Asia Tenggara di Bawah Ancaman Terorisme
(last modified Wed, 02 Aug 2017 11:40:40 GMT )
Aug 02, 2017 18:40 Asia/Jakarta

Di saat kekhawatiran terkait meluasnya terorisme di kawasan Asia Tenggara terus meningkat, Menteri Pertahanan Singapura kembali memperingatkan bahaya terorisme di negara-negara Asia Tenggara.

Ng En Hen, Menhan Singapura menyinggung peningkatan serangan teror di negara-negara Asia Tenggara dan mengumumkan, jumlah serangan teror di Asia Tenggara sejak tahun 2013 mengalami peningkatan. Ia memperingatkan negara-negara Asia Tenggara dan meminta pemerintah beserta warga negara-negara itu untuk waspada dan bertekad memerangi kelompok-kelompok teroris.

Pasca serangan teror terbaru yang dilakukan kelompok teroris Maute di kota Marawi, kepulauan Mindanao, Selatan Filipina, negara-negara kawasan mulai menganggap serius pengaruh dan kehadiran kelompok-kelompok teroris di wilayahnya. Dalam beberapa minggu terakhir, negara-negara Asia Tenggara memperkuat kerja sama keamanan dan intelijen, juga melakukan patroli laut bersama.

Kelompok-kelompok teroris di Asia Tenggara termasuk kelompok Abu Sayyaf, adalah kelompok penjahat yang kerap melakukan aksi penculikan orang, perampokan, pemerasan dan yang terbaru, serangan teror dan peledakan bom yang menyebabkan ketakutan di tengah masyarakat kawasan.

Pembunuhan terhadap para wisatawan asing oleh kelompok-kelompok teroris itu telah memukul industri pariwisata negara-negara ASEAN. Oleh karena itu, selain memahami ancaman-ancaman kolektif yang dihadapi, negara-negara ASEAN juga menjalin kerja sama intelijen dan keamanan komprehensif guna mencegah meluasnya pengaruh kelompok-kelompok teroris.

Selain itu, untuk mencegah semakin solid dan bersatunya kelompok-kelompok teroris lokal, negara-negara Asia Tenggara berusaha menghambat kerja sama transregional mereka dengan kelompok-kelompok teroris lain seperti Al Qaeda dan Daesh. Pasalnya, kelompok-kelompok teroris itu dengan menyerang wilayah Selatan Filipina mencoba menguasai wilayah geografis tertentu.

Sidney Jones, Direktur Institut Analisis Kebijakan Konflik di Jakarta mengatakan, saat ini kota-kota di negara-negara kawasan terancam peningkatan bahaya serangan teror dan kerja sama di antara kelompok-kelompok teroris di perbatasan negara-negara kawasan mungkin saja bertambah. Untuk menghadapinya diperlukan kerja sama komprehensif di bidang intelijen dan keamanan dari negara-negara kawasan.

Ulama dan para analis politik serta keamanan kawasan Asia Tenggara menilai satu-satunya cara untuk menghilangkan kekhawatiran atas pengaruh dan perluasan kelompok-kelompok teroris, adalah dilakukannya tindakan asasi. Mereka percaya, akar seluruh kelompok-kelompok teroris di kawasan adalah pemikiran menyimpang Wahabisme yang mendorong para pemuda untuk melakukan aksi-aksi kekerasan dan terorisme, dengan menanamkan ajaran-ajaran keliru.

Dennis Ignatius, mantan diplomat Kementerian Luar Negeri Malaysia mengatakan, satu-satunya faktor munculnya ekstremisme dan terorisme di kawasan Asia Tenggara adalah tumbuhnya ajaran-ajaran Wahabi. Tujuan akhir Wahabisme adalah membentuk sebuah masyarakat universal Wahabi yang bersatu dipimpin sistem khalifah yang meraih kekuasaan lewat jalan kekerasan dan teror. Salah satu contohnya seperti yang terjadi di Irak dan Suriah.

Bagaimanapun juga, peringatan kontinu petinggi politik dan militer negara-negara Asia Tenggara terkait urgensi persatuan untuk melawan kelompok-kelompok teroris dan mencegah perluasan pengaruh mereka di kawasan ini, adalah indikasi kewaspadaan dan pemahaman bersama terhadap segala bentuk ancaman yang berakar dari pemikiran dan perpecahan yang disebarluaskan Arab Saudi. (HS) 

Tags