Fatimah Zahra, Mutiara Kebaikan
(last modified Fri, 13 Jan 2023 06:18:03 GMT )
Jan 13, 2023 13:18 Asia/Jakarta
  • Fatimah Zahra, Mutiara Kebaikan

Pada Tanggal 20 Jumadil Tsani tahun kelima pengutusan Nabi Muhammad sebagai Rasulullah, lahir seorang gadis yang membuat rumah Nabi tenggelam dalam sukacita.

Pelupuk mata Khadijah, istri Nabi dipenuhi dengan air mata sukacita dan Muhammad yang wajahnya menghadapi langit dalam sebuah doa yang indah kemudian berterima kasih kepada Tuhan.

Setelah itu Nabi Saw menggendong anak yang tidak bisa diam dan terlihat ceria. Nabi mencium dahinya dan memandang wajahnya yang tenang dan luar biasa lalu menangis. Setelah itu beliau berkata, "Aku akan memberi nama anak perempuan ini Fathima, sesuai dengan perintah Allah. Khadijah menyatakan kepuasannya akan penamaan tersebut dengan senyum manis dan pandangan yang ramah.

Fathimah as dibesarkan di rumah manusia terbesar. Ayahnya adalah Muhammad utusan Allah dan pembawa risalah ilahi demi menyempurnakan manusia. Ibunya adalah Khadijah, perempuan agung dan muslimah pertama dalam sejarah. Sejak kecil, Fathimah mempelajari pengetahuan di sekolah wahyu. Ayahnya, guru terbaik manusia yang mengarahkan cahaya wahyu pada Fathimah dan memenuhi hati yang suci dengan hakikat ilahi.

Telinga Fathimah yang akrab turut mendengar rahasia dan belajar dari bibir penuh kasih sayang ayah akan interpretasi dunia. Ayahnya menggunakan metode pendidikan terbaik dalam pengasuhannya. Beliau bahkan mencium punggung tangan anaknya dan berkata, "Fathimah adalah bagian tubuhku."

Manifestasi kesempurnaan dalam kepribadian manusia tidak eksklusif untuk pria atau wanita, tetapi pemberian yang diberikan kepada manusia oleh Tuhan, sehingga ia dapat memahami hakikat dirinya. Benar bila dikatakan Fathimah as salah satu contoh teladan yang sempurna, dimana mengikutinya bakal menjamin kemenangan, kebenaran dan mencapai kesempurnaan dan keutamaan. Kecintaan yang besar dari Nabi Muhammad Saw kepada putri mulianya Sayidah Fathimah as merupakan poin yang patut direnungkan dalam kehidupan beliau.

Dalam masyarakat yang tidak begitu jauh dari era Jahiliah, dimana perempuan dan anak perempuan bukanlah sumber kehormatan dan kemuliaan, Nabi Saw memperlakukan putrinya sedemikian rupa sehingga membuat orang-orang di sekitarnya keheranan. Nabi Saw adalah pribadi yang ketika melihat satu kebajikan atau keutamaan, pasti beliau mengagumi dan memujinya. Dengan kata lain, ini adalah semangat tinggi dan kebajikan menonjol Fathimaa Zahra as yang membuat Nabi Saw kemudian menghormati dan memuliakannya.

Selain itu, Nabi Saw yang mampu mengantisipasi kejadian di masa depan berusaha menjelaskan semua alasan dan hujjah akan kebeneran Fathimah as dan menekankan kondisi sulit di masa depan. Suatu hari seorang pria memberi tahu Nabi, "Mengapa kamu tidak memperlakukan Fatima seperti putra dan putrimu yang lain?" Nabi berkata kepadanya, "Anda tidak kenal Fathimah. Saya merasakan aroma surga darinya. Anda tidak bisa tahu bahwa kerelaan Fathimah adalah keridaan Tuhan dan kemarahannya adalah murka Tuhan."

 

 

Fathimah Zahra as menikah dengan Ali as di tahun kedia Hijrah. Hasil dari pernikahan baik dan surgawi ini adalah dua anak laki-laki dan dua perempuan bernama Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kulthum as. Peran paling indah dari Sayidah Fathimah as terejawantahkan di tengah-tengah keluarga. Titik cemerlang dalam kehidupan perempuan mulia Islam ini adalah keberhasilannya memadukan kehidupan pribadi, keluarga dan sosial. Beliau adalah contoh seorang perempuan pekerja keras, rela berkorban dan pejuang.

Fathimah as mengakhiri era kehidupan terhina dan gelap perempuan masa itu. Fathinah as contoh seorang muslim yang senantiasa berpartisipasi di panggung masyarakat dan politik dan pada saat yang sama merupakan orang yang paling dikasihi oleh ayahnya. Fathimah as selalu menghormati posisi ayahnya di sisi Allah Swt dan senantia memanggil beliau dengan Rasul Allah. Fathimah as begitu akrab dan ketika bersama suaminya di jalan kesempurnaan, sehingga suaminya Ali as berkata, "Dengan memandang Fathimah, semua kesedihan saya hilang."

Dalam institusi rumah tangga yang penuh kehangatan, Zahra dan Ali adalah orang-orang yang dibesarkan dengan hebat dan unik, mereka kemudian mendidik pribadi-pribadi besar seperti Imam Hasan dan Husein yang abadi bagi sejarah dan teladan bagi manusia. Fathimah as hidup sebagaimana manusia lainnya di dunia, tapi ia tidak menyembah dunia, bahkan hatinya tidak tertambat pada dunia. Ia menunjukkan mampu menyeimbangkan antara dunia dan spiritualitas dan berlaku sedemikian rupa sehingga tampal lahir dunia dan atributnya tidak mencegah manusia untuk sampai pada kesempurnaan. Siapaun dapat hidup seperti Fathima as di dunia dan menikmati keindahannya, tetapi hati tetap berada dalam bingkai cinta kepada Allah Swt.

Keikhlasan dalam tindakan adalah jembatan menuju keselamatan dan kemenangan. Manusia yang tulus adalah orang yang terbebas dari batas kecenderungan jiwa dan mencapai ke dalam penghambaan murni. Seseorang yang ikhlas dengan seluruh keberadaannya, maka dirinya adalah keindahan, ingin kebaikan, berbuat baik dan kejujuran. Contoh sempurna dari sifat ini muncul dalam bentuk Fathima as.

Suatu hari, Nabi Saw sedang duduk di masjid. Seorang Arab Badui masuk dan berkata, "Wahai Rasulullah! Saya lapar. saya tidak punya pakaian yang sesuai. Saya tidak punya uang dan saya berhutang. Tolong saya!" Nabi Saw berkata kepada Bilal, "Bawa pria ini ke rumah Fathimah dan beri tahu putriku bahwa ayahmu telah mengirimnya."

Bilal datang dan menceritakan kisah itu kepada Sayidah Fathimah as. Ia membuka kalungnya yang merupakan hadiah, dan memberikannya kepada Bilal lalu berkata, "Berikan kalung ini kepada ayah saya untuk menyelesaikan masalah." Bilal kembali dan menyerahkan amanat tersebut Nabi. Rasulullah Saw berkata, "Siapa pun yang membeli kalung ini saya akan menjamin surga baginya."

Ammar Yasir membelinya dan membawa orang miskin tersebut ke rumahnya. Ia memberikan pakaian dan makanan kepadanya dan menggandakan jumlah pinjaman. Lalu Ammar memanggil budaknya dan berkata, "Kau bawa kalung ini ke rumah Fathimah Zahra as dan katakan itu sebagai hadiah. Saya juga menghadiahkanmu kepada Fathimah." Budak itu membawa dan memberikan kalung itu kepada Fathimah as dan berkata, "Ammar juga telah menghadiahkan aku kepadamu." Mendengar itu, Sayidah Fathimah as membebaskan budak itu di jalan Allah.

Budak itu kemudian berkata, "Aku terkejut!" Kalung yang indah dan penuh berkah! Ia mengenyangkan orang yang lapar. Memakaikan baju bagi yang tidak punya. Membayar pinjaman orang yang berutang. Membebaskan budak dan pada akhirnya kembali kepada pemiliknya."

Sayidah Fathimah tidak bisa dikenali dan diperkenalkan hanya dengan kata-kata. Putri Nabi Saw memiliki sejumlah sifat-sifat manusia yang unggul. Fathimah as menyajikan penggambaran yang indah dari gerakan murni dan sakral perempuan sepanjang sejarah. Bahkan Fathimah adalah kumpulan dari apa yang seharusnya dimiliki seseorang.

Ketika seseorang bertanya kepada Imam Mahdi af, "Manakah dari putri-putri Nabi Saw yang lebih tinggi derajat dan lebih utama?" Beliau menjawab, "Sayidah Fathimah as." Orang yang sama lagi bertanya, "Mengapa Fathimah as yang terbaik dari semuanya, sementara usianya lebih mudah dan lebih sedikit bersama Rasulullah Saw?" Imam Mahdi af menjawab, "Allah Swt menganugerahkan keutamaan dan keunggulan ini karena keagungan ketulusan dalam niatnya."

Kepribadian sempurna Fathimah Zahra as, penghulu perempuan menjadi titik balik dalam kehidupan perempuan Muslim, dan hari kelahirannya adalah waktu terbaik untuk mengetahui dan menghormati status tinggi perempuan, terutama para ibu. Perempuan Muslim yang telah menunjukkan martabat kemanusiannya telah menjadi penghangat institusi keluarga dan masyarakat dapat memanfaatkan kehadiran berpengaruh mereka.