Menelisik Kebuntuan dalam Perundingan Dagang antara Amerika Serikat dan Cina
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat dalam mengejar kebijakan proteksionis ekonomi telah memulai perang dagang dengan Cina negara itu sejak Juni 2018 dengan mengenakan tarif bea masuk baru. Padahal Cina merupakan salah satu mitra dagang terbesar Amerika Serikat.
Menyusul perundingan terbaru antara Donald Trump, Presiden Amerika Serikat dengan timpalannya dari Cina, Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 di Argentina, kedua negara menyepakati gencatan senjata perdagangan selama 90 hari. Selanjutnya, pada 30 dan 31 Januari 2019, pembicaraan dua hari tingkat tinggi diadakan dengan partisipasi Liu He, Deputi Perdana Menteri Cina di Washington untuk mencapai kesepakatan tentang perdagangan bilateral, tetapi laporan menunjukkan bahwa pembicaraan ini Itu belum mencapai kesimpulan tertentu dan benar-benar mencapai jalan buntu. Masalah ini menyebabkan Trump kembali mengeluarkan ancaman baru terhadap Beijing. Kenyataan ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat tidak berniat untuk berkompromi dengan Cina.
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat pada hari Kamis (31/01) saat bertemu dengan Liu He mengklaim bahwa ada kemajuan yang signifikan dalam pembicaraan ini. Trump menyebut kemajuan ini mengindikasikan bahwa kita akan mencapai kesepakatan. Trump juga menyatakan ingin melakukan kunjungan ke Cina dan melakukan pertemuan dengan Xi Jinping, Presiden Cina. Sementara itu, pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih menjelaskan bahwa kemajuan telah dicapai, tapi harus lebih banyak tindakan yang diambil.
Trump menekankan, "Proses 90 hari yang disepakati di Buenos Aires adalah tenggat waktu dan tarif Amerika Serikat akan meningkat kecuali AS dan China mencapai kesimpulan yang memuaskan pada 1 Maret 2019."
Pernyataan Trump memiliki nada ancaman dan pada kenyataannya mereka bermaksud menunjukkan kepada pihak Cina bahwa jika tuntutan Amerika Serikat tidak sepenuhnya dihormati, hukuman yang diinginkan Trump bakal diterapkan, termasuk pengenaan tarif baru pada barang dan produk-produk Dina.
Dalam pembicaraan ini, Amerika Serikat mengajukan banyak klaim terhadap Cina, termasuk tekanan paling mendesak terhadap perusahaan-perusahaan Amerika yang beroperasi di Cina dengan mengenakan berbagai tarif dan hambatan non-tarif, mengklaim serangan cyber oleh Cina dan menghilangkan hambatan untuk pasar dan tarif bea masuk yang membatasi penjualan produk, layanan dan produk pertanian dari Amerika Serikat ke Cina. Kedua belah pihak juga membahas perlunya mengurangi defisit perdagangan yang meningkat yang dimiliki AS dengan Cina. Membeli produk Amerika Serikat oleh Cina adalah bagian penting dari pembicaraan ini.
Meskipun Trump mengklaim bahwa telah meningkatkan lebih banyak tekanan dan memaksa Beijing untuk mematuhi permintaan perdagangan Amerika Serikat. Cina memiliki sekitar 2 triliun dolar dalam cadangan dolar, surat-surat berharga dan hutang Amerika Serikat dan dapat menggunakannya untuk menekan ekonomi dan bisnis AS. Bagi Cina, kebijakan proteksionis Trump yang sepenuhnya bertentangan dengan kebijakan bisnis Beijing tidak dapat diterima.
Menurut Bruno Le Maire, Menteri Keuangan Perancis, "Jika ketegangan perdagangan AS-Cina berubah menjadi Perang Dingin, semua negara di dunia akan merugi."
Kelanjutan dari kebijakan perdagangan Trump saat ini akan meningkatkan harga barang dan produk Cina di pasar AS, dan pada akhirnya mengurangi permintaan yang akan memiliki efek yang sangat negatif pada produksi dan pasokan di Cina. Meskipun Cina sedang berjuang untuk mencapai kompromi dengan Amerika Serikat, tetapi jika Trump menginginkan kesepakatan satu arah, Cina pasti akan berdiri melawan ketamakan Washington.