Apr 25, 2022 13:02 Asia/Jakarta
  • Berdoa di Lailatul Qadar
    Berdoa di Lailatul Qadar

Kami telah berada di sisi Anda selama lebih dari dua puluh hari, berkat bulan puasa, bulan cahaya dan iman. Terima kasih kepada Allah yang memberi kesempatan kebersamaa ini dan memberi kita semua kesabaran untuk menjalankan perintahnya.

Kita sekarang telah melewati semua malam Qadr, malam yang masing-masing lebih baik dari seribu bulan. Sekarang takdir kita telah ditentukan dan kita berharap akan ada bagian dari Ramadhan masa depan dalam takdir ini. Kita berharap dalam takdir ini, akan ditulis keteguhan iman kita kepada kita dan membubuhkan cinta Ahlul Bait di hati kita, cinta yang diikuti dengan kesopanan dan rasa hormat dan sama dengan keselamatan.

Dengan berpuasa dan mengendalikan hawa nafsu, orang yang berpuasa membuka pintu ilmu dan kebenaran bagi dirinya. Menanggung rasa lapar dan kesulitan menyebabkan manusia mampu mengatasi jiwa dan kekuatan spiritual manusia berkembang. Sebaliknya, makan berlebihan menyebabkan cahaya pengetahuan dan pemikiran padam. Ja'far ibn Muhammad ibn Hamzah telah bertanya kepada Imam Hasan Askari as dalam sebuah surat tentang alasan kewajiban puasa. Imam Hasan Askari as menjawab, “Allah SWT telah mewajibkan puasa, agar orang kaya merasakan lapar dan, sebagai hasilnya, mengasihi rahmat kepada yang membutuhkan.”

Perintah-perintah Ilahi bukannya tanpa hikmat dan falsafah. Karena Allah Maha Bijaksana. Jika kita beriman kepada Allah yang Maha Bijaksana, maka kita akan menaati segala perintah-Nya dan menaati perintah dan larangan-Nya, meskipun kita tidak mengetahui sebagian penyebabnya. Karena menjadi seorang Muslim berarti tunduk pada perintah Tuhan semesta alam. Namun sebagian dari falsafah aturan telah tertuang dalam ayat dan hadits, agar para hamba dapat menaatinya dengan lebih percaya diri. Alquran menilai puasa untuk meraih takwa dan ini salah satu rahasianya.

Orang yang pandai mengendalikan diri dan bertakwa seperti pohon yang kuat yang tumbuh di antara bebatuan dan di jantung pegunungan dan gurun, dan cabang-cabangnya sangat kuat dan tahan lama dalam menghadapi badai yang hebat, terik matahari dan dinginnya musim dingin. Puasa juga menguatkan jiwa manusia. Mencicipi rasa lapar dan haus serta menahan diri dari kesenangan untuk jangka waktu tertentu, memberi seseorang kekuatan untuk melawan. Seorang pemuda yang berpuasa memiliki pengendalian diri, menempatkannya pada jalan yang rasional, dan memperkuat kekuatan iman dan kehendak dalam dirinya. Dalam hal ini, energi yang tersembunyi dalam dirinya dilepaskan dan dia dibimbing untuk melakukan perbuatan baik dan positif.

Dalam riwayat, lapar dan haus orang yang berpuasa dianggap sebagai pengingat akan beratnya Hari Kiamat. Dalam beberapa riwayat, simpati, rasa lapar, tidak dapat bersenang-senang dan mengingat orang miskin telah menjadi hikmah kewajiban puasa. Selama manusia tidak menahan dirinya sendiri, ia tidak mengerti penderitaan para tahanan. Selama belum menderita karena orang yang dicintai meninggal dunia, manusia tidak tahu artinya kesedihan. Selama manusia tidak berpuasa, ia tidak akan mengerti apa yang dialami orang miskin. Puasa, dengan segudang manfaat dan pengaruhnya, yang berkhasiat untuk kesehatan, dan merupakan latihan ketakwaan dan ketaatan, serta mensucikan hati dan jiwa, juga memperkuat rasa simpati kita kepada fakir miskin. Puasa adalah perisai dari api neraka.

Tidak satu pun dari bulan-bulan dalam setahun yang begitu banyak perintah diberikan untuk berdoa. Dalam doa-doa bulan suci Ramadhan, perhatian khusus telah diberikan kepada Imam Mahdi af dan dalam beberapa kasus, ada perintah mengingat, menyebut nama dan berdoa untuk Imam Mahdi af. Apa yang tampak dalam doa ini adalah keinginan dan aspirasi yang belum pernah dilihat masyarakat manusia sebelumnya, dan hanya akan mencapainya di zaman kemunculannya. Oleh karena itu, membaca doa-doa ini dan memohon apa yang dikandungnya adalah dengan cara yang meminta waktu kemunculan lebih cepat. Dengan kata lain, ringkasan dari doa-doa ini adalah "Allahumma 'Ajjil Liwaliyyika al-Faraj".

Imam Mahdi af adalah pusat hati kaum Syiah dan Muslim. Di sisi lain, menurut perintah para Imam, bulan suci Ramadhan adalah bulan terbaik dalam setahun dan bulan-bulan lainnya tidak sebanding dengan hari-hari ini. Oleh karena itu, waktu terbaik untuk berdoa untuk kemunculan Imam Mahdi af adalah saat-saat murni penghambaan di bulan jamuan ilahi.

Dalam buku-buku doa untuk siang dan malam bulan ini, ada doa-doa dengan kandungan tinggi yang tercatat dari para Imam as, termasuk doa Iftitah. Doa ini khusus untuk malam-malam di bulan suci Ramadhan dan memiliki kandungan tinggi tentang pujian ilahi dan munajat kearifan yang coba dibacakan oleh para wali ilahi dan para pemimpin agama. Salah satu topik doa Iftitah, yang sangat ditekankan, adalah tentang mengungkapkan minat pada pemerintahan global Islam, yang akan didirikan seiring dengan kedatangan Imam Zaman af. Pendoa dalam doa ini memohon dari Allah, permintaan segera kemunculan Imam Mahdi af dan mengatakan, "Ya Allah! Kami benar-benar menginginkan pemerintah yang mulia yang dengannya Islam dan Muslim akan mendapatkan kembali martabat mereka, sementara kemunafikan dan orang-orang munafik akan dipermalukan, dan di dalamnya (pemerintah) kita akan diajak untuk taat dan mengikuti jalan-Mu."

Ya Allah! Akankah Engkau membiarkan suara manusia yang matanya menati penyelamat yang dijanjikan tidak terjawab? Pandangan paling menyedihkan, saat fajar, ketika merah fajar bersinar, mereka menyampaikan salam kepada Mahdi dan meminta kemunculannya kembali. Dekatkan kemunculannya kembali dan berikan kemenangan kepada para pembantunya.

 

Salah satu tradisi Islam yang indah adalah silaturahim, yaitu berkomunikasi dan bertemu kerabat dan membantu mereka. Silaturahmi bisa dikatakan sebagai salah satu pilar gaya hidup Islami yang berdampak besar bagi kehidupan dunia dan akhirat.

Nabi Muhammad Saw dalam khotbah terkenal yang dikenal dengan khutbah Sya'baniyah tentang tata krama memasuki bulan Ramadhan dan jamuan ilahi, sambil menasihati untuk menghormati orang yang lebih tua, mencintai anak-anak, memberi makan orang yang berpuasa, memperhatikan anak yatim dan mencintai mereka, berkata, "Perbanyak silaturahmi di bulan ini ... Barang siapa yang bersilaturahmi, Allah akan mengirimkan rahmat-Nya pada Hari Kiamat, dan siapa pun yang memutuskan silaturahmi, rahmat, Allah akan menjauhkan rahmat-Nya darinya di Hari Kiamat."

Ada perbedaan pendapat tentang siapa Arham atau kerabat dalam kewajiban silaturahmi. Namun secara umum kita dapat mengatakan bahwa kerabat adalah mereka yang berhubungan dengan kita karena kita memiliki nenek moyang yang sama, serta mereka yang berhubungan dengan kita melalui pernikahan. Semakin dekat hubungan ini, semakin besar kewajiban kita kepada mereka dan semakin wajib pula ksilaturahmi dengan mereka. Pertanyaan yang sering muncul dalam kasus ini adalah apakah perintah untuk menjalin dan menjaga komunikasi dan kebaikan kepada kerabat ini juga ada pengecualian?

Misalnya, bolehkah kita memutuskan hubungan dengan kerabat yang tidak bermoral atau tidak senang berhubungan dengan kita, atau kerabat yang berdosa dan bahkan kafir? Menurut apa yang diajarkan ayat-ayat dan riwayat-riwayat kepada kita, Tidak! Bahkan dalam kondisi seperti ini, kita tidak boleh memutuskan silaturahmi, tetapi harus mencari cara yang sesuai dalam silaturahmi. Misalnya, mempersingkat pertemuan atau menanyakan kondisinya melalui telepon. Mungkin perilaku kita ini akan memperbaiki orang itu. Imam Sadiq as mengatakan, "Tidak ada yang dapat memutuskan hak kekerabatan, dan jika mereka seakidah dengamu, ada dua hak bagi mereka. Satu hak kekerabatan dan yang lainnya adalah hak Islam."

Silaturahmi bukan hanya sekedar melihat dan mengunjungi serta bertemu dan bersama, tapi lebih dari itu. Mencintai, memenuhi kebutuhan finansial mereka semaksimal mungkin, membantu mereka menikah dan belajar, terkadang memberi nasihat dan bimbingan, amar ma'ruf dan nahi munkar dengan cinta, menjenguk saat sakit, bahkan duduk mendengar ucapan mereka, wajah gembira dan selalu mengetahui kondisi mereka, menjaga kehormatan dan kebajikan dalam kehadiran dan ketidakhadiran mereka adalah hak yang paling utama yang dimiliki kerabat. Perlu bagi kita untuk tidak mengabaikan mereka dengan kemampuan terbaik kita. Imam Sadiq as mengatakan: "Kasihanilah, berbuat baik kepada saudara-saudaramu, meskipun itu salam dan salam yang baik" dan di tempat lain Imam mengatakan, "Bersilaturahmilah, meskipun hanya dengan air."

Dalam sumber -sumber fiqih, banyak pengaruh dan berkah untuk silaturahmi telah disebutkan. Imam Sadiq as mengatakan, "Silaturahmi memperbaiki akhlak, menjadi dermawan, mensucikan jiwa, menambah rezeki dan menunda ajal ... mempermudah hisab di Hari Kiamat dan mencegah manusia dari kematian yang buruk. Di sisi lain, konsekuensi parah dari memutuskan silaturahmi dengan kerabat telah diperingatkan. Menurut riwayat, Seseorang datang kepada Nabi Muhammad Saw dan bertanya, "Apa perbuatan yang paling dibenci di sisi Allah?" Nabi menjawab, "Menjadi musyrik." Pria itu bertanya, "Apa perbuatan setelah itu?" Nabi menjawab, "Seseorang yang memutuskan silaturahmi dengan kerabatnya." Orang yang demikian dikenal dalam riwayat-riwayat sebagai orang yang jauh dari rahmat Allah dan yang terkutuk.

Betapa indahnya di bulan jamuan ilahi, kita menghidupkan kembali tradisi Islam yang baik ini dan untuk memuaskan jiwa kita yang haus dengan rahmat Allah yang tak terbatas dengan rahmat-Nya. Segala puji bagi Allah, yang telah membuka jalan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan bagi hamba-hamba-Nya dan menjadikan surga dapat diakses oleh mereka.(sl)