Pertemuan Trump dengan Kim Jong un, Kampanye Jelang Pilpres
https://parstoday.ir/id/news/world-i71478-pertemuan_trump_dengan_kim_jong_un_kampanye_jelang_pilpres
Selama beberapa hari terakhir Presiden Amerika Serikat Donald Trump aktif melakukan pencitraan dengan melakukan pertemuan dan meluncurkan inisiatif di isu-isu lama dan tak terselesaikan di kebijakan luar negeri seperti krisis nuklir Semenanjung Korea. Hal ini dimaksudkan untuk mencitrakan dirinya meraih banyak kesuksesan.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Jun 30, 2019 20:09 Asia/Jakarta
  • Kim dan Trump
    Kim dan Trump

Selama beberapa hari terakhir Presiden Amerika Serikat Donald Trump aktif melakukan pencitraan dengan melakukan pertemuan dan meluncurkan inisiatif di isu-isu lama dan tak terselesaikan di kebijakan luar negeri seperti krisis nuklir Semenanjung Korea. Hal ini dimaksudkan untuk mencitrakan dirinya meraih banyak kesuksesan.

Terkait hal ini, Trump dalam sebuah aksi mendadak dan tanpa persiapan hadi Ahad (30/06) bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong un. Setelah bertemu dengan Un, Trump memasuki Korea Utara dengan berjalan kaki. Dengan demikian Trump  tercatat sebagai presiden Amerika pertama yang memasuki wilayah Korea Utara saat menjabat. Setelah bertemu dengan Kim Jong un di perbatasan kedua Korea, Trump mengatakan, "Hari ini adalah hari besar bagi dunia."

Kim-Trump

Sementara itu, Kim menyebut kunjungan presiden Amerika ke Korea Utara sebagai langkah berani. Kim Jong un mengatakan, kunjungan singkat presiden AS ke Korea Utara akan membantu memulihkan hubungan kedua negara. Kim sebelumnya sepakat menerima undangan Trump untuk bertemu di zona demiliterisasi. Presiden AS hari Sabtu (29/06) sebelum tiba di Korea Selatan mengkonfirmasikan keseiapannya bertemu dengan Kim Jong un.

Sepertinya tujuan Trump dari pertemuan sekedar pencitraan bahwa ada kemajuan di perundingan antara Washington dan Pyongyangh di bidang penyelesaian krisis nuklir Semenanjung Korera. Trump senantiasa berusaha menunjukkan dirinya terdepan dalam inisiatif praktis politik dalam menyikapi isu dan krisis di kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Hal ini khususnya semakin kentara mengingat perundingan antara AS dan Korea Utara terkait upaya menemukan solusi bagi krisis nuklir menemui jalan buntu.

Meski Trump sebelumnya mengklaim ada kemajuan di kasus ini pasca pertemuan dirinya dengan Kim, namun setelah Washington mengajukan permintaan irrasional kepada Pyongyang, yakni dihentikannya secara penuh program nuklir Korut tanpa memberi konsesi seimbang seperti pencabutan sanksi luas, kini perundingan terhenti dan Korut dilaporkan memulai kembali uji coba rudal balistiknya.

Donald Trump dan Kim telah bertemu dua kali, Juni 2018 di Singapura dan Februari 2019 di Hanoi, Vietnam. Meski pertemuan pertama berhasil menghasilkan kesepakatan, namun babak kedua gagal. Pertemuan Hanoi berakhir tanpa hasil setelah pemerintah Amerika menolak untuk mencabut sanksi Korea Utara.

Pyongyang berulang kali mengkritik Washington karena melanjutkan aksinya menekan ekonomi Pyongyang meski Korut telah menghancurkan sejumlah instalasi nuklir dan menghentikan uji coba rudal balistiknya. Sepertinya Trump telah meniti jalannya terkait Korut dan alat-alat kebijakan luar negeri AS juga menindaklanjuti aksinya di bidang ini.

Dimensi lain dari langkah Trump ini harus dinilai sebagai bentuk propaganda dan kampanye bagi dirinya mengingat dimulainya persaingan tak resmi pemilu presiden. Trump memanfaatkan pertemuannya dengan Kim sebagi bentuk kampanye dan permintaan dirinya untuk bertemu dengan Kim dinilai sebagai sikap pemimpin Korut yang mementingkan presiden AS. Trump mengklaim bahwa di era kepemimpinan Barack Obama, pemerintah AS mengemis kepada Korut supaya pemimpin Pyongyang bersedia bertemu dengan Obama, namun Kim menolaknya.

Di sisi lain, pertemuan ini mengindikasikan bahwa Trump sosok yang tidak dapat diprediksi. Di jumpa persnya ia mengakui bahwa ide pertemuan mendadak ini terlintas dibenaknya hari Sabtu. (MF)