Pengakuan Uni Eropa, Serangan AS ke Suriah Langgar Hukum
(last modified Sat, 08 Apr 2017 07:51:54 GMT )
Apr 08, 2017 14:51 Asia/Jakarta
  • Federica Mogherini
    Federica Mogherini

Federica Mogherini, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengumumkan, serangan rudal Amerika Serikat ke Suriah dilakukan tanpa izin dan tidak punya landasan hukum. Pada saat yang sama Mogherini mengklaim, serangan Amerika ke pangkalan udara Shayrat, Suriah dilakukan untuk mencegah perluasan penggunaan senjata kimia mematikan.

Serangan rudal Amerika hari Jumat (7/4) ke sebuah pangkalan udara penting Suriah yang menurut klaim Washington pesawat-pesawat yang diparkir di pangkalan udara itu terlibat dalam serangan kimia ke distrik Khan Sheikhoun di Provinsi Idlib, memicu pro-kontra di tingkat global.

Secara umum seluruh sekutu Amerika mulai dari Uni Eropa hingga Kanada, Australia, Jepang dan Sekjen NATO selain sekutu-sekutu Arabnya bersama rezim Zionis Israel dan Turki, sudah mengumumkan dukungannya. Di sisi lain sejumlah negara dunia lain seperti Rusia, Cina, Iran, Indonesia dan negara-negara Amerika Latin, bahkan beberapa negara Eropa seperti Swedia, mengumumkan penentangan keras mereka atas serangan rudal Amerika ke Suriah.

Meski para pendukung serangan rudal Amerika ke Suriah mendesak reaksi serius dan efektif atas serangan kimia terbaru di Suriah, namun mereka juga terang-terangan menutup mata atas realitas bahwa serangan rudal Amerika ke Suriah tersebut dilancarkan tanpa izin baik dari Dewan Keamanan PBB maupu dari Kongres Amerika sendiri. Sebaliknya kubu penentang serangan rudal itu menegaskan terulangnya kembali penggunaan strategi unilateral yang pernah terjadi di era Presiden George W.Bush, oleh pemerintah Donald Trump.

Berdasarkan logika unilateralisme, Amerika menganggap dirinya sebagai kekuatan unggul di level global dan atas anggapan itu, Washington menjadi pihak penentu terkait masalah-masalah dunia dan berhak melakukan aksi-aksi sepihak. Barack Obama, mantan Presiden Amerika, dengan memperhatikan dampak-dampak negatif unilateralisme di masa kepemimpinannya, ia berusaha untuk melibatkan sekutu-sekutu Amerika dalam petualangan-petualangan perang Washington di dunia.

Namun demikian, Trump sebagai seorang presiden populis yang merupakan pendukung langkah-langkah mengejutkan di dalam maupun luar negeri, sekarang mengeluarkan perintah serangan ke Suriah untuk menyelamatkan diri dari kemelut yang terjadi di dalam negeri Amerika dan memperoleh simpati sekutu-sekutunya. Sekutu-sekutu Amerika selain menekankan dilakukannya serangan ke Suriah, pada saat yang sama mengakui bahwa serangan tersebut melanggar hukum internasional.

Pada kenyataannya Amerika tetap bermaksud menyerang negara lain semata-mata karena nafsu dan kepentingannya tanpa memperdulikan aturan internasional, dan dengan mengabaikan peran PBB dan Dewan Keamanan sebagai lembaga yang bertanggung jawab menjaga perdamaian dan keamanan global. Pemerintah Amerika sebelumnya tidak mengantongi izin dari DK PBB ata Kongres negara itu untuk menyerang Suriah, bahkan serangan rudal tersebut tidak dilakukan Amerika untuk membela diri.

Masalah unilateralisme Amerika berulang kali memicu protes dari negara-negara dunia khususnya dari rival terdekat negara itu seperti Rusia dan Cina. Mereka menganggap langkah-langkah sepihak Amerika terkait masalah dan krisis global, semata-mata merupakan langkah yang melumpuhkan peran DK PBB dan menjadi faktor yang memperluas kekacauan di level internasional, oleh karena itu strategi Amerika ini dikutuk oleh sejumlah negara dunia. (HS)

Tags