Ketika Defisit Anggaran AS Semakin Meroket
(last modified Thu, 11 Mar 2021 03:48:49 GMT )
Mar 11, 2021 10:48 Asia/Jakarta
  • Defisit anggaran AS yang semakin membengkak
    Defisit anggaran AS yang semakin membengkak

Kantor Anggaran Kongres AS dalam laporan terbarunya mengumumkan bahwa defisit anggaran Federal telah mencapai lebih dari $ 1 triliun dalam lima bulan pertama tahun fiskal 2021 saja. Kantor itu mengatakan, defisit Anggaran Federal mencapai lebih dari $ 1,48 triliun pada Februari, naik $ 423 miliar dari periode yang sama tahun lalu.

Berbagai pengeluaran yang bergerak lebih cepat dari pendapatan telah menyebabkan defisit neraca Anggaran Federal terbesar sejak Perang Dunia II. Menurut data yang dipublikasikan, pada tahun fiskal saat ini, pengeluaran pemerintah federal meningkat 25% dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi pendapatan hanya meningkat 5%.

Pada tahun fiskal 2020, yang berakhir pada 30 September, defisit Anggaran Federal mencapai rekor $ 3 triliun, lebih dari dua kali lipat rekor sebelumnya. Namun defisit anggaran diperkirakan akan mencapai lebih dari $ 4 triliun pada akhir tahun fiskal ini.

Gedung Putih dan dolar

Rencananya, paket bantuan Covid-19 senilai $ 1,9 triliun setelah persetujuan akhir akan ditandatangani oleh oleh Presiden AS Joe Biden pada hari Kamis. Distribusi uang sejumlah ini ke pasar, yang dilakukan untuk menghidupkan kembali ekonomi AS yang stagnan, memberikan banyak tekanan finansial pada sumber keuangan pemerintah AS.

Sejauh ini, dengan menghitung persetujuan dan implementasi paket pemulihan ekonomi yang telah menyuntikkan hampir $ 6 triliun ke pasar sejak dimulainya krisis Corona di bawah mantan Presiden Donald Trump, tapi prospek kembalinya kegairahan ekonomi AS yang sedang krisis belum terlihat.

Tom Longo, analis ekonomi beberapa waktu lalu kepada Sputnik mengatakan, "Perekonomian AS berada dalam situasi yang sangat buruk. Menutup aktivitas perekonomian hanya memperburuk krisis yang baru saja muncul dan memperburuk situasi. Defisit anggaran AS tahun ini akan lebih dari $ 4 triliun, yang berarti lebih dari 25 persen dari PDB, pada tingkat yang tidak terlihat sejak Perang Dunia II."

Tentu saja, ini bukan hanya masalah bagi pemerintah Federal di Washington DC, tetapi hampir semua 50 negara bagian AS berada di bawah tekanan defisit anggaran. Pemerintah Federal dan negara bagian juga memiliki sedikit harapan untuk meningkatkan sumber pendapatan, termasuk pajak, untuk mengatasi krisis keuangan ini.

Meskipun Demokrat berkuasa di Gedung Putih dan Kongres mendukung kenaikan pajak pada orang kaya dan perusahaan-perusahaan besar, tapi tingkat defisit anggaran sebegitu besar sehingga tidak dapat diimbangi dengan kenaikan pajak yang biasa.

Pada saat yang sama, menaikkan pajak untuk mengurangi defisit anggaran akan menimbulkan konsekuensi sosial-politik yang serius bagi Demokrat, yang dapat mengakibatkan kekalahan dalam pemilu 2022 dan 2024. Sementara ekonomi AS berada dalam salah satu resesi terburuk dalam sejarahnya, dan dalam situasi ini, menaikkan pajak dapat menyebabkan tekanan dua kali lipat pada produksi dan meningkatkan pengangguran lagi di negara ini.

Karena itu, satu-satunya cara bagi pemerintah Federal dan pemerintah negara bagian untuk mengatasi defisit anggaran adalah dengan meminjam sebanyak mungkin dari lembaga kredit dalam dan luar negeri, yang akan menambah utang yang sangat besar saat ini.

Dolar AS

Selain meningkatkan pinjaman dalam dan luar negeri, pemerintah federal akan berusaha memenuhi sebagian kebutuhan keuangannya dengan mencetak uang kertas tanpa jaminan, suatu tindakan yang akan menimbulkan inflasi. Namun karena dolar adalah mata uang utama dunia, inflasi ini pada akhirnya tidak akan menjangkau warga Amerika dan akan menyasar warga di belahan dunia lain.