Des 23, 2023 10:41 Asia/Jakarta

Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat menggelar latihan udara bersama. Latihan ini disebut-sebut digelar sebagai respons atas uji coba rudal balistik antarbenua yang dilakukan Korea Utara di langit Semenanjung Korea.

Ketiga negara tersebut baru-baru ini mengaktifkan sistem berbagi informasi peringatan rudal Korea Utara dan menyetujui rencana latihan trilateral untuk beberapa tahun.

Apakah tindakan Tokyo, Washington, dan Seoul tersebut dapat menjadi pencegah aktivitas rudal Pyongyang atau tidak, para analis masalah militer dan keamanan memberikan jawaban negatif.

Bendera Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat

Karena Korea Utara melihat rencana jangka pendek, menengah, dan panjang Amerika Serikat dan sekutunya sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasionalnya dan sedang mengembangkan program misilnya untuk memperkuat kekuatan pencegahannya.

Pakar hubungan internasional Lee Wan-ti mengatakan tentang hal ini, Tampaknya AS sedang mencoba membawa semenanjung Korea ke titik didih untuk mendorong Korea Utara melakukan kesalahan atau Pyongyang akan mengakhiri kesabaran strategisnya terhadap Jepang dan Korea Selatan. Kemudia kawasan ini akan bergerak menuju perang dan krisis.

Oleh karena itu, Pyongyang telah berulang kali menganggap tindakan provokatif Amerika akan menyebabkan lebih banyak ketegangan di Asia Timur dan memperingatkan konsekuensinya.

Sementara itu, menurut Kepala Staf Gabungan tentara Korea Selatan dan Amerika yang dikenal sebagai JCS, mereka mengadakan latihan tripartit dengan partisipasi Jepang di perairan timur pulau selatan Jeju, dengan tidak memedulikan peringatan dari Korea Utara.

Dimana wilayah deteksi pertahanan udara Korea Selatan dan Jepang tumpang tindih.

Meskipun Korea Utara berada di bawah sanksi Amerika Serikat dan sekutunya, perkembangan militernya, terutama misilnya, sangat mengkhawatirkan Amerika Serikat.

Karena pada praktiknya sanksi di bidang militer tersebut tidak memiliki efisiensi sebagaimana yang diharapkan Washington.

Oleh karena itu, Amerika menggunakan pertumbuhan industri rudal Korea Utara sebagai alasan untuk memberikan tekanan lebih besar terhadap Pyongyang.

Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat menggelar latihan udara bersama. Latihan ini disebut-sebut digelar sebagai respons atas uji coba rudal balistik antarbenua yang dilakukan Korea Utara di langit Semenanjung Korea.

Uji coba rudal balistik Korea Utara baru-baru ini justru membatalkan seluruh strategi AS dan sekutunya untuk menghentikan program rudal Korea Utara dan menunjukkan bahwa negara ini menggunakan seluruh kemampuannya demi memperkuat kekuatan pencegahannya.

Kensuke Takayasu Maba, pakar hubungan internasional, mengatakan, Jepang dan Korea Selatan telah bersatu dengan Amerika melawan Korea Utara, dan mereka sangat rentan terhadap kemungkinan serangan rudal Korea Utara dan mungkin hancur dalam konflik rudal. Dari sini, kawasan Asia Timur sangat membutuhkan bantuan krisis dan keamanan, tapi hal ini tidak boleh menghentikan konvergensi dan dialog antara negara-negara di kawasan untuk memecahkan masalah dan memperkuat perdamaian dan keamanan.

Bagaimanapun, menurut pengumuman Korea Selatan, tujuan diadakannya latihan udara bersama dengan Amerika dan Jepang adalah untuk memperkuat kemampuan ketiga negara tersebut dalam menanggapi apa yang mereka katakan sebagai ancaman nuklir dan rudal Korea Utara.

Padahal, Pyongyang menganggap AS sebagai penyebab krisis di Semenanjung Korea dan berulang kali memperingatkan dampak militerisme Amerika di kawasan.

Dalam evaluasi umum kebijakan AS di Semenanjung Korea, ada tiga tujuan yang dapat dipertimbangkan.

Korea Utara dan Korea Selatan

Pertama, upaya AS untuk mendorong persaingan nuklir di kawasan.

Kedua, Washington sedang berusaha mendorong Korea Utara ke titik di mana kesabaran strategisnya akan berakhir dan mereka akan mengambil tindakan yang menguntungkan kepentingan AS.

Dan ketiga, Amerika Serikat menebar sentimen anti-Korea terhadap Korea Utara dan berusaha membenarkan kehadiran militernya di Korea Selatan dan Jepang dengan menempatkan lebih dari 100 ribu pasukan militer di kedua negara tersebut.(sl)

Tags