20 Farvardin, Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran
(last modified Sat, 08 Apr 2023 19:30:00 GMT )
Apr 09, 2023 02:30 Asia/Jakarta
  • Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran
    Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran

Republik Islam Iran menetapkan tanggal 20 Farvardin 1385 HS (9 April 2006) sebagai Hari Nasional Teknologi Nuklir Iran dan momen bersejarah ini diperingati setiap tahun. Penetapan hari tersebut berdasarkan kesuksesan Iran dalam menguasai teknologi pengayaan uranium untuk kepentingan damai.

Dengan keberhasilan para ilmuwan Iran menguasai teknologi pengayaan uranium dan pengoperasian mesin-mesin sentrifugal, maka Republik Islam resmi bergabung dalam barisan negara-negara pemilik teknologi nuklir untuk kepentingan damai.

Menyusul kesuksesan besar ini, Dewan Tinggi Revolusi Kebudayaan mengeluarkan sebuah ketetapan sebagai apresiasi atas kerja keras para ilmuwan Iran dan menetapkan tanggal 20 Farvardin sebagai Hari Teknologi Nuklir Nasional.

Teknologi nuklir adalah kemampuan untuk mengubah uranium alam melalui fisi (pemecahan) atom menjadi uranium yang diperkaya, yang memiliki banyak penggunaan di bidang ilmiah dan industri.

Teknologi nuklir dianggap sebagai sains unggulan dan istimewa. Saat ini kontribusi ilmu nuklir bagi kehidupan manusia tidak perlu dipertanyakan lagi dan dapat dianggap sebagai elemen penting dan dasar untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Menguasai dan memanfaatkan teknologi nuklir sesuai dengan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) adalah hak legal setiap negara, yang telah menjadi anggota perjanjian tersebut dan berkomitmen dengannya. Saat ini sekitar 10 negara di dunia menguasai teknologi nuklir.

Energi nuklir memiliki banyak kegunaan. Oleh karena itu, menguasai sains dan teknologi nuklir selalu menjadi sebuah impian bagi banyak negara. Selama setengah abad terakhir, teknologi nuklir memainkan peran penting dalam pengembangan sektor industri, kedokteran, dan pertanian.

Teknologi nuklir telah digunakan untuk memproduksi radioisotop dan radiofarmaka, listrik tenaga nuklir, dan produksi bahan-bahan dengan tingkat ketahanan yang tinggi, serta meningkatkan produk pertanian yang berkualitas.

 

 

 

Kepala Badan Energi Atom Iran (AEOI), Ali Akbar Salehi mengatakan, "Pada 2009, kami ingin membeli uranium 20 persen, kami menulis surat kepada IAEA dan mereka menetapkan syarat dan ketentuan tertentu. Saya kemudian pergi menemui Mohamed ElBaradei (mantan Dirjen Badan Energi Atom Internasional-IAEA)) dan berbicara dengannya. Tuan ElBaradei memperlihatkan surat tidak resmi yang ditulis oleh Amerika dan Rusia kepada saya."

Salehi lebih lanjut menuturkan ketika itu, mereka berkata bahwa Iran hanya menggertak dan tidak mampu memproduksi uranium 20 persen. Iran tidak mampu membangun lempengan bahan bakar 20 persen. Namun, kami melakukannya dalam waktu kurang dari dua tahun. Sekarang reaktor riset Tehran beroperasi dengan bahan bakar 20 persen.

Pada Januari 2019, Salehi mengumumkan bahwa Iran untuk pertama kalinya berhasil mendesain bahan bakar modern 20 persen. Reaktor riset Tehran yang sampai saat ini bekerja dengan bahan bakar lama, akan menggunakan bahan bakar 20 persen baru buatan ilmuwan Iran dan sesuai dengan standar bahan bakar canggih yang dapat meningkatkan produktivitas reaktor.

Semua kemajuan ini dicapai di tengah upaya maksimal Amerika Serikat untuk merusak Iran dan menghentikan program nuklir damainya.

 

 

 

Iran telah membayar biaya politik, hukum, dan ekonomi yang sangat mahal untuk menguasai ilmu nuklir dan termasuk empat ilmuwan nuklir Iran (Mostafa Ahmadi Roshan, Masoud Alimohammadi, Majid Shahriari, dan Darioush Rezaeinejad) gugur diteror oleh antek-antek asing antara tahun antara 2010 dan 2012.

Amerika dan rezim Zionis Israel meneror para ilmuwan nuklir Iran dan merancang virus Stuxnet untuk merusak kegiatan nuklir negara ini. Namun, bangsa Iran tidak pernah mundur dari hak-haknya dalam memanfaatkan energi nuklir untuk kepentingan damai.

Presiden AS ketika itu dijabat Donald Trump secara sepihak meninggalkan kesepakatan nuklir JCPOA pada 8 Mei 2018 dan mengembalikan sanksi-sanksi nuklir terhadap Iran dalam periode empat dan enam bulan.

Dengan demikian, JCPOA tidak mampu menjamin kepentingan sah Iran di bidang nuklir dan pembatalan sanksi-sanksi nuklir.

AS mengambil langkah apapun untuk mencegah Iran memanfaatkan energi nuklir damai, padahal Republik Islam secara sukarela menerima pembatasan nuklir selama periode 8, 10, dan 15 tahun serta menjalin kerjasama penuh dengan badan nuklir PBB.

Negara-negara Eropa, serta Cina dan Rusia (anggota lain dari kesepakatan nuklir JCPOA) meminta Iran untuk tidak mengikuti langkah AS, dan semua pihak berusaha mencari cara untuk mempertahankan kesepakatan nuklir minus Amerika. Tehran menerima permintaan tersebut, asalkan kepentingan Iran dipenuhi berdasarkan JCPOA.

 

 

 

Ali Akbar Salehi dalam wawancara dengan Euronews pada 27 November 2018, mengatakan, "Kami dapat kembali ke kondisi kita sebelumnya dan bahkan ke kondisi yang jauh lebih tinggi. IAEA sejauh ini mengkonfirmasi bahwa Iran melaksanakan komitmennya. Untuk saat ini, kami tidak melakukan apapun yang menyalahi kewajiban kami, tetapi jika keluar perintah bahwa kesepakatan nuklir telah berakhir, kami dapat dengan mudah kembali dan ini bukan gertakan."

Tiga kekuatan Eropa (Inggris, Perancis, dan Jerman) telah meluncurkan saluran transaksi keuangan yang disebut INSTEX, untuk membantu melanjutkan perdagangan dengan Iran dan menghindari sanksi AS. INSTEX adalah singkatan dari Instrument in Support of Trade Exchanges atau instrumen untuk mendukung pertukaran perdagangan.

Sebagai tahap awal, Eropa akan menggunakan saluran ini hanya untuk menjual makanan, obat-obatan, dan alat kesehatan ke Iran. Namun, dimungkinkan untuk pengembangan lebih lanjut di masa mendatang.

INSTEX diharapkan bisa meningkatkan kerjasama dan kontrak-kontrak internasional Iran di berbagai bidang, tetapi harapan itu tidak terwujud. Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan, dibuatnya instrumen pendukung transaksi bisnis Eropa untuk Iran, jauh lebih kecil dari apa yang dijanjikan oleh tiga negara Eropa untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir.

"Iran tidak bisa sendirian dalam menanggung biaya untuk mencapai kemajuan-kemajuan internasional termasuk JCPOA, tetapi Eropa juga harus ikut menanggung biaya dan melangkah di jalan lain," tegasnya.

Sementara itu, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya menyambut tahun baru 1398 HS di Kompleks Makam Imam Ali Ridha as di Mashad, menyebut peluncuran kanal finansial Iran dan Eropa lebih mirip dengan lelucon pahit yang sama sekali tidak punya makna.

"Pengalaman sejarah dan bukti-bukti nyata perilaku Barat menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa diharapkan dari mereka kecuali konspirasi, pengkhianatan, dan aksi menikam dari belakang, kita tidak boleh berharap bantuan, kejujuran, dan dukungan dari mereka," tandasnya.

Hari ini, nama Republik Islam Iran tercatat di barisan negara-negara pemilik teknologi nuklir, dan penetapan Hari Teknologi Nuklir Nasional merupakan pengingat akan tekad dan kemauan sebuah bangsa besar yang bangkit melawan kekuatan-kekuatan arogan demi mencapai hak-hak absolutnya.(PH)