Mencermati Lawatan Mike Pence ke Irak
(last modified 2019-11-24T13:54:26+00:00 )
Nov 24, 2019 20:54 Asia/Jakarta
  • Mike Pence di Pangkalan Ain al-Assad Irak
    Mike Pence di Pangkalan Ain al-Assad Irak

Amerika Serikat pasca agresi ke Irak dan pendudukan negara ini tahun 2003 senantiasa berusaha mengintervensi urusan internal Baghdad disamping tetap mempertahankan pasukannya di negara ini.

Pendekatan Amerika ini mendapat respon negatif dari rakyat Irak. Sekaitan dengan ini, Wakil presiden AS Mike Pence Sabtu (23/11) berkunjung ke Irak. Wakil presiden AS mengunjungi pangkalan militer Ayn al-Assad di barat Irak di mana pasukan Amerika ditempatkan di sana. Kunjungan Pence ke Irak dilakukan secara mendadak karena alasan keamanan.

Kunjungan Pence ke Irak memiliki sejumlah agenda seperti dialog telepon dengan Perdana Menteri Adil Abdul-Mahdi terkait instabilitas terbaru di Irak, mengunjungi pasukan Amerika dan bertemu dengan pemimpin otonomi Kurdistan, Nechirvan Barzani di Arbil.

Mike Pence saat bertemu dengan Nechirvan Barzani

Seperti kebiasaan pejabat Amerika, kunjungan Pence ke Irak juga dilakukan secara mendadak tanpa pengumuman sebelumnya. Dan tentu saja hal ini memicu protes dari petinggi dan partai Irak. Koalisi al-Nasr yang berafiliasi dengan Haider al-Abadi, mantan perdana menteri Irak merespon kunjungan wakil presiden Amerika ke Kurdistan tanpa mengunjungi Baghdad. Koalisi ini menekankan bahwa Baghdad ibukota Irak bukan Arbil.

Di statemen Koalisi al-Nasr disebutkan, "Kami menentang kesepakatan pemerintah Irak dengan persiapan kunjungan ini yang hanya terbatas di pangkalan Ain al-Assad dan Arbil. Alasan penentangan kami adalah kedaulatan Irak tidak diperhatikan."

Salah satu langkah inkonvensional Pence adalah ia tidak berkunjung ke Baghdad dan bertemu secara langsung dengan Adil Abdul-Mahdi, tapi ia hanya mengontak perdana menteri Irak dari Ain al-Assad membahas kondisi dalam negeri Irak. Hal ini telah memicu protes keras.

Sepertinya Pence dalam sebuah permintaan inkonvensionalnya, mengharapkan Adil Abdu-Mahdi untuk datang ke pangkalan Ain al-Assad. Tentunya permintaan seperti ini langsung ditolak oleh Adil Abdul-Mahdi. Hal ini terlepas dari indikasi pendekatan sombong dan pandangan petinggi Trump yang melecehkan pejabat negara lain, pada dasarnya menunjukkan bahwa AS menganggap dirinya wali Irak dan melalui pendekatan intervensifnya, Washington dengan berani menyodorkan mekanisme dan rekomendasi di bidang urusan internal negara ini.

Pence mengatakan telah berbicara dengan perdana menteri Irak terkait instabilitas di negara ini dan Abdul-Mahdi telah meyakinkannya bahwa Baghdad berusaha mencegah kekerasan. Wakil presiden AS mengatakan, "Saya memiliki permintaan kepada semua pihak di Irak untuk mendengarkan permintaan para demonstran dan merealisasikan reformasi yang mereka tuntut."

Wakil presiden AS selanjutnya bertolak ke Arbil untuk bertemu dengan pemimpin otonomi Kurdistan. Nechirvan Barzani saat menyambut Pence mengatakan, kunjungan ini bukti dukungan Washington kepada Irak dan wilayah otonomi Kurdistan

Meski Washington mengumumkan bahwa tujuan dari kunjungan Pence ke Irak adalah untuk meyakinkan sekutu Gedung Putih dalam melawan Daesh (ISIS), namun sepertinya kunjungan wakil presiden AS ke Arbil dan utara Irak ditujukan untuk mendukung Kurdi Irak. Khususnya sikap Donald Trump yang mengkhianati Kurdi Suriah dan pemberian lampu hijau kepada Turki untuk menyerang utara Suriah telah memicu kekhawatiran petinggi daerah otonomi Kurdistan.

Pence saat menjawab pertanyaan terkait apakah ia harus menghapus perasaan dikhianati yang dirasakan oleh warga Kurdi, mengatakan, "Saya tidak merasa bahwa ada kebingungan di antara pemimpin di sini, di mana janji Presiden Trump kepada sekutu kami di Irak serat kepada pasukan Kurdi yang berperang bersama kami tidak akan berubah." Meski demikian langkah Pence, yakni berkunjung ke Arbil dan tidak ke Baghdad, sebuah indikasi pengabaian Amerika kepada pemerintah pusat Irak dan sebuah bentuk dukungan atas klaim pemisahan diri Kurdistan Irak.

Sejatinya tujuan AS adalah melemahkan pemerintah Irak yang menurut anggapan Washington Baghdad memiliki hubungan dengan Tehran serta mempersiapkan peluang bagi pergerakan kubu oposisi Baghdad. Seperti yang diklaim Pence bahwa Amerika menghormati kedaulatan Irak dan mengaku khawatir atas pengaruh tetangga Irak. Selain itu, rekomendasi Pence sebuah intervensi nyata di urusan internal Irak dan langkah yang melanggar kedaulatan serta independensi Irak.

 

Tags