Konferensi Menteri Pariwisata Asia di Tabriz
Pengembangan ekonomi dan industri Asia dalam beberapa dekade terakhir telah mendongkrak peran negara-negara di benua ini dalam interaksi politik, ekonomi dan sosial di tingkat global.
Benua Asia yang dari keluasan geografi, sejarah kuno, keragaman etnis dan budaya serta daya tarik alam yang spektakuler, memiliki potensi dan kapasitas sangat besar di sektor pariwisata. Dengan politik dan manajemen yang tepat, pemudahan komunikasi, peningkatan pendidikan, eksplorasi dan pengembangan spot wisata, pembangunan infrastruktur, serta mekanisme hukum, politik dan ekonomi yang tepat, maka tidak ada benua lain yang dapat menandingi Asia.
Selain itu, kemajuan sektor pariwisata di antara negara-negara Asia juga membantu mengokohkan stabilitas regional mengingat kesamaan budaya, sejarah dan bahasa, bahkan kepentingan bersama. Khususnya sekarang, akibat politik dendam dan tebar konflik sejumlah pihak, wilayah Asia Barat (Timur Tengah) sedang menjadi ajang kekerasan oleh kelompok-kelompok teroris Takfiri, diharapkan interaksi antarbangsa dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip bersama kemanusiaan dan peradaban, dapat secara efektif melawan gelombang destruktif tersebut.
Dalam hal ini, Iran yang memiliki posisi geografis, sejarah, budaya dan peradaban besar, mampu memainkan peran khsuus dalam pengembangan sektor pariwisata di antara negara-negara Asia khususnya di antara negara-negara Islam. Jika sebelumnya Iran menjadi titik penghubung antara Timur dan Barat Asia melalui "Jalur Sutera", sekarang Iran juga berada di persimpangan jalan paket wisata empat musim.
Selain memiliki sumber daya manusia yang besar dan budaya historis, bumi Persia juga memiliki keindahan alam dan perbedaan iklim yang khas dari mulai, utara hingga selatan dan timur hingga barat negara ini.
Konferensi perdana para menteri pariwisata Asia Cooperationa Dialogue (ACD), digelar pada 29-30 Agustus lalu, di kota Tabriz, Iran. Forum ini digelar dalam rangka meningkatkan pariwisata dan memperkokoh kerjasama timbal balik di Asia. Pada pernyataan penutup konferensi itu disebutkan, "Kami para menteri dan perwakilan dari negara-negara anggota ACD, pada konferensi perdana para menteri pariwisata di Tabriz, provinsi Azerbaijan Timur di Iran, menekankan pengembangan pariwisata di Asia dan memperkokoh kerjasama timbal balik."
Dalam pernyataan tersebut ditegaskan pula soal pentingnya pariwisata sebagai sarana untuk mendekatkan hubungan antarbangsa, serta sebagai mekanisme untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, menciptakan perdamaian di kawasan, serta mendorong perkembangan ekonomi dan sosial negara-negara anggota. Kapasitas besar pariwisata khususnya di sektor ecotourisme dan peningkatan kontribusi negara-negara anggota di sektor pariwisata global serta kerjasama antarnegara dalam memperluas pariwisata internasional.
Dalam pernyataan itu disebutkan pula tentang peran pembangunan berkelanjutan sektor pariwisata dalam peningkatan stabilitas, keamanan dan persahabatan antarnegara anggota, pengenalan budaya lokal serta peningkatan taraf hidup masayarakat khususnya kalangan yang rentan seperti pemuda dan perempuan.
Pariwisata juga diharapkan dapat menyedot pemerintah untuk lebih memperhatikan pemeliharaan biodiversitas, flora dan fauna, lingkungan hidup dan ekonomi, dengan pertimbangan identifikasi wilayah-wilayah yang belum terjamah di sektor ini. Penekanan pada wawasan masyarakat sehubungan dengan pariwisata dan perubahan iklim serta dampaknya pada lingkungan hidup, juga kekhawatiran terkait sejumlah fenomena yang akan mempengaruhi sektor pariwisata, seperti pencemaran air dan sumber-sumber bawah tanah, juga disebutkan dalam pernyataan itu.
Berbicara pada pembukaan konferensi ACD, wakil ketua Organisasi Warisan Budaya, Kerajinan dan Pariwisata Iran, Morteza Rahmani-Movahed mengatakan, Asia adalah salah satu wilayah yang paling dinamis dalam hal pariwisata. Ditambahkannya bahwa industri pariwisata benua Asia mencatatat pertumbuhan tertinggi. Oleh karena itu, kerjasama kami dapat membantu mempromosikan industri pariwisata. Menurutnya, pariwisata meningkatkan komunikasi antarmasyarakat dan oleh karena itu dia menekankan pentingnya perluasan hubungan pariwisata antara negara-negara Asia.
Para menteri dan perwakilan yang hadir pada konferensi ini menyetujui pembentukan tim ahli pariwisata dalam menyusun draf program pengembangan konstan sektor pariwisata di Asia dan juga di tingkat ACD. Ditekankan pula mekanisme baru untuk mempermudah pariwisata dengan memanfaatkan teknologi baru dan meningkatkan volume kunjungan antarnegara tetangga. Selain itu diusulkan pula pembentukan sebuah lembaga korperasi di sektor pariwisata di negara-negara sedang berkembang dan dorongan bagi perusahaan transportasi, perhotelan dan agen-agen wisata untuk merumuskan teknik baru pemanfaatan energi di bidang pariwisata.
Sebanyak 17 pakar pariwisata dari negara-negara anggota ACD termasuk Korea Selatan, Brunei, Thailand, Vietnam, India, Turki, Rusia, Kazakhstan Uzbekistan, Kuwait, Jepang, Bangladesh, Indonesia, Tajikistan, Filipina dan China berpartisipasi pada konferensi perdana pariwisata ACD di Tabriz. Mereka mempelajari mekanisme promosi pariwisata berkelanjutan di Asia, pemeliharaan lingkungan, penciptaan lapangan kerja, pemberantasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat lokal dan fasilitasi tur wisatawan ke negara-negara anggota. Para pejabat pariwisata dari 32 negara anggota ACD berkomitmen untuk meningkatkan interaksi regional dan internasional di bidang ekonomi, budaya, sosial dan teknologi.
ACD adalah organisasi antarpemerintah yang didirikan untuk mempromosikan kerjasama di tingkat benua Asia. Organisasi ini memiliki 32 anggota dengan anggota utama yaitu Iran, Kuwait, Pakistan, Bahrain, Sri Lanka, Turki, Thailand, Cina dan Jepang - yang dikenal sebagai sembilan negara utama ACD.
Asia Kerjasama Dialog diresmikan pada bulan Juni 2002 di Cha-Am, Thailand, di mana 18 menteri luar negeri Asia bertemu untuk pertama kalinya. Ini ditujukan untuk membentuk rantai yang hilang di Asia dengan memasukkan setiap negara Asia dan membangun masyarakat Asia tanpa meniru organisasi lain atau menciptakan blok baru di hadapan pihak lain.
Para anggota ACD berharap bahwa Asia akan memainkan utama dan peran penting dalam perluasan lebih lanjut industri pariwisata dan bertindak sebagai kekuatan pendorong utama untuk perluasan pasar pariwisata dunia. ACD menyatakan bahwa lonjakan 65 persen dari wisatawan Asia selama beberapa dekade terakhir dan kelanjutan pengembangan pada tahun-tahun mendatang bersama dengan semakin meningkat 34 persen dari wisatawan internasional ke Asia yang memposisikan benua ini sebagai pasar pariwisata signifikan di tingkat global.
Di lain pihak, pelaksanaan konferensi ACD di Tabriz ini juga dinilai Iran sebagai peluang untuk mempromosikan sektor wisata di kota bersejarah itu. Pejabat urusan pariwisata Tabriz, Reza Khalili mengatakan konferensi ACD merupakan kesempatan untuk memperkenalkan Tabriz yang telah ditunjuk sebagai kota pariwisata teladan pertama dari Dunia Muslim untuk tahun 2018.
Sementara itu anggota Dewan Pengambilan Kebijakan Tabriz 2018, Gholamhossein Karimi mengatakan Yazd dan Tabriz berada di antara nominasi Ibu kota Muslim Dunia pada 2018. Dan akhirnya, Tabriz terpilih dengan 90 persen dari suara yang diberikan oleh negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk menjadi ibu kota Muslim Dunia untuk tahun 2018
Lebih lanjut dijelaskannya bahaw potensi dan kapasitas Tabriz harus ditingkatkan untuk mempersiapkan untuk event global ini. Tujuan OKI menetapkan Ibukota Muslim adalah memperkenalkan potensi pariwisata dunia Islam dan meningkatkan hubungan saling menguntungkan. Tabriz adalah kota yang paling penting dari provinsi Azerbaijan Timur. Provinsi ini berbatasan dengan Republik Azerbaijan, Armenia dan Nakhchivan.