Hikayat 1001 Malam; Seni Ilustrasi dan Gambar Buku
Ilustrasi adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Belanda ilustratie yang memiliki arti suatu hiasan dengan gambar. Secara terminologi ilustrasi merupakan suatu gambar yang memiliki fungsi sebagai sarana untuk menjelaskan suatu kejadian. Menurut para ahli, ilustrasi adalah sebuah gambar yang melukiskan tujuan tertentu seperti contohnya pada cerpen.
Menurut Para ahli lainnya juga berpendapat bahwa ilustrasi adalah sebuah gambar yang berkaitan dengan seni rupa. Ilustrasi ini dapat menjelaskan tentang makna dari sebuah tulisan sehingga membantu pembaca untuk memahami makna dari tulisan tersebut.
Ada pun tujuan atau manfaat dari ilustrasi ini adalah pertama, untuk memperjelas mengenai informasi yang akan kita sampaikan. Kedua, untuk menarik perhatian sehingga dapat merangsang dan memotivasi pembaca agar tidak bosan. Ketiga, mempermudah dalam mengingat konsep, ide dan gagasan yang ingin disampaikan melalui sebuah gambar.
1001 malam adalah kisah terpopuler di dunia saat ini. Kisah ini di Iran dikemas dalam bentuk ilustrasi dan gambar. Manuskrip buku yang disusun di era Dinasti Qajar ini kini tersimpan di Museum Golestan di Tehran.
Di awal bulan Mei (11 Ordibehesht) pakar dan dosen dalam sebuah forum membahas "1001 Malam dan Seni Ilustrasi Buku karya Sani al-Mulk" di Museum Golestan. Manuskrip buku hikayat 1001 malam merupakan salah satu karya tulisan tangan paling berharga di dunia yang disimpan di Istana Golestan Tehran serta dipertontonkan bagi umum.
Seribu Satu Malam (Arab: ألف لیلة ولیلة, translit. Alf lailah wa-lailah, bahasa Inggris: Arabian Nights, bahasa Persia: هزار و یک شب Hezār-o yek shab) merupakan sastra epik dari Timur Tengah yang lahir pada Abad Pertengahan. Kumpulan cerita ini mengisahkan tentang seorang ratu Sassanid, Scheherazade (Shahrazad) yang menceritakan serantai kisah-kisah yang menarik pada sang suami, Raja Shahryar, untuk menunda hukuman mati atas dirinya. Kisah-kisah ini diceritakannya dalam waktu seribu satu malam dan setiap malam Scheherezade mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan sehingga sang raja pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati pada diri Scheherazade.
Mayoritas cerita terjadi di Baghdad dan Iran. Kisah-kisahnya diyakini memiliki akar Persia yang dipengaruhi oleh karya India dan Arab.
1001 malam untuk pertama kalinya diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis abad ke 18 Masehi. Kemudian kisah ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa lain di Barat. Kisah 1001 malam ketika pindah dari India ke Barat banyak mengalami pengurangan atau penambahan. Ketika sampai di Iran, banyak cerita kuno Iran ditambahkan ke dalamnya.
Sementara di negara Arab, tokoh-tokoh terkenal juga menambah kisah di dalamnya. Bahkan terjemahan Perancis dan Inggris juga memiliki perbedaan.
Karya sastra epik yang melegenda itu merupakan salah satu bukti kontribusi para sastrawan Muslim di zaman kekhalifahan bagi jagad sastra dunia. Hikayat 1001 Malam yang begitu fenomenal tak pernah mati digilas zaman. Cerita rakyat yang sangat fenomenal itu selalu diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lainnya dalam peradaban manusia.
Sejatinya hikayat 1001 Malam merupakan kumpulan cerita berbingkai yang sambung-menyambung dan menampilkan beragam tokoh yang berbeda-beda. Cerita rakyat yang berkisah tentang berbagai legenda, dongeng, fabel, dan roman dengan beragam latar yang berbeda seperti Baghdad, Basrah, Kairo, Damaskus, Cina, Yunani, India, Afrika Utara dan Turki itu muncul pada abad ke-9 M. Ketika itu, Baghdad ibu kota Dinasti Abbasiyah telah menjelma sebagai metropolis intelektual dunia. Selain dikenal sebagai kota ilmu pengetahuan dan peradaban, di era kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M - 803 M) Baghdad pun menjadi kota perdagangan yang sangat penting di dunia.
Kota itu menjadi tempat persinggahan para saudagar dari berbagai belahan dunia, seperti India, Cina, Afrika serta Eropa. Konon, pada era itulah cikal-bakal hikayat 1001 Malam mulai dirajut. Terdapat beragam versi tentang asalmuasal lahirnya karya sastra epik Arab yang termasyhur itu. NJ Dawood dan William Harvey dalam bukunya berjudul Tales from the Thousand and One Nights mengungkapkan, hikayat 1001 Malam merupakan satra epik yang berasal dari tiga rumpun kebudayaan dunia, yakni India, Persia, dan Arab.
Banyak pelukis Eropa yang melukis kisah 1001 malam termasuk Marc Chagall dan Ferdinand Keller. Karya pelukis Eropa ini tidak banyak memiliki keterkaitan dengan budaya Timur. Edwadr Said, cendikiawan terkenal Palestina dalam bukunya Orientalis mengatakan, Timur yang dikatakan Barat dan sejarahnya yang mereka tulis sejatinya tidak ada realitanya di luar. Hal ini juga bisa ditetapkan pada ilustrasi pada kisah 1001 malam yang dilakukan oleh seniman Eropa.
Kisah 1001 malam diterjemahkan ke dalam bahasa Persia oleh Mirza Abdul-Latif Tasuji tahun 1259 Hq (1843) di era pemerintahan Shah Mohammad Qajar. Kemudian Mirza Mohammad Ali Sorush Isfahani menambahkan syair para penyair Persia ke buku ini. Naskah asli buku 1001 malam terdiri dari 2280 halaman dan 1142 halamannya berupa bahasa Persia dan 1134 berupa gambar dan ilustrasi. Setiap halaman terdiri dari 3-6 gambar. Naskah buku 1001 malam ini disusun oleh Sani al-Mulk dan pakar kaligrafi Mohammad Hossein Katib al-Sultan Tehrani.
Manuskrip Istana Golestan merupakan satu-satunya naskah bergambar kisah 1001 malam dalam bahasa Persia dan memiliki gambar terlengkap berdasarkan teks di seluruh dunia. Ini merupakan manuskrip pertama di istana Iran dan juga dapat dijadikan rujukan yang tepat untuk mengenal masyarakat Iran di era Dinasti Qajar.
Sani al-Mulk, penyusun naskah ini menginstruksikan penggunaan unsur-unsur budaya di era Dinasti Qajar, sehingga karya ini dapat juga disebut sebagai album masyarakat Iran di era Qajar. Di naskah ini, raja besar di kisah 1001 malam termasuk Harun al-Rashid dilukis dalam tokoh Naser al-Din Shah.
Naskah buku ini memiliki 40 gambar Naser al-Din Shah sebagai penyandang dana proyek. Di naskah ini gambar Amir Kabir menggantikan gambar Ja'far Barmaki, menteri Harun al-Rashid.
Naser al-Din Shah saat menjadi putra mahkota sempat tinggal di Tabriz dan ketika membaca kisah 1001 malam, ia sangat tertarik dengan kisah tersebut. Ketika ia berkuasa dan menjadi penguasa, ia menginstruksikan buku kisah 1001 malam ditulis dalam bentuk gambar.
Naskah kisah 1001 malam yang tersimpan di Museum Golestan memiliki 3600 gambar dan dilukis di atar kertas Khanbaliq. Keenam buku ini setiap sampulnya dibuat dari kulit berminyak. Naskah ini juga dicetak dengan segel Naser al-Din Shah. Penulisan dan pelukisan buku ini membutuhkan waktu tujuh tahun.
Ilustrasi dan gambar di naskah 1001 malam beraliran naturalisme serta mengandung jejak tradisi lukisan Iran. Abul Hasan Ghaffari menunjukkan keahliannya dalam mencampur warna, keseimbangan dan ketelitian. Dari sisi tema, setiap perjamuan di kisah 1001 malam menunjukkan keragaman atmosfer masyarakat Iran di era Qajar. Tema ini juga sangat penting untuk memahami tradisi dan budaya era tersebut.
Abu'l-Hasan Khan Ghaffari Kashani yang juga dikenal dengan Sani al-Mulk lahir di Kashan tahun 1192 Hq (1814). Ayahnya bernama Mirza Mohammad Ghaffari dan dari keluarga hakim (qadhi) Abdul Mutallib Ghaffari Kashani. Setelah belajar melukis di Iran, tahun 1218 (1839), Sani al-Mulk pergi ke Italia dan selama beberapa tahun melukis di museum Florence dan Roma.
Setelah belajar aliran seni lukis Barat, Sani al-Mulk kembali ke Iran. Selanjutnya ia tidak pernah melupakan tradisi dan asalnya. Ia kemudian berhasil melakukan inovasi di lukisan Iran baik dari sisi model dan warna.