Mengapa Sejumlah Pejabat AS Sengaja Mempermalukan Jepang?
(last modified Thu, 16 May 2024 10:54:28 GMT )
May 16, 2024 17:54 Asia/Jakarta
  • Pejabat Amerika
    Pejabat Amerika

Menyusul stateman terbaru pejabat Amerika Serikat terkait justifikasi pemboman Heroshima dan Nagasaki dengan bom atom pada Agustus 1945, kekhawatiran di Jepang mulai meningkat.

Tokyo, yang menentang penafsiran terkait penggunaan senjata nuklir, telah mengkomunikasikan posisinya kepada Washington, namun gagal menarik perhatian para pejabat Amerika.

Senator Lindsey Graham dari Partai Republik dalam sidang yang digelar 8 Mei membela serangan bom atom ke Jepang. Komentar itu muncul ketika Graham berbicara tentang dukungannya terhadap Israel atas penderitaan rakyat Palestina. Dalam sebuah program televisi, ia menganggap pemboman atom di mana orang-orang Jepang yang tidak bersalah dibantai oleh Amerika adalah keputusan yang tepat dan sekali lagi menggunakan argumen yang menipu dari para sejarawan penghasut perang Amerika bahwa perang tidak akan berhenti jika kita tidak membunuh begitu banyak orang Jepang.

Tentunya AS setelah pembantaian massal warga Jepang, tidak juga menghentikan perang dan pembantaian di dunia, seperti pembantaian di Vietnam, Kamboja, Libya, Irak, Afghanistan dan lainnya. Oleh karena itu, sepertinya argumentasi ini sekedar penipuan terhadap warga Jepang dan warga lain di dunia.

Graham dalam sidang komite alokasi bujet Senat, juga menekankan pentingnya menyediakan senjata yang kuat bagi Israel.

Yoshimasa Hayashi, Ketua Sekretariat Kabinet Jepang menyesalkan komentar ini. Ia mengatakan, "Bom atom merenggut banyak nyawa, menyebabkan penderitaan yang tak terhitung, termasuk penyakit, dan menciptakan kondisi kemanusiaan yang sangat menyedihkan.”

Pemerintah Jepang dalam respons lemahnya sekedar menyampaikan kepada pemerintah AS dan kantor Graham bahwa penggunaan senjata nuklir tidak selaras dengan spirit hukum internasional.

Sayangnya, sejarawan dan media Jepang belum melakukan upaya yang cukup untuk menyebarkan pemahaman yang lebih akurat mengenai realitas bom atom di tingkat global.

Selain itu, meskipun Jepang memiliki tingkat kerja sama dan kepatuhan yang tinggi terhadap Amerika, Biden pada 1 Mei menyebut Jepang, Cina, dan Rusia sebagai "anti-asing", yang menyebabkan protes yang tidak terlalu keras dari pemerintah Tokyo.

Sepertinya sejumlah senator Amerika Serikat, khususnya sosok seperti Lindsey Graham, secara sengaja ingin melecehkan Jepang, yang sepertinya dimaksudkan untuk memperkuat posisi politik dan ideologi Amerika Serikat, serta mempertahankan dominasi psikologis Amerika atas pemerintah dan bangsa Jepang. Hal yang mengingatkan kenangan sejarah pedih bagi bangsa Jepang.

Apa yang aneh bagi dunia adalah mengapa para penguasa Jepang, yang mempunyai sejarah besar, bangsa yang cerdas dan segudang kemampuan Jepang, tidak mau keluar dari dominasi psikologis dan politik kolonial Barat dan tidak mempunyai keinginan memainkan peran sebagai sebuah komunitas yang menentukan bagi perimbangan global ketimbang tetap berada kondisi status yang rendah, dan membantu perdamain senjati di antara bangsa-bangsa dunia dengan melawan imperialisme. (MF)