JCPOA Peluang Bagi Kemandirian Finansial Eropa dari Amerika
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat selalu mengambil sikap kritis terkait kesepakatan nuklir Rencana Aksi Bersama Komprhensif (JCPOA) yang telah ditandatangani antara Iran dan kelompok 5 +1, termasuk Amerika Serikat. Ia melihatnya sebagai kesepakatan terburuk dan akhirnya pada 8 Mei 2018 mengumumkan penarikan diri Amerika Serikat dari JCPOA dan kembali menerapkan sanksi nuklir terhadap Iran pada bulan Agustus dan November 2018.
Sebaliknya, Eropa menekankan untuk mempertahankan JCPOA demi menjamin kepentingannya. Itulah mengapa Iran dan Uni Eropa dalam beberapa bulan terakhir telah melakukan pembicaraan untuk mempertahankan JCPOA pasca penarikan diri Amerika dari perjanjian internasional ini. Uni Eropa memiliki tiga negara penting atau Troika Eropa yang terdiri dari Jerman, Perancis dan Inggris adalah anggota kelompok 5 +1. Tiga negara ini selain mendukung kesepakatan nuklir JCPOA, juga menegaskan upayanya menghadapi langkah-langkah Amerika untuk membatalkan JCPOA dan telah mengambil langkah-langkah ke arah ini.
Menurut Federica Mogherini, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, pekerjaan kami dengan negara-negara anggota dan mitra lainnya di dunia terus berlanjut sehingga memastikan bahwa Iran dan warganya mendapat manfaat dari hubungan ekonomi dengan negara-negara Uni Eropa dan negara-negara lain di dunia.
Uni Eropa dalam proses perundingan dengan Iran telah berjanji untuk memberikan paket dukungan ke Tehran untuk melawan sanksi Amerika Serikat. Dalam hal ini, Uni Eropa beberapa waktu lalu telah memperkenalkan Undang-Undang Pemblokiran (Blocking Statute) untuk mendukung Iran dan perusahaan-perusahaan Eropa dalam menghadapi sanksi Amerika Serikat. Sekalipun demikian, para analis percaya bahwa aturan-aturan ini tidak dapat secara efektif mencegah penarikan perusahaan-perusahaan besar Eropa dari Iran.
Langkah lain dari upaya Eropa adalah mendirikan lembaga keuangan independen dari Amerika Serikat sebelum November 2018, putaran kedua sanksi AS terhadap Iran untuk mempertahankan hubungan bisnisnya dengan Iran. Dalam hal ini, Menteri Keuangan Perancis Bruno Le Maire pada 5 Oktober menggambarkan sanksi Amerika Serikat terhadap Iran sebagai peluang bagi negara-negara Eropa untuk menciptakan lembaga keuangan independen.
"Saya percaya bahwa hasil krisis Iran akan menjadi peluang bagi Eropa untuk menciptakan lembaga keuangan independen mereka sendiri sehingga kita dapat berdagang dengan siapa pun yang kita inginkan," kata Le Maire.
Rencananya lembaga baru ini tidak berbentuk bank, tetapi untuk beroperasi secara legal dan independen. Tujuan lembaga keuangan ini adalah untuk melakukan transaksi keuangan dengan Iran tanpa melewati saluran transfer bank yang biasa. Lembaga keuangan baru ini bukan bank, tetapi sebagai badan hukum untuk "entitas tujuan khusus".
Diharapkan bahwa semua negara anggota UE akan dapat memperoleh manfaat dari lembaga keuangan ini. Akibatnya, banyak perdagangan, industri dan bahkan kelanjutan penjualan minyak Iran ke Eropa akan mungkin. Perilaku ini sebenarnya merupakan langkah menuju kemandirian keuangan Eropa dari Amerika Serikat.
Orang Eropa sangat tidak senang dengan pendekatan brutal dan arogan dari Trump yang berusaha mengakhiri semua hubungan perdagangan dan keuangan Eropa dengan Iran. Pemerintah Amerika Serikat setelah menarik diri dari JCPOA, meluncurkan kampanye komprehensif untuk menekan Iran dan mencoba mengajak negara lain untuk mendukung sanksi sepihak terhadap bangsa Iran.
Menteri Keuangan Perancis dalam hal ini secara transparan mengatakan, tidak seharusnya Washington yang memutuskan apakah kami boleh melakukan perdagangan dengan Iran atau tidak. Sikap menteri Perancis itu menunjukkan penolakan dari mitra Eropa Washington dengan pendekatan sepihak Amerika Serikat, dimana sekarang bukan hanya tentang JCPOA, tapi dalam banyak kasus lain telah berkontribusi pada konfrontasi antara Eropa dan Amerika.