Pernyataan Trump Soal Kekalahan Daesh; Kontradiksi dalam Pendekatan Washington
(last modified Mon, 25 Mar 2019 02:39:40 GMT )
Mar 25, 2019 09:39 Asia/Jakarta
  • Donald Trump, Presiden AS
    Donald Trump, Presiden AS

Donald Trump, Presiden Amerika Serikat pada 19 Desember 2018 mengumumkan bahwa pasukan AS akan meninggalkan Suriah. Dalam sambutannya, ia mengklaim bahwa alasannya adalah kekalahan kelompok teroris Daesh (ISIS) di Suriah. Pada fase berikutnya tertanggal 6 Februari 2019, Trump dalam pertemuan koalisi internasional yang disebut anti-Daesh, mengklaim bahwa ia segera mengumumkan berakhirnya Daesh.

Sekarang, setelah lebih dari satu setengah bulan dari janji presiden AS, Trump telah merilis pernyataan yang mengumumkan jatuhnya pangkalan terakhir Daesh di Suriah. Presiden Amerika Serikat mengklaim bahwa ia dan rekan-rekan Washington dalam koalisi anti-Daesh mampu membebaskan daerah terakhir yang dikuasai oleh para teroris ini di Suriah dan Irak.

Trump juga mengatakan, "Kami, dengan pembentukan kelompok anti-terorisme global, akan menjaga kesadaran kami sampai kami akhirnya mengalahkan agen terakhir kelompok ini. Kami akan terus bekerja dengan mitra dan sekutu kami untuk mengakhiri terorisme ekstrem."

Donald Trump, Presiden AS

Sementara Gedung Putih pada hari Jumat (22/03) mengumumkan bahwa Daesh telah kehilangan semua wilayah dominannya, pasukan Kurdi yang didukung Amerika Serikat tidak secara resmi mengumumkan kemenangan mereka pada Sabtu, 23 Maret. Pada saat yang sama, Washington dengan licik tetap mengklaim untuk melanjutkan perjuangannya melawan Daesh. John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan, "Amerika Serikat terus mengawasi sisa-sisa Daesh dan kemungkinan melakukan kembali aktivitasnya."

Trump berulang kali mengklaim bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk melenyapkan Daesh dan akan membela rakyat terhadap terorisme. Klaim ini sepenuhnya bertentangan dengan kenyataan. Donald Trump tampaknya telah lupa bahwa selama kampanye pemilihan presiden 2016, ia menyebut pemerintahan Obama pembentuk kelompok teroris Daesh. Faktanya, Amerika telah menjadi pendiri dan pendukung Daesh.

Setelah krisis Suriah pada tahun 2011, Amerika Serikat menduduki puncak Koalisi Barat dan Arab dalam mendukung Daesh dan kelompok-kelompok teroris lainnya untuk memajukan kepentingannya dan mencapai tujuannya, bukannya menghadapi terorisme ekstremis. Menurut Ivan Ipolitov, pakar politik, tujuan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir selalu menggunakan alat terorisme dan ekstremisme untuk memajukan kebijakan luar negerinya dan konsekuensinya adalah melemahkan negara-negara Timur Tengah dan menciptakan landasan bagi pertumbuhan terorisme dan ekstremisme.

Pandangan ini juga sejalan dengan pandangan beberapa analis Barat. Menurut para analis, Amerika Serikat telah memainkan peran penting dalam memperluas Daesh bersama dengan beberapa negara Eropa dalam mengejar tujuan dan kepentingan Barat. Frederic Poisson, seorang ahli Timur Tengah percaya bahwa Perancis bersama dengan Amerika bertanggung jawab atas munculnya Daesh.

Kinerja Amerika Serikat di Suriah menunjukkan bahwa dari 2011 hingga 2014, ketika Daesh tidak hanya beberapa bagian Suriah tetapi juga menduduki sejumlah kota dan wilayah Irak, Amerika Serikat memainkan peran utama dalam memberikan dukungan logistik dan pembiayaan untuk kelompok-kelompok teroris Takfiri, termasuk Daesh. Sejak 2014, ketika apa yang disebut koalisi anti-Daesh dibentuk, tujuan Amerika Serikat adalah menjaga Daesh tetap terkendali untuk menggunakannya melawan tentara dan pemerintah Suriah dan sekutunya.

Donald Trump, Presiden Amerika Serikat

Dengan demikian, kejujuran Amerika tentang memerangi Daesh benar-benar dipertanyakan. Sementara itu, Trump telah menyatakan bahwa perang Amerika melawan Daesh di Suriah menguntungkan kepentingan Iran dan Rusia, serta mempertanyakan biaya untuk melakukannya. Faktanya, dalam delapan tahun terakhir, Amerika Serikat telah menjadi pendukung kelompok-kelompok teroris yang menentang rezim Suriah dengan tujuan menggulingkan pemerintah Bashar al-Assad yang sah, tetapi gagal mencapai tujuan ini, dan sekarang setelah Daesh telah sepenuhnya lemah, Gedung Putih mengklaim kemenangan atasnya dan memainkan peran yang menentukan di bidang ini.