Akhir dari Kehidupan Seorang Penyair
(last modified Sat, 13 Aug 2022 05:40:14 GMT )
Aug 13, 2022 12:40 Asia/Jakarta
  • Hushang Ebtehaj
    Hushang Ebtehaj

Yalda Ebtehaj, putri Hushang Ebtehaj, mengumumkan di laman Instagram pribadinya pada Rabu pagi, "bayangan kita telah sampai pada tujuh ribu pesalik". Ini adalah berita kematian Hushang Ebtahaj atau H. A. Sayeh di usia 94 tahun. Gelombang kesedihan membayangi orang Iran dan penutur bahasa Persia di seluruh dunia.

Hushang Ebtehaj

Amir Hushang Ebtehaj lahir pada tanggal 6 Isfand 1306 (26 Februari 1928) di kota Rasht. Ayahnya adalah salah satu tokoh Rasht dan Ebtehaj mempelajari pendidikan dasar dan bagian dari pendidikan menengahnya di Rasht dan setelah itu ia pergi ke Tehran untuk melanjutkan pendidikannya.

Dia tertarik pada seni sejak kecil dan sibuk belajar patung dan melukis bersama dengan studinya. Menurut dirinya sendiri, "Saya ingin sekali bisa memasak ketika saya berusia delapan sampai sepuluh tahun. Suatu kali, selama tiga bulan di musim panas, mereka mengirim saya ke seorang penjahit. Mungkin karena saya suka bikin ribut di rumah. Saya juga belajar menyulam darinya. Untuk waktu yang singkat, saya mengambil pelajaran biola dengan "Monsieur Yervandi", seorang musisi dari Tehran Symphony Orchestra.

Namun akhirnya ia menemukan jalan hidupnya dan mulai menulis puisi sejak masa mudanya. Sarab adalah kumpulan puisi pertamanya, yang disusun dengan tema puisi baru. Meskipun format puisinya empat bait, tetapi kandungannya nyata dan alami yang berasal dari Gazal yang mengekspresikan perasaan dan emosi pribadi.

Koleksi puisi berikutnya yang disebut Siyah Mashgh termasuk sejumlah Gazal di mana ia menunjukkan keahliannya yang luar biasa dalam menulis Gazal sampai-sampai sekelompok kritikus menganggap beberapa Gazal dalam koleksi ini sebagai salah satu Gazal kontemporer terbaik.

Bang Nei, Tasian, Aineh Dar Aineh, Pir Pirnian Andish, Yadegar Khon Sarv, Rahi Va Ahi, adalah di antara karya-karya lain dari penyair Iran terkemuka ini.

Salah satu karyanya yang paling penting adalah koreksi Gazal Hafez dengan judul "Hafez Be Sai Sayehy" yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1994. Dia telah menghabiskan bertahun-tahun dalam penelitian dan hafezologi, dan buku ini adalah hasil dari upaya tak henti-hentinya dan cintanya kepada penulis lirik besar Iran Hafez. Dalam buku ini, menurut 30 manuskrip milik abad ke-9, ia mengoreksi Diwan Hafez.

Amir Hushang Ebtehaj

Hampir semua orang mengenal Hushang Ebtehaj dengan nama "H. A. Sayeh" dan dia adalah salah satu penyair kontemporer paling populer di kalangan orang Iran. Ebtahaj menulis puisi dalam dua gaya (lama dan baru) dan kemampuan dan seni ini telah membuat dia dan karya-karyanya terkenal dan populer.

Faktor lain popularitas Sayeh di antara orang-orang adalah hubungannya dengan kondisi sosial dan semangat zaman. Melalui puisi-puisinya, menunjukkan bahwa ia tidak acuh dengan apa yang terjadi di masyarakat dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengungkapkan keprihatinan dan permasalahan masyarakat dalam bentuk puisi dengan segala keartistikannya.

Sayeh tidak hanya aktif di bidang puisi dan sastra, tetapi juga sangat cakap di bidang musik, dan antara 1350 dan 1356 (1972 hingga 1977) ia adalah kepala "Program Bunga" di Radio Iran dan pendiri program musik "Golchin Hafteh". Setelah peristiwa berdarah yang terjadi pada masa gerakan revolusi rakyat pada tahun 1357 (1978) di Bundaran Jaleh Tehran (sekarang Shohada) oleh agen-agen rezim Pahlavi, sebagai tanda protes ia bersama Mohammad Reza Shajarian, Mohammad Reza Lotfi dan Hossein Alizadeh memutuskan kerja sama dengan radio.

Puisi baru, Gazal, dan tulisan Ebtehaj telah ditampilkan berkali-kali oleh seniman besar bidang musik Iran, seperti Mohammad Reza Shajarian dan Shahram Nazari. Di antara Gazal terkenalnya, kita dapat menyebutkan "Iran Ei Sarai Omid", "Sepideh" dan "To Ei Pari Kojai".

Selain sastra, Hushang Ebtrhaj aktif di berbagai bidang politik dan sosial dan termasuk di antara penentang keras pemerintah monarki. Dua koleksi "Shabgir" dan "Chand Barg Az Yalda" yang diterbitkan pada tahun 1332 (1953) dan 1344 (1965) termasuk di antara karya Hushang Ebtehaj yang cenderung mengkritik masalah sosial-politik.

Mohammad Reza Shafeei dan Amir Hushang Ebtehaj

Sayeh adalah penyair yang fasih dan mungkin bahkan lebih baik untuk mengatakan sangat fasih. Dia telah memperoleh sebagian besar kekhususan ini dengan kemampuan dan kelincahannya yang tak terlukiskan, dengan mengekstraksi kriteria dari latar belakang sastra Persia. Latar belakang dengan para penyair hebat yang menghargai bayangan warisan mereka yang tersayang. Isi utama Gazal, dua bait, dan secara umum puisi klasik Sayeh adalah romantis, dan dalam semua bentuk ini kita melihat ekspresi cinta, perasaan pribadi penyair, kesedihan jarak dan perpisahan, dan tema tradisional lainnya dari Gazal.

Gazal Sayeh, meskipun memiliki perasaan yang halus dan puitis, dalam hal musik dan penampilan, membangkitkan suasana yang sama dari Gazal klasik, tetapi memiliki inovasi yang patut diperhatikan. Tidak diragukan lagi, ada banyak perbedaan antara Gazal tradisional (klasik) dan baru. Misalnya, citra orang yang dicintai dalam Gazal tradisional bersifat umum dan mental, sedangkan citra iktu dalam Gazal baru bersifat nyata dan objektif. Lagi pula, tema utama Gazal tradisional sering kali merupakan ekspresi perasaan romantis, terutama rasa sakit karena perpisahan. Namun dalam Gazal baru, berbagai persoalan politik, sosial, yudikatif dan filosofis juga diangkat.

Sekalipun demikian, ada banyak penyair yang, dengan memadukan inovasi dan tradisionalisme, sambil menciptakan koherensi yang komprehensif dalam struktur dan isi semua syair Gazal, juga mempertahankan gairah romantis dan mendidihnya emosi, dan Sayeh adalah salah satunya. Hushang Ebtehaj menciptakan gayanya sendiri dalam jenis Gazal ini. Karena puisinya memiliki kefasihan dan kesederhanaan ucapan Saadi, musik magis puisi Hafez, dan semangat dan kegembiraan tulisan Rumi, dan pada saat yang sama, puisinya kontemporer. Karena digunakan dalam keheningan hampir semua bagian masyarakat dan bahasanya dipahami oleh semua orang.

Shahriar dan Amir Hushang Ebtehaj

Bintang Emas dengan pita biru mungkin adalah penghargaan Sayeh pertama untuk puisi terbaik dengan topik "Perdamaian", yang diterimanya di rumah Saeed Nafisi dan di hadapan Nima Yushij.

Penghargaan bersejarah sastra ke-23 Dr. Mahmoud Afshar Yazdi adalah penghargaan lain yang diberikan institut ini kepada Hushang Ebtehaj dalam sebuah acara pada tahun 1395 (2016) untuk menghormati usahanya di bidang bahasa Persia dan persatuan nasional sastra Persia.

Pada tahun 1397 (2018), festival "Seni untuk Perdamaian" ke-6 mempersembahkan penghargaannya kepada Hushang Ebtehaj sebagai pengakuan atas usahanya untuk menghidupkan kembali puisi Persia dan musik Iran selama lebih dari setengah abad.

Sebelum memasuki tahun 1990-an, Ebtahaj meninggalkan Iran menuju Jerman dengan tujuan untuk menemani dan tinggal bersama keluarganya lalu menetap di Berlin, tetapi selama itu ia melakukan perjalanan ke Iran berkali-kali. Pada dekade 1990-an, ia melakukan perjalanan ke Amerika dan Eropa dan membaca puisi serta memberi kuliah tentang Divan Hafez di Berkeley, Los Angeles, Dallas, New York, Philadelphia, San Diego dan Seattle.

Meski Ebtahaj hidup dalam keluarga yang relatif berkecukupan, ia tidak pernah acuh terhadap masalah sosial. Sejak terjun ke dunia puisi, ia tidak bisa acuh terhadap isu dan peristiwa sosial yang terjadi di sekitarnya. Dia biasa mengatakan bahwa tidak ada bedanya apakah itu di Iran, atau di Jerman, atau bahkan di Jepang. Jika sebuah puisi menyentuh kepalanya, dia menulisnya dan seorang penyair selalu bersamanya. Ini adalah virus yang tidak hilang dari badan manusia. Ketakutan saya adalah bahwa saya akan menulis puisi di dunia sana juga.

Amir Hushang Ebtehaj

Hushang Ebtehaj dalam puisi "Marg-e Degar" (kematian lain) tentang kematina menulis:

Kematian dalam berbagai bentuknya adalah pahit

Tetapi saya

Ingin kematian seperti dari jalan ketika ia datang

Di tengah malam yang tenang seperti lilin yang mati

Sekarang, Hushang Ebtehaj padam seperti lilin, seperti yang dia inginkan, tetapi puisinya akan selalu cerah dan bersinar di istana bahasa dan sastra Persia.(sl)