaan Amerika telah menjual gas alam cair ke negara-negara Uni Eropa dengan harga dua kali lipat dari harga sebelumnya dan bernilai sekitar 66,7 miliar euro sejak Perang Ukraina.
Sementara Moskow mengumumkan bahwa meskipun ada sanksi, negara-negara Eropa terus membeli minyak dan gas Rusia melalui perantara, tetapi dengan harga yang lebih tinggi.
Sebenarnya, Washington berharap dengan berlanjutnya hubungan gas baru di kedua sisi Samudera Atlantik, Eropa akan menjadi pelanggan tetap dan utama gas alam cair Amerika Serikat.(sl)