Trik AS Menciptakan Perlombaan Senjata Baru
https://parstoday.ir/id/radio/other-i67969-trik_as_menciptakan_perlombaan_senjata_baru
Keamanan dan perdamaian global serta keberadaan sebuah dunia tanpa kekerasan dan perang merupakan salah satu dari cita-cita umat manusia sejak masa lampau.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Feb 28, 2019 18:23 Asia/Jakarta
  • Presiden Donald Trump pada 20 Oktober 2018 mengumumkan bahwa negaranya akan meninggalkan Traktat Kekuatan Nuklir Jarak-Menengah (INF).
    Presiden Donald Trump pada 20 Oktober 2018 mengumumkan bahwa negaranya akan meninggalkan Traktat Kekuatan Nuklir Jarak-Menengah (INF).

Keamanan dan perdamaian global serta keberadaan sebuah dunia tanpa kekerasan dan perang merupakan salah satu dari cita-cita umat manusia sejak masa lampau.

Pasca pecahnya perang dunia dan pembentukan PBB, negara-negara dunia dengan meratifikasi perjanjian bilateral dan multilateral, telah mengambil langkah-langkah penting untuk pengendalian senjata pemusnah massal yang dimiliki oleh para adidaya.

Tragedi Hiroshima-Nagasaki dan bencana nuklir masih terus menghantui manusia sejak peristiwa itu terjadi sampai sekarang. Oleh karena itu, pengendalian senjata nuklir telah menjadi salah satu tujuan penting untuk mewujudkan perdamaian dunia.

Saat ini, produksi senjata nuklir dimonopoli oleh kekuatan-kekuatan dunia dan potensi pecahnya perang nuklir akibat dari persaingan senjata semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini kemudian mendorong mereka untuk membuat perjanjian dan komitmen bersama. Salah satu dari perjanjian itu adalah Traktat Kekuatan Nuklir Jarak-Menengah (INF).

Amerika Serikat dan Uni Soviet menandatangani Traktat INF pada 8 Desember 1987 di Washington dan efektif berlaku mulai 1 Juni 1988. Perjanjian ini ditandatangani antara Presiden AS Ronald Reagan dan Sekretaris Jenderal Uni Soviet Mikhail Gorbachev.

Traktat INF melarang kedua negara untuk menyebarkan rudal balistik dan rudal jelajah di Eropa. Rudal jarak menengah 1.000 hingga 5.500 kilometer dan rudal jarak pendek dengan jangkauan 500 hingga 1.000 kilometer harus dimusnahkan. Perjanjian ini berhasil memusnahkan 2.692 rudal, di mana Washington menghancurkan 846 dan Moskow 1.846 rudal.

Amerika menghancurkan rudal yang telah dikirim ke Eropa Barat sebagai tanggapan terhadap SS-20, termasuk rudal balistik Pershing II dan rudal jelajah peluncur darat.

Setelah runtuhnya Uni Soviet, Rusia menerima Traktat INF dan memastikan komitmennya terhadap ketentuan kesepakatan. Akan tetapi, pemerintahan Donald Trump pada Oktober 2018 menuduh Rusia melanggar perjanjian dengan menguji coba dua senjata baru.

Trump mengatakan, “Rusia telah melanggar perjanjian ini (Traktat INF). Mereka melanggar perjanjian ini selama bertahun-tahun. Saya tidak mengerti mengapa Obama tidak berunding atau keluar saja. Kita tidak akan membiarkan mereka melanggar perjanjian nuklir.”

Presiden AS Ronald Reagan dan Sekretaris Jenderal Uni Soviet Mikhail Gorbachev menandatangani Traktat INF di Washington pada 8 Desember 1987.

Presiden Trump pada 20 Oktober 2018 mengumumkan bahwa negaranya akan meninggalkan Traktat INF. AS memutuskan keluar dari INF dengan alasan pelanggaran ketentuan kesepakatan oleh Rusia. Kemudian Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada 1 Februari 2019 menyatakan AS tidak akan lagi melaksanakan komitmennya berdasarkan Traktat INF.

Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah respon, juga mengeluarkan perintah penangguhan pelaksanaan Traktat INF pada 2 Februari, dan memberi otorisasi kepada militer Rusia untuk mengembangkan rudal-rudal baru.

AS mengklaim bahwa Rusia dengan mengembangkan sistem rudal dan peluncur baru Novator 9M729 (NATO menyebutnya SSC-8) telah melanggar Traktat INF. Rudal ini akan memungkinkan Rusia meluncurkan serangan nuklir dengan peringatan sangat singkat ke negara-negara NATO.

Moskow belum memberikan banyak informasi tentang misil barunya dan membantah telah melanggar kesepakatan Traktat Kekuatan Nuklir Jarak-Menengah (INF).

Para ahli dan analis percaya bahwa faktor-faktor lain juga memengaruhi keputusan Presiden AS. Salah satu faktor penting adalah Cina dan kebebasan negara ini dalam memproduksi rudal nuklir. Beijing tidak terikat dengan perjanjian itu dalam mengembangkan dan menggunakan rudal nuklir jarak-menengah.

Para ahli percaya bahwa Traktat INF telah membuat AS kehilangan kemampuan dalam persaingan strategis dengan Cina. Dalam beberapa tahun terakhir, Cina tidak hanya meningkatkan kekuatan militernya, tetapi juga mengembangkan rudal balistik dan jelajah jarak pendek dan menengah.

Para pejabat Washington beranggapan bahwa Cina terus meningkatkan kemampuannya untuk menargetkan pangkalan militer AS di Pulau Guam, Korea Selatan, Jepang, dan armada kapal induk Amerika.

Trump dalam statemennya mengenai INF secara eksplisit berbicara tentang ancaman rudal Cina. "AS akan mengembangkan senjata nuklirnya, kecuali Rusia dan Cina menghentikan pengembangan persenjataan nuklir mereka," ujarnya.

Namun, penarikan AS dan Rusia dari Traktat INF akan memiliki konsekuensi negatif bagi perdamaian dan keamanan global. Keputusan itu akan memungkinkan AS untuk memproduksi generasi baru rudal balistik jarak-menengah untuk menyerang sasaran-sasaran militer milik Rusia dan Cina dalam perang konvensional atau nuklir.

Sekjen PBB Antonio Guterres dalam pidatonya pada Konferensi Perlucutan Senjata Internasional di Jenewa, (Senin, 25/2/2019) memperingatkan bahwa salah satu pilar pencapaian diplomatik selama setengah abad terakhir – pengendalian senjata – berada dalam "bahaya besar." Komponen utama dari arsitektur kontrol senjata internasional sedang runtuh."

"Sistem kontrol senjata internasional menghadapi keruntuhan," ujarnya ketika ia mendesak AS dan Rusia menghentikan kehancuran Traktat INF yang semakin dekat.

"Kita benar-benar tidak mampu untuk kembali ke kompetisi nuklir yang tidak terkendali pada hari-hari paling gelap Perang Dingin," tegas Guterres.

Runtuhnya Traktat INF telah memicu kekhawatiran mengenai perlombaan senjata baru di Eropa. Guterres memperingatkan bahwa teknologi baru mengubah lanskap pengendalian senjata dengan cara yang belum kita pahami dan bahkan tidak bisa dibayangkan.

"Saya meminta para pihak dalam Traktat INF untuk menggunakan waktu yang tersisa dan terlibat dalam dialog yang tulus tentang berbagai masalah yang muncul. Sangat penting untuk melestarikan perjanjian ini," ungkapnya.

Dengan menarik diri dari perjanjian tersebut, AS akan leluasa mengembangkan rudal nuklir jarak-pendek dan menengah dan kemudian menyebarkannya di benua Eropa. Keamanan Eropa akan menghadapi tantangan setelah lebih dari 30 tahun tidak menyaksikan mimpi buruk perang nuklir dan rudal antara Amerika-Rusia.

Rusia juga tidak lagi memiliki pembatasan untuk memproduksi dan menempatkan rudal jarak-pendek dan menengah dengan jangkauan 500-5.500 km. Dengan demikian, sebuah perlombaan senjata akan terjadi di dunia, sebab Cina – sebagai salah satu kekuatan rudal dunia – telah mengambil langkah-langkah untuk pengembangan dan penyebaran rudal jelajah.

Pada dasarnya, langkah AS ini sejalan dengan kebijakan Trump untuk meninggalkan perjanjian-perjanjian internasional dan mendorong persaingan di tingkat global.

Trump ingin melaksanakan doktrin nuklir baru AS yang diumumkan pada 2018. Dia pada dasarnya berupaya untuk menghapus segala pembatasan terkait pengembangan senjata non-konvensional, termasuk rudal-rudal nuklir.

Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas mengatakan bahwa AS harus memikirkan konsekuensi keputusannya keluar dari Traktat INF, dampak keputusan itu bagi Eropa, dan masa depan pelucutan senjata di dunia.

Mikhail Gorbachev pada Oktober 2018, mendesak Presiden Trump untuk tidak menarik AS dari perjanjian pengawasan senjata nuklir. Menurutnya, keluar dari Traktat INF adalah sebuah kesalahan.

"Dalam situasi apapun kita tidak boleh merobek perjanjian pelucutan senjata lama... Apakah mereka di Washington benar-benar tidak mengerti apa yang bisa terjadi?" sindirnya. (RM)