Klaim Presiden AS tentang Melemahnya al-Qaeda
(last modified Tue, 04 May 2021 10:00:19 GMT )
May 04, 2021 17:00 Asia/Jakarta

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, 2 Mei 2021 mengklaim bahwa AS akan terus memantau dan menghapus setiap ancaman teroris di Afghanistan. Dia mengatakan, kami akan tetap waspada terhadap kelompok-kelompok teroris di seluruh dunia.

Klaim Biden tersebut dilontarkan bersamaan dengan dimulainya penarikan pasukan AS dari Afghanistan setelah dua dekade menduduki negara ini. Presiden AS juga menyinggung peringatan ke-10 pembunuhan pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden. Biden menuturkan, al-Qaeda di Afghanistan telah sangat lemah dan AS telah menepati janjinya untuk mengejar al-Qaeda dan para pemimpinnya di Afganistan.

Biden menekankan bahwa AS tidak akan mundur dari komitmennya untuk mencegah terulangnya peristiwa seperti serangan 11 September. Pernyataan Biden tentang pelemahan al-Qaeda sekaligus penekanan atas perang melawan terorisme dilontarkan tanpa menyebut peran AS dalam pembentukan al-Qaeda dan penyebaran kelompok-kelompok teroris takfiri di Asia Barat.

Selama Perang Dingin, AS memainkan peran kunci dalam pembentukan al-Qaeda setelah pendudukan Uni Soviet di Afghanistan. Faktanya, AS telah menjadi pendukung utama kelompok-kelompok teroris, termasuk al-Qaeda, dan menjadikannya sebagai alat untuk mencapai kepentingan-kepentingannya.

Selama pendudukan Uni Soviet di Afghanistan pada 1980-an, AS melengkapi dan mempersenjatai ribuan orang yang datang ke Afghanistan dari seluruh dunia untuk memerangi Uni Soviet dan melawan penyebaran komunisme. Ini menjadi titik awal pembentukan dan perluasan kelompok teroris al-Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden.

Pada dekade 1990-an, bin Laden mengkritik rezim Riyadh karena mengizinkan pasukan AS di tempatkan di Arab Saudi yang merupakan tanah dua tempat suci. Dia kemudian menyerukan apa yang disebut sebagai jihad melawan orang-orang kafir Amerika. Al-Qaeda kemudian melancarkan beragam serangan terhadap pusat-pusat kepentingan AS termasuk kedutaan besar dan kapal AS di pelabuhan Aden.

Serangan 11 September 2001

Al-Qaeda juga melancarkan serangan 11 September 2001 di New York dan Washington, dan setelah itu pemerintahan George W. Bush melancarkan kampanye besar-besaran melawan terorisme yang berujung pada pendudukan Afghanistan dan penggulingan Taliban.

Sejak 2011, Washington juga telah memberikan dukungan luas kepada kelompok-kelompok teroris Takfiri, termasuk cabang al-Qaeda di Suriah seperti Jabhat al-Nusra(Front al-Nusra), untuk menggulingkan pemerintahan sah Suriah dan melemahkan poros perlawanan.

Kelompok teroris, yang sekarang beroperasi dengan nama Hay'at Tahrir al-Sham itu saat ini aktif di Provinsi Idlib Suriah, dan bahkan sekarang didukung penuh oleh Barat sebagai alat untuk menekan pemerintah Damaskus.

Masalah lain yang diangkat oleh Biden adalah komitmen AS untuk melawan terorisme di Afghanistan dan di tempat lain, serta untuk mencegah terulangnya peristiwa 11 September.

Klaim ini merupakan tanggapan atas penolakan penarikan pasukan AS dari Afghanistan, terutama di Kongres AS, dan untuk meyakinkan mereka bahwa AS akan terus memantau kegiatan teroris di Afghanistan dan di tempat lain di dunia.

Biden sebelumnya telah mengumumkan penarikan pasukan AS dari Afghanistan dengan menekankan bahwa sudah waktunya untuk mengakhiri perang terlama yang melibatkan AS.

Utusan AS untuk Afghanistan dan Perwakilan Istimewa untuk Rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad mengklaim bahwa berlanjutnya keberadaan pasukan AS di Afghanistan tidak menguntungkan Washington. Dengan demikian, penarikan militer AS dari Afghanistan lebih disebabkan oleh keputusasaan para pejabat Gedung Putih dan tidak adanya hasil dari pendudukan atas negara itu selama dua dekade daripada dalam kerangka rencana yang matang untuk melanjutkan perang melawan terorisme di negara ini dan di berbagai wilayah lainnya. Selain itu, klaim Biden tentang kelanjutan perang melawan terorisme di Afghanistan dipertanyakan secara serius.

Seorang wartawan dan penulis Inggris Frank Gardner mengatakan, pasukan AS, Inggris dan NATO akan meninggalkan Afghanistan pada musim panas ini. Penarikan pasukan AS dari Afghanistan dilakukan ketika  Taliban kian hari semakin kuat. Di sisi lain, al-Qaeda dan teroris takfiri Daesh (ISIS) juga telah meningkatkan serangan mereka. Oleh karena itu, ke depan dipastikan akan lebih sulit untuk mengontrol al-Qaeda dan Daesh yang meluaskan aktivitasnya di pelosok Afghanistan. (RA)