Memperingati Hari Nasional Anti-Terorisme
Tanggal 8 Shahrivar adalah hari gugurnya syahid Rajai dan Bahohar dan telah ditetapkan sebagai hari memerangi terorisme dalam kalender resmi Iran. Alasan penamaan hari ini adalah operasi teroris yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap para pejabat senior Iran pada tahun 1360 HS.
Iran termasuk salah satu negara korban terorisme terbesar di dunia, dan setelah kemenangan Revolusi Islam, musuh negara ini telah membunuh lebih dari 17.000 pejabat dan warga untuk menyerang sistem Islam. Salah satu yang paling memilukan dari operasi ini terjadi pada tanggal 8 Shahrivar 1360 HS, yang menyebabkan gugur syahid Mohammad Ali Rajai dan Mohammad Javad Bahonar.
Pada tanggal 8 Shahrivar 1360 HS, Presiden Mohammad Ali Rajai dan Perdana Menteri Mohammad Javad Bahonar bersama dengan jajaran pejabat pemerintah gugur syahid dalam ledakan di kantor Perdana Menteri.
Insiden ini terjadi tepat dua bulan setelah Ayatullah Sayid Mohammad Hosseini Beheshti dan lebih dari 70 anggota politik dan eksekutif Partai Republik Islam diteror dan menjadi martir dalam ledakan kantor partai. Syahid Rajai berusia 48 tahun ketika dia meninggal. Setelah kemenangan revolusi, ia pertama kali memegang posisi Kementerian Pendidikan dan kemudian pada tahun 1359 HS ia memasuki Parlemen Iran sebagai wakil rakyat Tehran. Pada 20 Mordad 1359 HS, ia terpilih sebagai presiden kedua Republik Islam Iran setelah Bani Sadr dilengserkan dari kursi kepresidenan, dalam pemilu pada 2 Mordad Agustus 1360 dengan lebih dari 13 juta suara.
Bahonar juga berusia 48 tahun ketika dia gugur syahid. Setelah kemenangan revolusi, ia mengemban tanggung jawab seperti menjadi anggota Dewan Revolusi, mewakili rakyat Kerman di Majelis Ahli Kepemimpinan, mewakili rakyat Tehran di Parlemen Iran, Menteri Pendidikan di Kabinet Rajai dan Sekretaris Jenderal Partai Republik Islam (setelah kesyahidan Dr. Beheshti). Setelah pemilihan Rajai menjadi presiden, dia dipilih olehnya untuk menjadi perdana menteri Republik Islam Iran.
Musuh-musuh Revolusi Islam berusaha menghancurkan Republik Islam dengan perilaku jahat ini dan berpikir bahwa dengan tindakan teroris seperti itu mereka dapat membuat hambatan dalam mewujudkan cita-cita Revolusi Islam, tetapi bangsa Iran selalu mengikuti jalan syuhada dan darah para syahid telah menjadi penjamin keunggulan Islam Iran. Syahid Rajai dan Bahonar juga menyirami pohon revolusi dengan kesyahidan mereka. Dengan kesyahidan dua syahid mulia ini, satu pekan dinamai menurut nama pemerintah, yaitu Pekan Pemerintah.
Terorisme adalah salah satu masalah paling mendasar masyarakat dunia dan ancaman paling berbahaya terhadap hak-hak bangsa dan stabilitas internasional. Sepanjang sejarah, terutama dalam seratus tahun terakhir, terorisme telah menjadi akar dari ancaman paling penting terhadap perdamaian dan keamanan global. Di Iran, sejak hari-hari pertama kemenangan Revolusi Islam dan ketika perimbangan arogansi global rusak, Iran menjadi sasaran kebencian dan permusuhan musuh dan afiliasinya, termasuk kelompok Munafikin (MKO). Kelompok ini telah mengaku bertanggung jawab telah membunuh 4.583 warga Iran hanya antara 11 Farvardin hingga 26 Isfand 1362 HS.
Sejak awal revolusi, Amerika menempatkan organisasi teroris Kelompok Munafikin di bawah payung dukungan finansial, politik dan propagandanya dan mendukung kejahatan teroris mereka terhadap rakyat Republik Islam Iran. Kelompok ini mencoba secara fisik menghilangkan orang-orang berpengaruh dan perancang intelektual sistem Republik Islam dengan metode paksa dan pembunuhan politik untuk menciptakan kondisi jatuhnya Republik Islam Iran dengan menciptakan celah serius di elemen sensitif negara.
Syuhada Mihrab, Syuhada Haftum Tir dan Hashtom Shahrivar, para syuhada Lajevardi, Gharani, dan Sayad Shirazi termasuk korban MKO di sejarah Revolusi Islam. Kejahatan ini, teror 8 Shahrivar 1360 HS (30 Agustus 1981), dua bulan setelah Ayatullah Beheshti beserta 72 elit politik dan anggota Partai Republik Islam gugur di ledakan teror pada 7 Tir 1360 HS (28 Juni 1981).
Dengan menelaah aturan dan hukum internasional yang terkait dengan pemberantasan terorisme, maka tidak diragukan lagi bahwa tindakan tersebut merupakan contoh tindakan teroris dan anti-kemanusiaan akibat terciptanya teror dan kekerasan terhadap warga sipil serta pelanggaran wilayah negara dan tidak menghormati hak-hak tentara Iran yang dilakukan oleh kelompok munafik, kelompok teroris dan kejahatan profesional. Klaim ini didukung oleh dokumen dan konvensi pemberantasan terorisme seperti Statuta Roma, Konvensi Internasional 1979 Menentang Penyanderaan dan Konvensi Internasional 1997 untuk Larangan Pengeboman Teroris dan Pasal 3 umum yang termasuk dalam Konvensi Jenewa 1949.
Amerika dan rezim Zionis selalu berusaha mendukung teroris di Iran dan kawasan dalam beberapa tahun terakhir. Pelatihan militer dari unsur teroris, pengiriman senjata, pengiriman amunisi senjata ringan dan semi berat, peralatan komunikasi dan makanan melalui penerbangan udara yang mencurigakan di wilayah yang dikuasai Daesh (ISIS) hanyalah sebagian dari dukungan Washington untuk teroris yang melayani Amerika Serikat dan dalam rangka mengamankan kepentingan rezim Zionis di kawasan, mereka telah melakukan kejahatan mengerikan seperti pembunuhan ilmuwan nuklir Iran dan komandan perlawanan.
Mohsen Fakhrizadeh, Majid Shahriari, Masoud Alimohammadi, Dariush Rezainejad, Mostafa Ahmadi Roshan dan Reza Qashqaei termasuk di antara ilmuwan energi nuklir Iran yang diteror oleh tentara bayaran dan agen organisasi mata-mata Zionis dalam beberapa tahun terakhir.
Amerika Serikat di awal tahun 2020 dengan menggugurkan Syahid Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds IRGC telah menunjukkan bahwa melalui aksi teror, negara in ingin mengacaukan kawasan. Dini hari 3 Januari 2020, Syahid Soleimani yang berkunjung ke Irak atas undangan resmi pemerintah negara ini bersama 10 orang lainnya dari Iran dan Irak termasuk Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan Hashd al-Shaabi serta jubir kelompok ini, menjadi target drone militer Amerika yang ditempatkan di Irak. Serangan tersebut menggugurkan Syahid Soleimani beserta rombongan.
Jelas, gangguan ini bukan hanya tidak membuat rakyat Iran putus asa untuk mendukung sistem Islam, tetapi justru membuat mereka lebih bertekad untuk mencapai tujuan mereka.
Dukungan berbagai negara Barat terhadap teroris, termasuk Kelompok Munafikin, juga mengungkapkan fakta bahwa pemerintah-pemerintah ini lebih setia pada kepentingan politik mereka daripada berpegang pada hak asasi manusia dan hukum dalam menghadapi fenomena terorisme, dan mereka selalu menggunakan kelompok ini sebagai sumber tekanan terhadap Iran. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa pejabat Barat kembali menunjukkan kebijakan ganda dan munafik mereka dalam menghadapi fenomena terorisme dengan menghadiri pertemuan kelompok teroris munafik dan mencoba secara terbuka untuk membebaskan kelompok ini dari daftar teroris.
Ayatullah Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam, mengatakan tentang peran terorisme dalam ketidakamanan dan ancaman internasional, "Dunia saat ini diganggu oleh dua bencana besar. Terorisme di mana yang menjadi manifestasi paling jelas dari sisi pemerintah adalah rezim Zionis dan dari sisi kelompok adalah Munafikin dan semacamnya merupakan bencana global, sementara hak membunuh negara-negara yang mengklaim menguasai urusan manusia dalam mengingkari kenyataan ini adalah bencana yang lebih besar yang dihadapi dunia saat ini."