Kiarostami, Iran dan Sinema Dunia
https://parstoday.ir/id/radio/iran-i15271
Berita duka meninggalnya Abbas Kiarostami tidak hanya menimbulkan kesedihan bagi sinema Iran, tapi juga sinema dunia. Kematian seniman Iran ini mewariskan kesedihan bagi banyak orang.
(last modified 2023-03-06T09:21:54+00:00 )
Jul 22, 2016 13:17 Asia/Jakarta

Berita duka meninggalnya Abbas Kiarostami tidak hanya menimbulkan kesedihan bagi sinema Iran, tapi juga sinema dunia. Kematian seniman Iran ini mewariskan kesedihan bagi banyak orang.

Televisi Euro news menyebutnya sebagai raksasa internasional sinema Iran. Koran New York Times menurunkan liputan panjang mengenai Abbas Kiarostami. “Ia selalu menyeimbangkan antara realisme dan puisi, film Kiarostami mencoba meninggalkan ruang sebanyak mungkin bagi fantasi pemirsa untuk menghubungkan titik-titik,” tulis New York Times (5/7/2016).

The Guardian dalam liputannya menyebut Kiarostami sebagai sutradara Iran yang masuk dalam deretan sutradara terkemuka dunia. Pada tahun 2003, Koran Inggris ini menyebut Kiarostami sebagai sutradara terbesar di dunia yang non-Amerika. “Abbas Kiarostami, seorang sutradara luar biasa yang sangat tertarik dengan tema-tema kemanusiaan dan sutradara dengan tema realis telah meninggal dunia.”

Perwakilan PBB di Iran di laman Twitternya mengucapkan belasungkawa atas kematian Abbas Kiarostami. “Keluarga besar PBB di Iran berduka cita yang terdalam atas wafatnya sutradara terkemuka Abbas Kiarostami,”.

Kiarostami lahir  1 Tir 1391 Hs atau 21 Juni 1940 M di Teheran. Pengalaman seni profesional pertamanya adalah melukis. Di akhir remajanya, memenangkan lomba lukis di usia 18 sesaat sebelum ia meninggalkan rumah untuk belajar di fakultas seni Universitas Teheran. Dia mengambil jurusan seni lukis dan desain grafis. Tapi untuk mendukung studinya, ia pernah bekerja sebagai seorang polisi lalu lintas.

Selama beberapa tahun, ia bekerja sebagai pelukis, desainer, dan ilustrator di periklanan pada tahun 1960, merancang poster iklan. Antara tahun 1962 dan 1966, dia mengerjakan sekitar 150 desain iklan untuk televisi Iran. Pada akhir 1960-an, ia mulai menciptakan judul untuk film (termasuk Gheysar oleh Masoud Kimiai) dan menggambar ilustrasi buku anak-anak.

Pada tahun 1348 Hs atau 1969 M, ketika gelombang baru sinema Iran dimulai dengan produksi film Gav (Kerbau) besutan  Dariush Mehrjui, Kiarostami membantunya mendirikan pusat pengembangan potensi anak dan remaja Tehran. Sebelum revolusi, ia sudah memproduksi 12 film sekaligus meletakkan realisme dalam dunia sinema Iran. Setelah revolusi, ia memproduksi 29 film.

Kiarostami termasuk sutradara yang masih bertahan pasca kemenangan revolusi Islam Iran dengan profesinya sebagai sutradara. Ia sendiri mengungkapkan alasannya. “Jika pohon dengan akar yang tertancap di tanah dipindahkan ke tempat lain, maka pohon itu tidak akan berbuah. Jikapun berbuah, tidak akan bisa menghasilkan buah yang baik seperti tanah airnya sendiri. Ini sebuah hukum alam, saya pikir, jika saya meninggalkan tanah air ini, maka akan persis seperti pohon tersebut,”.

Salah satu filmnya, “Ta’m-e gīlās (Rasa Ceri)” menyabet penghargaan bergengsi Palme d'Or di festival film Cannes tahun 1997. Pada tahun yang sama, ia juga mendapatkan penghargaan film berbahasa asing terbaik dari asosiasi kritikus film Boston. Majalah Times pernah menempatkan film Rasa Ceri termasuk deretan terbaik sepanjang sejarah festival film Cannes.

Kiarostami menjadi juri di berbagai festival film. Selain sutradara, ia juga memiliki pengalaman di berbagai profesi seperti pelukis, penata panggung, illustrator buku, penata musik, editor, bahkan aktor. Tidak hanya itu, ia juga fotografer alam dan menulis buku mengenai sastra klasik Iran berjudul “Hafez dalam Narasi Abbas Kiarostami”, dan “Jeritan Saadi Ungkapkan Jati Diri”.

Foto karya Kiarostami telah dipamerkan di Museum seni Tehran, Italia, Inggris, Jepang dan Cina. Koleksi foto Abbas Kiarostami di lelang di rumah lelang Christe dan terjual dengan harga 13.000 dolar. Selain itu, Kiarostami juga pernah memimpin dua opera di kota Paris dan London.

Selama beberapa tahun terakhir, Abbas Kiarostami memberikan pelatihan sinema yang berlangsung di berbagai kota di Iran dan luar negeri. “Setiap tahun saya terlibat dalam empat atau lima pelatihan yang masing-masing digelar selama sepuluh hari. Ini sebuah kebanggaan bagi saya. Saya sangat antusias dan menikmati pekerjaan ini. Sebab, saya selalu ingin memanfaatkan waktu. Saya merasa puas ketika bisa mengajar para pemuda, dan yakin mereka bisa memahami apa yang saya ajarkan,” ujar Abbas Kiarostami kepada AFP.

Dalam sebuah wawancara, ia menuturkan, “Saya berusaha menampilkan seluruh film secara lebih ramah dan kasih sayang dari manusia dan negeriku.”Kebanyakan film karyanya, terutama film pendek berada di tepian batas antara film dokumenter dan film fiksi. Meskipun demikian, ia tidak meyakini adanya garis batas kaku dalam sinema dokumenter dan fiksi. Menurut Kiarostami, dirinya berusaha menerobos batas antara fiksi dan dokumenter.

Film besutan sutradara Abbas Kiarostami dikenal menggunakan tema-tema tertentu dan teknik sinematik yang langsung dikenali dalam karyanya. Ia mendeskripsikan sosok protagonis anak dan cerita yang terjadi di desa-desa. Ia juga menikmati percakapan yang terungkap dalam mobil dengan memanfaatkan kamera terpasang stasioner. Dia sering menggunakan gaya dokumenter yang bersifat naratif, tapi dipadukan dengan puisi Iran yang muncul dalam dialog, judul film, dan unsur-unsur tematik gambarnya.

Tema yang diangkat Kiarostami dalam filmnya mengenai isu-isu kemanusiaan, yang tampil secara sederhana, tapi tajam dan menawan. Ia mengangkat keyakinan, spiritualitas dan kemanusiaan dalam karya-karyanya.”Film buruk adalah film yang menolak keyakinan. Sedangkan film baik adalah film yang menerima keyakinan. Keyakinan, tidak mesti bermakna gaya realis. Syarat pertama adalah penonton bisa meyakini apa yang kita sampaikan,”.

Gaya film Kiarostami tidak bisa dibandingkan dengan sutradara lainnya, bahkan dengan sutradara terkemuka dunia sekalipun. Ada upaya kritikus film membandingkan Abbas Kiarostami dengan Satyajit Ray, Vittorio de Sica, Eric Rohmer, dan Jacques Tati. Tapi film-filmnya menunjukkan gaya tunggal, dengan teknik penemuan sendiri yang disebut sebagai “Kiarostamian style".

Abbas Kiarostami memulai dunia sinema dari jalan yang tidak biasa ditempuh kebanyakan sutradara film. Dengan pengalamannya sebagai pelukis, dan illustrator, serta bakat sastranya yang tinggi, ia maju setahap demi setahap menjadi sutradara film. Sinema baginya adalah cermin dari seni yang memantulkan realitas hubungan sosial. Dengan kacamata seninya, Kiarostami menyingkap realitas hubungan sosial dalam nuansa kesederhanaan, humanis dan spiritual.

Dalam film Kiarostami, tidak ada satupun hero yang melakukan aksi-aksi luar biasa dan di luar kewajaran manusia pada umumnya. Ia juga secara sengaja memilih pemain yang bukan aktor maupun aktris professional. Tindakan yang dilakukannya di luar kewajaran para sutradara.

Meskipun tidak menampilkan artis maupun aktor yang cantik dan tampan atau terkenal, tapi para penonton antusias tetap saja mendatangi bioskop untuk menonton karyanya. Sebab, daya tarik film Kiarostami terletak pada nilai yang ditawarkan secara menarik dalam film tersebut.

Manusia bagi Kiarostami adalah makhluk sosial yang memiliki cita-cita, harapan dan kebutuhannya masing-masing. Tercapainya harapan membutuhkan hubungan sosial dengan sesama manusia dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Anak-anak dan kehidupan mereka merupakan bagian besar dari perhatian Abbas Kiarostami. Salah satu kontribusi besarnya adalah berdirinya pusat pengembangan pemikiran anak-anak dan remaja.

Karya Kiarostami bercorak realis, sederhana, tapi rumit dan menarik. Kritikus film, Adrian Martin menilai gaya sutradara Kiarostami seperti hubungan model zigzag dalam perspektif dan panorama geometris film dengan kehidupan nyata dan masyarakat dunia. Alur balik jalan dengan kelokan yang rumit membawa pemirsa menuju film sebelumnya.

Bagi Iran, Abbas Kiarostami bukan hanya sebuah nama. Tapi ia adalah figur sutradara yang sukses mengibarkan nama besar perfilman Iran di panggung internasional. Sekaligus membuka jalan bagi nama –nama lainnya seperi Ashgar Farhadi di pentas dunia.