Apakah Prancis Sedang Mempersiapkan Diri untuk Perang?
-
Fabien Mandon, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Prancis
Pars Today - Pernyataan kontroversial seorang pejabat tinggi militer Prancis tentang perlunya Prancis bersiap menghadapi kemungkinan perang, bahkan “siap untuk kehilangan putra-putra bangsa”, telah menimbulkan ketakutan di masyarakat Prancis dan memunculkan pertanyaan, apakah Prancis sedang menuju konfrontasi militer?
Menurut laporan IRNA hari Minggu (23/11/2025), Fabien Mandon, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Prancis, dalam pidatonya minggu lalu di Kongres Wali Kota Prancis mengatakan, "Negara harus 'mengembalikan kekuatan moral untuk menerima penderitaan demi melindungi identitasnya' dan harus memiliki 'kesiapan untuk menerima kehilangan anak-anak kita'."
Pernyataan ini, selain menimbulkan kecemasan luas di masyarakat, juga memicu kritik sejumlah tokoh politik yang menuduh pejabat tinggi militer ini sebagai “pemicu perang”.
Menurut laman berita Kanada La Presse, Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Sabtu (22/11) dalam konferensi pers di sela-sela pertemuan G20 di Johannesburg, Afrika Selatan, menyatakan kepercayaannya penuh pada Kepala Staf Angkatan Bersenjata Prancis. Macron mengatakan pernyataannya “telah dipelintir” untuk “menciptakan ketakutan”.
Macron menegaskan bahwa Prancis memang harus bersiap menghadapi kemungkinan perang, Prancis harus tetap menjadi bangsa yang kuat, dengan militer yang kuat, serta memiliki kemampuan untuk bangkit kembali secara kolektif. Macron juga menyerukan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang ancaman geopolitik serta pentingnya “persatuan”.
Jenderal Mandon sendiri dalam wawancara dengan saluran France 5 hari Sabtu menyatakan bahwa ia memahami mengapa sebagian masyarakat merasa khawatir.
Mandon menyebut bahwa tujuan dari pernyataannya adalah “meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan”, seraya menambahkan, Situasi global memburuk dengan cepat, dan menurutnya penting untuk berbagi realitas tersebut dengan para wali kota.
“Selain itu, reaksi publik menunjukkan bahwa masyarakat kita mungkin belum sepenuhnya memahami masalah ini,” imbuhnya.
Sambil merujuk pada "Tinjauan Strategis Nasional 2025", Jenderal Mandon mengklaim, “Analisis mengenai ancaman Rusia adalah sesuatu yang disepakati semua sekutu Eropa, dan hal itu tercantum jelas dalam dokumen tersebut.”
Menurut dokumen itu, Prancis harus siap menghadapi kemungkinan terjadinya konflik besar dan serius di sekitar kawasan Eropa antara tahun 2027 hingga 2030, bersamaan dengan peningkatan besar serangan hibrida di dalam negeri sendiri.
Pejabat tinggi militer ini menambahkan, Saya memiliki kepercayaan besar kepada negara pasukan bersenjata kita. Mereka siap dan tahu bagaimana melindungi Prancis.
Ketika ditanya apa maksudnya dengan pernyataan bahwa Prancis harus “menerima kemungkinan kehilangan putra-putrinya”, Mandon menjelaskan, "Angkatan bersenjata Prancis terdiri dari pemuda berusia 18–30 tahun. Mereka adalah pria dan wanita pemberani yang memahami situasi yang kita hadapi. Mereka memilih untuk masuk dinas militer dan tahu bahwa pilihan tersebut mengandung risiko.”
Ketua Staf Angkatan Bersenjata Prancis yang pada hari Selasa lalu berbicara di Kongres Wali Kota Prancis dan memicu gelombang reaksi politik itu sebelumnya mengatakan, "Kita memiliki pengetahuan, kekuatan ekonomi, dan kapasitas demografis untuk menciptakan efek pencegahan terhadap rezim Moskow yang kurang kita miliki, dan di sinilah peran utama Anda, adalah ketahanan mental untuk menerima bahwa demi melindungi siapa diri kita, kita harus siap menanggung kesulitan.”
Ia menambahkan, "Jika negara kita jatuh, itu karena kita tidak siap menerima kehilangan putra-putri kita atau tidak mau menanggung kesulitan ekonomi.”
Ia kemudian berkata kepada para wali kota, "Anda harus membicarakan masalah ini di kota Anda.”
Pernyataan tersebut langsung memicu reaksi keras dari berbagai partai politik.
Fraksi LFI (France Unbowed) dalam sebuah pernyataan mengatakan, "Seorang Kepala Staf tidak seharusnya berbicara seperti itu. Ia telah melampaui batas kewenangannya dengan mengulang skenario perang dan mendramatisasi keadaan hingga berbicara tentang ‘kehilangan anak-anak kita.’”
Jean-Luc Mélenchon, Pemimpin LFI menulis di platform X, "Saya secara penuh menolak pernyataan Kepala Staf Angkatan Bersenjata. Ia tidak berhak menyerukan kepada wali kota ataupun siapa pun untuk bersiap menghadapi perang yang belum pernah diputuskan siapa pun.”
Ia juga mengkritik bahwa Kepala Staf AD Prancis sedang “memprediksi pengorbanan yang merupakan akibat dari kegagalan diplomatik kita sendiri, tanpa pernah meminta pendapat publik”.
Fabien Roussel, Sekretaris Pertama Partai Komunis Prancis menulis, "Tidak! Apakah 51.000 monumen untuk warga kita yang gugur belum cukup?
Ya untuk pertahanan nasional, tetapi tidak untuk retorika perang!”
Sementara itu, Sébastien Chenu, Wakil Letua Partai Sayap Kanan National Rally, mengatakan di saluran berita LCI, "Jenderal Mandon tidak memiliki legitimasi untuk menyampaikan pernyataan seperti itu. Ini adalah sebuah kesalahan.”
"Jika Presiden Prancis sendiri yang memintanya mengucapkan itu — maka masalahnya akan jauh lebih serius," imbuhnya.
Maud Brégeon, Juru Bicara Pemerintah Prancis pada hari Jumat (21/11) berusaha meredakan kontroversi yang muncul akibat pernyataan Jenderal Mandon.
Ia mengatakan, “Anak-anak kita tidak akan pergi berperang dan mati di Ukraina.”
Ia menjelaskan pernyataan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Prancis sebagai berikut, “Banyak negara tetangga di Eropa sedang mengembalikan wajib militer. Ini adalah salah satu unsur yang perlu dipertimbangkan di negara kita, karena pemerintah sedang bersiap untuk mengumumkan program dinas militer sukarela.”
Jubir Pemerintah Prancis menambahkan, “Jenderal Mandon, seperti beberapa pejabat Eropa lainnya, terutama dari Jerman dan Denmark, menyatakan di parlemen pada bulan Oktober bahwa militer Prancis harus bersiap untuk kemungkinan konflik dalam tiga atau empat tahun ke depan melawan Rusia, karena Rusia mungkin tergoda untuk memperluas perang ke benua kita.”
Dalam beberapa bulan terakhir, kejadian seperti drone yang terbang di atas pangkalan udara Belanda, serta insiden serupa di Belgia, Denmark, dan Jerman, membuat sejumlah pejabat Eropa berbicara tentang perang hibrida Rusia terhadap Eropa. Namun Kremlin membantah terlibat dalam insiden tersebut.
Sebagai respons, menteri pertahanan dari 10 negara Uni Eropa memutuskan untuk membentuk sistem perisai anti-drone, dan beberapa negara sudah menerapkan langkah-langkah pertahanan khusus terhadap drone.
Situs berita Nouvel Obs dalam artikelnya berjudul “Mengapa Eropa memberi peringatan tentang kemungkinan perang” menyoroti isu terkait pernyataan Mandon.
Dalam artikel itu disebutkan bahwa "peringatan dari pejabat tinggi Eropa muncul pada saat operasi destabilisasi di Eropa meningkat".
Tujuannya adalah menempatkan Eropa pada posisi pencegah terhadap setiap kemungkinan serangan, dalam 2 tahun ke depan, bukan 5 tahun.
Majalah ini juga menilai bahwa meskipun pernyataan Mandon dan tanggapan Brégeon menunjukkan bahwa Eropa memang sedang mempersiapkan diri untuk skenario konflik, situasinya juga mencerminkan adanya “kesalahan komunikasi” di balik layar.(sl)