Eropa Pecundang Perang Energi AS-Rusia
(last modified Wed, 28 Aug 2024 13:46:42 GMT )
Aug 28, 2024 20:46 Asia/Jakarta
  • Eropa Pecundang Perang Energi AS-Rusia

Parstoday- Baru-baru ini, dinas keamanan enam negerai Eropa menyatakan bahwa Rusia merupakan ancaman terhadap infrastruktur vital industri negara Skandinavia dalam pertemuan dengan para manajer sektor energi Norwegia.

Belum lama ini, pertemuan dinas keamanan Jerman, Belgia, Belanda, Finlandia, Swedia dan Islandia diadakan secara tertutup dengan para manajer sektor energi Norwegia. Menurut Parstoday, di satu sisi, pertemuan ini menunjukkan pentingnya Oslo dalam pasokan energi Eropa. Norwegia, yang berbatasan dengan Rusia, telah menjadi pemasok gas alam terbesar di sebagian Eropa.

 

Sinan Selen, wakil Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi Jerman, mengatakan kepada Reuters tentang pertemuan tersebut: "Kami menyaksikan transformasi yang tidak hanya melibatkan Jerman atau Norwegia, tetapi kita semua."

 

Tanpa mengisyaratkan pada kebijakan AS dan perluasan NATO di Eropa Timur, ia menambahkan, ancaman yang ditimbulkan negara seperti Rusia tidak hanya mencakup operasi spionase, tetapi juga mencakup kemungkinan sabotase di beberapa wilayah.

 

Menurut beberapa media barat, pada bulan April, dua warga negara Rusia-Jerman ditangkap di Jerman karena dicurigai berencana melakukan serangan sabotase, termasuk serangan terhadap instalasi militer Amerika. Menurut pejabat Jerman, tujuan tindakan ini adalah untuk melemahkan dukungan militer terhadap Ukraina.

 

Rusia tentu saja membantah tuduhan bahwa Moskow terlibat dalam perencanaan melakukan aksi tersebut. Pada saat yang sama, badan intelijen Norwegia telah menekankan apa yang mereka sebut sebagai kemungkinan ancaman Rusia untuk melakukan serangan sabotase. Masalah kebutuhan Eropa akan sumber daya energi Rusia telah menjadi tantangan besar bagi pengambilan keputusan di benua ini.

 

Namun, setelah pecahnya perang Ukraina pada Februari 2022, Uni Eropa berhenti mengimpor minyak Rusia, dengan pengecualian diterapkan pada Hongaria, Slovakia, dan Republik Ceko. Pasalnya ketiga negara tersebut sangat bergantung pada pasokan energi dari Rusia. Minyak dari negara-negara tersebut dikirim ke negara-negara tersebut melalui pipa Druzhba, yang juga melewati Ukraina.

 

Sanksi Eropa terhadap Rusia mempunyai banyak risiko ekonomi bagi Hongaria dan Slovakia. Hongaria telah memiliki hubungan dekat dengan Rusia selama bertahun-tahun. Negara ini memasok dua pertiga minyaknya dari Rusia.

 

Dalam konteks ini, Menteri Luar Negeri Hongaria, Péter Szijjártó, mengatakan: Keputusan Komisi Eropa untuk menghindari mediasi dalam perselisihan penangguhan pasokan minyak Rusia dari Ukraina menunjukkan bahwa Uni Eropa berada di balik tirai krisis ini.

 

Menteri Luar Negeri Hongaria menambahkan: Perilaku Komisi Eropa menunjukkan bahwa mereka tidak ingin membantu pasokan energi ke Hongaria dan Slovakia, dan terlihat dari bukti, perintah ini dikirim dari Brussel ke Kiev, sehingga timbul tantangan dan masalah dalam pasokan energi ke Hongaria dan Slovakia

 

Tentu saja, salah satu tantangan industri energi antara Rusia dan Uni Eropa adalah sabotase dan ledakan di jaringan pipa gas Nordstream. Jaringan pipa Nord Stream 1 dan 2 bernilai miliaran dolar yang menyalurkan gas Rusia dari bawah Laut Baltik ke Eropa rusak akibat beberapa ledakan pada September 2022, tujuh bulan setelah dimulainya perang Rusia-Ukraina.

 

Belum ada kelompok atau negara yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Rusia telah berulang kali mengatakan bahwa serangan itu dilakukan oleh Amerika Serikat dan Inggris.

 

Baru-baru ini, setelah kaburnya tersangka utama sabotase dan ledakan pipa gas Nordstream di Polandia, kantor berita pemerintah Ria Novosti melaporkan pengaduan Moskow terhadap Berlin.

 

Tyapkin, kepala Departemen Eropa di Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan: "Kami mengangkat isu bahwa Jerman dan negara-negara lain yang terkena dampak harus memenuhi kewajiban mereka berdasarkan Konvensi Anti-Terorisme PBB."

 

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Izvestia bahwa Jerman harus menjawab semua pertanyaan mengenai hal ini.

 

Di sisi lain, isu yang tidak bisa diabaikan adalah peran Amerika dalam transformasi energi di Eropa. Sejatinya, sejak 2012, Amerika bukan lagi importir energi, melainkan eksportir. Setelah perang di Ukraina, Amerika dengan cepat menjadikan Eropa sebagai negara sangat bergantung kepadanya. Kapasitas kerja sama gas Amerika dengan Eropa tercipta setelah perang Ukraina. Tentu saja negara-negara Eropa tidak punya pilihan selain mengikuti kebijakan Washington terkait perang antara Rusia dan Ukraina.

 

Faktanya, perang yang terjadi di Ukraina saat ini adalah perang energi antara Amerika dan Rusia yang terjadi di tanah Eropa. Sementara Amerika, karena mendapat keuntungan dari sumber daya minyak dan gas, tidak hanya tidak menderita akibat perang ini, namun juga memperoleh keuntungan besar dengan meningkatkan pendapatan ekspor minyak dan gas.

 

Rusia, dengan menemukan pelanggan baru di Asia dan meningkatkan ekspor gas ke negara-negara seperti Cina, telah mampu mengkompensasi sebagian besar kerugian yang disebabkan oleh negara-negara Barat. Selain itu, seiring dengan kenaikan harga minyak dan gas global, pendapatan Rusia juga meningkat.

 

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Eropa menjadi pecundang sejati konflik Amerika Serikat dan Rusia. (MF)

 

Tags