Apakah Jerman Memberikan Senjata Kimia kepada Israel?
Pada tanggal 15 Maret 1988, pemerintah Baath Irak, atas perintah langsung Saddam, membombardir penduduk Halabja dengan senjata kimia. Menurut laporan sumber-sumber, gas yang digunakan dalam serangan kimia ini antara lain gas mustard, sarin, tabun, dan VX yang disuplai ke Saddam oleh beberapa negara barat, khususnya Jerman.
Kasus pembuatan dan penggunaan senjata destruktif dan senjata pemusnah massal yang dilakukan oleh negara-negara Barat, khususnya Jerman, merupakan kasus yang serius dan terdapat kecurigaan yang serius bahwa negara tersebut mempersenjatai rezim Zionis dengan senjata mematikan tersebut.
Izin untuk mengekspor senjata dari Jerman ke Israel meningkat bersamaan dengan dimulainya perang Gaza, dan hal ini menjadi prioritas utama pemerintah Berlin.
Pemerintah Jerman menyetujui ekspor peralatan militer senilai hampir 303 juta euro ($323 juta) ke Israel pada bulan Desember 2023, yang merupakan peningkatan lebih dari 10 kali lipat dibandingkan dengan ekspor senjata sebesar 32 juta euro pada keseluruhan tahun 2022.
Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) melaporkan bahwa Jerman telah memasok lebih dari seribu motor tank ke rezim Zionis dalam beberapa tahun terakhir.
Penggunaan senjata terlarang oleh rezim Zionis, termasuk bom fosfor, di Gaza dan Lebanon selatan dalam beberapa bulan terakhir memperkuat kecurigaan bahwa Jerman masih berpegang pada metode tradisional mereka dalam mempersenjatai negara-negara agresor.
Kekhawatiran akan penggunaan rezim Zionis di kawasan menyebabkan dalam konferensi ke-38 negara-negara anggota Konvensi Senjata Kimia, Gerakan Non-Blok mendukung permintaan pemerintah Palestina untuk menyelidiki kemungkinan penggunaan senjata kimia oleh rezim Zionis, merujuk pada kejahatan yang dilakukan rezim Zionis dalam penyerangan di Gaza.
Mengacu pada laporan yang dipublikasikan, Gerakan Non-Blok menyatakan keprihatinan mendalam mengenai penggunaan senjata terlarang oleh rezim Zionis, termasuk bom fosfor, di Gaza dan Lebanon selatan, serta kemungkinan penggunaan racun saraf dan zat beracun lainnya dalam serangan terhadap Gaza dan Tepi Barat.
Pandangan tidak manusiawi, komersial, dan sebelumnya mengenai sejarah negara-negara Barat yang memproduksi senjata hingga perkembangan di kawasan (Asia Barat) selalu dikaitkan dengan keprihatinan luas kalangan hak asasi manusia selama beberapa tahun terakhir.
Sedangkan penggunaan senjata kimia dilarang berdasarkan perjanjian internasional, Rezim Baath di Irak melakukan total 582 serangan kimia di kota Sardasht di Iran dari 19 Oktober 1980 hingga 25 Agustus 1988 yang mengakibatkan lebih dari 10.000 orang gugur syahid, sekitar 100.000 orang luka-luka dan memerlukan perawatan berkelanjutan, serta 250.000 orang mengalami luka ringan.
Tragedi kemanusiaan pemboman kimia di Sardasht, yang secara langsung disebabkan oleh rezim Baath Irak, ditanggapi dengan diamnya media-media Barat dan tidak banyak perhatian diberikan karena keberpihakan blok Barat dalam perang yang dipaksakan Irak dan dukungannya yang terang-terangan dan tersembunyi terhadap Bagdad.
Negara-negara Barat, yang dalam beberapa hal berkontribusi terhadap bencana ini dengan menjual bahan dan peralatan senjata kimia kepada rezim Saddam, berusaha mengabaikan kejadian ini dan tidak bereaksi bahkan berusaha menyangkalnya.
Laporan menunjukkan bahwa lebih dari 400 perusahaan yang memproduksi bahan kimia telah berperan dalam melengkapi rezim Baath Irak dengan senjata kimia, yang sebagian besar berasal dari Jerman, negara yang kini mempersenjatai rezim Zionis dalam membunuh masyarakat Gaza yang tidak berdaya.