Wisata; Jendela Spiritualitas (9)
-
Wisatawan Asing Kunjungi Iran di Hari Asyura
Salah satu karakteristik industri pariwisata di banding dengan industri lainnya adalah setiap sisi di industri pariwisata memiliki nila jual, bahkan jika itu hanya sebuah pengalaman.
Tidak sedikit seseorang yang melakukan tour dan wisata hanya untuk sebuah pengalaman baru. Sepertinya di antara puluhan alasan dan motivasi wisata, meraih pengalaman sebagai sebuah motivasi dapat dikatakan sebagai indikasi pertumbuhan kepribadian sosok wisatawan dan kematangan pemikirannya.
Ritual keagamaan, merupakan salah satu daya tarik wisata yang menarik para wisatawan dalam dan mancanegara untuk menghadiri lokasi ritual tersebut. Model wisata seperti ini dikategorikan dalam kelompok wisata even budaya dan hal ini dapat menjadi pintu bagi pengenalan budaya sebuah negara.
Perilaku agamis dan ritualnya adalah bentuk perilaku khusus yang diterima oleh sebuah masyarakat. Ritual religius mengingat usianya yang panjang biasanya bergabung dengan adat istiadat dan sejarah penduduk sebuah kawasan dan menjadi bagian dari budaya sehari-hari serta tak terpisahkan dari masyarakat.

Acara ritual membuka peluang bagi pelaksanaan ajaran agama, nasional dan ajaran kuno setiap masyarakat serta pengikut agama, serta ritual untuk menjelaskan ideologi dan emosi mereka. Ajaran tersebut mayoritasnya berupa nilai-nilai moral dan penyeimbang perilaku di antara anggota sebuah masyarakat.
Di kebanyakan kasus, contoh nilai tinggi moral anggota masyarakat ditunjukkan melalui penyelenggaraan ritual tertentu. Sejumlah nilai moral seperti menghormati pekerjaan dan budaya, membantu orang lain, menepati janji, menjaga kehormatan orang tua, menjaga anak-anak, cinta agama dan tanah air, mencela keburukan, menentang kezaliman, sifat jantan dan pengorbanan adalah hasil dan ditularkan melalui sebuah ritual.
Ritual sebagai salah satu daya tarik wisata memiliki kapasitas untuk saling mendekatkan manusia terlepas dari kewarganegaraan, agama dan keyakinan masing-masing. Ritual juga membuat manusia saling memahami.
Di seluruh agama ada hari-hari khusus dalam pandangan pengikutnya karena adanya satu peristiwa penting di hari tersebut. Seperti peristiwa Asyura, sebuah peristiwa paling heroik dan menyakitkan dalam sejarah dunia Islam. Peristiwa ini terjadi tahun 61 H (680 M) di tanah Karbala. Di peristiwa ini, Imam Husein as, cucu tercinta Rasulullah Saw bersama keluarga dan sahabatnya gugur syahid.
Peristiwa Karbala dikenal sebagai simbol kezaliman, keberanian, kebebasan, pengorbanan, kemanusiaan, religiusitas di budaya Muslim. Oleh karena itu, peristiwa Karbala dan Asyura berubah menjadi ritual keagamaan di banyak negara dunia. Meski telah lebih dari 1400 tahun berlalu dari peristiwa mengenaskan ini, Muslim di berbagai negara dunia Islam setiap tahun ketika bulan Muharram tiba menggelar berbagai ritual dan acara mengenang syuhada Karbala.
Masuknya berbagai cerita rakyat lokal ke budaya Asyura dan budaya lokal di ritual Asyura juga membantu penyebaran peristiwa menyedihkan dunia Islam ini. Di Iran ada puluhan ritual cerita rakyat di berbagai wilayah negara ini untuk menyampaikan pesan Asyura. Setiap ritual ini didasari oleh budaya dan adat istiadat lokal.
Pembacaan puisi duka, cerita sedih Asyura, acara duka, ziarah Asyura dan pemberian nazar termasuk kesamaan di antara ritual bulan Muharram di berbagai wilayah dan etnis Iran. Akan tetapi di sejumlah wilayah, ada acara khusus yang kemudian dimasukkan ke dalam catatan nasional.
Selama beberapa tahun terakhir, kunjungan wisatawan asing di bulan Muharram di Iran terus meningkat, bahkan fenomena ini mendorong mahasiswa jurusan pariwisata di negara ini memilih tema tesis mereka seputat wisata religi dan peran agama serta budaya dalam membentuk persepsi dan opini wisatawan asing.
Kota Yazd termasuk kota di Iran yang menggelar berbagai acara ritual selama bulan Muharram. Tahun lalu wisatawan dari berbagai negara Eropa, Asia Tenggara dan Amerika Selatan memiliki kesempatan untuk menyaksikan ritual ini. Berdasarkan riset lapangan, salah satunya menyebutkan bahwa peserta ritual ini yang berusia antara 25-34 tahun mencapai 65 persen dan menyatakan dirinya non agamis. Tapi mereka mengakui memiliki pengalaman istimewa selama mengikuti acara ini.

Pengetahuan tentang Islam menunjukkan wisatawan asing yang mengikuti ritual seperti ini berhasil mengambil kesimpulan tentang budaya dan sejarah menjadi penerjemah empati, persahabatan, perilaku bersahabat rakyat dan Islam, agama perdamaian.
Sebaliknya sejumlah orang yang mengatakan tidak memiliki pengalaman religi sama sekali dan sekelompok lainnya menekankan bahwa menyaksikan ritual seperit ini membantu untuk memahami spiritualitas dan sesuatu yang mereka telah kehilangan.
Peter, wisatawan asal Jerman termasuk individu yang sangat terpengaruh akan acara duka Imam Husein saat hadir di salah satu Huseiniyah di kota Yazd di malam Asyura. Ia mengatakan, langit pun menangis atas musibah yang menimpa Husein kalian. Wisawatan lainnya mengatakan, energi acara ini sangat besar sehingga saya enggan meninggalkannya.