Mengontrol Cina, Prioritas AS di KTT G7 dan NATO
Cina telah meminta Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mengambil pandangan rasional tentang perkembangan negara itu dan mengakhiri teori Chinaphobia.
Menurut surat kabar Global Times, delegasi Cina untuk Uni Eropa pada hari Selasa (15/06/2021) bereaksi terhadap pernyataan KTT NATO di Brussels. Dalam pernyataan itu disebutkan Cina memberlakukan "kebijakan koersif", "ekspansi persenjataan nuklir" dan "kurangnya transparansi dalam proses modernisasi militer".
Cina meminta NATO tidak menggunakan kepentingan dan hak sah Cina sebagai alasan untuk permainan politik atau memprovokasi persaingan geopolitik, dan mencurahkan energinya untuk mendorong dialog, kerja sama, serta menjaga keamanan dan stabilitas di dunia dan kawasan.
Beberapa poin dapat dibuat tentang upaya anti-Cina dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat.
Poin pertama, reaksi para pejabat Cina terhadap pernyataan KTT NATO pada saat kritik dan tuduhan terhadap Cina telah menjadi prioritas di negara-negara Barat. Bahkan, setelah KTT G7 di Inggris, di mana Cina ditegur, pada pertemuan negara-negara Barat berikutnya, di KTT NATO di Brussels, pertemuan ini menjadi titik balik serangan terhadap pemerintah Beijing.
Presiden AS Joe Biden dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengeluarkan pernyataan terpisah terhadap Cina setelah pertemuan puncak aliansi militer Barat. Di akhir pertemuan, Joe Biden dalam konferensi pers mengatakan bahwa agenda NATO 2030 harus memenuhi kebutuhan aliansi di masa depan, termasuk Cina, yang memiliki tantangan sistemik lama bagi kita.
Menurut klaim Presiden AS, "Rusia dan Cina sama-sama berusaha untuk mengganjal solidaritas transatlantik kita, tetapi aliansi kita didasarkan pada fondasi yang kuat." Sekretaris Jenderal NATO Stoltenberg setelah KTT di Brussels juga mengklaim bahwa pengaruh Cina yang semakin meningkat menjadi ancaman bagi keamanan NATO.
Poin kedua, setelah para pemimpin NATO mengklaim bahwa Cina menimbulkan "tantangan sistematis" jangka panjang negara-negara anggotanya, perwakilan Cina di Uni Eropa meminta para pemimpin NATO untuk mengakhiri "teori ancaman Cina" yang dilebih-lebihkan. Dari sudut pandang otoritas Cina, pernyataan NATO bahwa Cina adalah tantangan sistematis adalah upaya untuk mendiskreditkan perkembangan Cina dan salah menilai situasi internasional dan peran NATO di dunia, serta untuk melanjutkan mentalitas Perang Dingin dan permainan politik kelompok dengan kepentingan bersama.
Menurut banyak pakar, semua upaya intervensi pemerintah AS terhadap Cina sebenarnya ditujukan untuk mengendalikan Cina. Dari sudut pandang Amerika, Cina saat ini merupakan ancaman utama.
Poin ketiga, pernyataan anti-Cina dari para pemimpin NATO dalam konteks bahwa sebelum pertemuan ini, para pemimpin kelompok G7 yang diselenggarakan oleh Inggris, telah mengakhiri pekerjaan mereka dengan mengeluarkan pernyataan menentang Beijing.
Para pemimpin Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Kanada, dan Jepang, yang dikenal sebagai G7, bertemu selama tiga hari di Cornwall, Inggris. Meskipun perubahan iklim, perbaikan kondisi pasca pandemi Corona, dan membangun sistem kesehatan dunia yang lebih kuat adalah di antara tema utama KTT G7 saat ini, tapi KTT ini telah berubah menjadi upaya Presiden AS dan beberapa negara Barat untuk mengontrol pemerintah Cina.
Pada hari kedua KTT G7, Presiden AS mengusulkan rencana $ 40 triliun untuk melawan kekuatan Cina yang sedang tumbuh di dunia.
Menurut New York Times, Biden pada hari Sabtu (12/6) meminta negara-negara Eropa dan Jepang untuk mengalokasikan ratusan miliar dolar ke negara-negara berkembang untuk melawan pengaruh politik dan ekonomi Cina di dunia, dan untuk membangun jalan, rel kereta api, dan pelabuhan serta jaringan komunasi yang tidak tergantung pada Cina.
Poin keempat, upaya presiden AS di KTT G7 dan KTT NATO di Brussels untuk mengontrol Cina datang pada saat, menurut New York Times, Biden telah mengusulkan rencana itu sementara Gedung Putih tidak memiliki komitmen keuangan untuk memberikan dana tersebut. Di sisi lain, ada ketidaksepakatan yang tajam antara Amerika Serikat dan sekutunya tentang bagaimana menghadapi kekuatan Cina yang tumbuh di dunia. Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel telah menekankan bahwa G7 belum dalam posisi untuk meliberalisasi anggaran seperti itu untuk melawan kekuatan Cina.
Secara keseluruhan, upaya Biden baru-baru ini di KTT G7 dan KTT NATO menunjukkan bahwa pemerintahan Biden, seperti pendahulunya, terus mengejar kebijakan bermusuhan terhadap Beijing. Dengan kata lain, sejak Biden memasuki Gedung Putih, kebijakan intervensionis pemerintah AS dalam urusan dalam negeri Cina terus berlanjut.
Tentu saja, ketegangan antara Amerika Serikat dan Cina mencakup berbagai masalah, termasuk ekonomi, perdagangan, geopolitik dan isu-isu strategis, dan telah meningkat dengan intervensi berulang oleh Washington pada isu-isu seperti Hong Kong, Taiwan, dan sengketa perbatasan di Laut Cina Selatan dan Timur.
Menurut banyak pakar, semua upaya intervensi pemerintah AS terhadap Cina sebenarnya ditujukan untuk mengendalikan Cina. Dari sudut pandang Amerika, Cina saat ini merupakan ancaman utama.
Bagaimanapun juga, ketegangan antara Cina dan Amerika Serikat terus berlanjut di era Biden. Karena Cina mempertahankan pertumbuhan ekonominya sebagai pusat manufaktur terbesar di dunia selama 11 tahun berturut-turut, dan menurut CNN, perkiraan baru menunjukkan bahwa negara Asia ini akan muncul sebagai ekonomi terbesar di dunia, lebih cepat dari harapan Amerika Serikat.