Jun 19, 2016 09:51 Asia/Jakarta

Kesehatan dan juga penjagaan kondisi fisik secara prima sangat penting dalam memanfaatkan peluang sangat berharga di bulan mulia dan penuh berkah Ramadan ini. Makan dan minum di bulan Ramadan terangkum pada saat sahur dan berbuka puasa. Ada beberapa imbauan penting dari dokter dalam masalah ini.

Di bulan Ramadan, pola makan kita tidak boleh jauh berbeda dengan sebelumnya dan jika perlu harus sederhana. Pola makan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi berat badan. Bulan Ramadan sesungguhnya adalah kesempatan baik bagi mereka yang menghadapi masalah kegemukan.

 

Dengan dimulainya bulan Ramadan dan lamanya waktu berpuasa, tubuh memerlukan makanan untuk tetap dapat beraktivitas secara normal. Berpuasa tanpa sahur akan sangat merugikan bagi sistem pencernaan. Para dokter menekankan untuk makan sahur secara sempurna mengingat jam berpuasa yang panjang. Kita harus memilih menu makanan yang memerlukan waktu lama untuk tercerna.

 

Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bertahan lama dalam pencernaan seperti biji dan kacang-kacangan, serta buah-buahan seperti pisang dan makanan yang mengandung fiber tinggi (buah dan sayur-sayuran), serta  makanan yang mengandung protein dan mineral seperti telur, daging dan berbagai produk susu dan olahannya. Dianjurkan pula menghindari makanan-makanan berlemak dan gorengan serta yang mengandung kadar gula tinggi. Dan mengingat dalam sehari setiap orang harus mengkonsumsi sedikitnya delapan gelas air, maka kadar air itu harus diminum antara buka puasa hingga sahur.

 

Salah satu kebiasaan yang keliru dilakukan sebagian mereka yang berpuasa adalah mereka meminum air dingin atau berbagai minuman dingin lainnya ketika berbuka puasa. Karena saat berbuka, justru sebaiknya meminum air hangat atau teh. Setelah itu disusul dengan menyantap kurma atau kismis, karena keduanya akan mengontrol nafsu makan.

 

Imam Ja’far as-Sadiq as mengatakan, “Rasulullah Saw ketika berbuka puasa, memulai dengan halwa (sejenis manisan), dan jika tidak mendapatinya maka dengan beberapa biji kurma dan jika tidak dengan air hangat. Kemudian beliau berkata bahwa itu semua akan membersihkan lambung dan liver dan menghilangkan sakit kepala.

 

Memakan berbagai jenis sup ketika berbuka puasa, akan menjaga keseimbangan air dan mineral. Untuk memenuhi tuntutan air yang diperlukan badan, sebaiknya setelah berbuka dan sampai sebelum tidur untuk secara gradual memakan buah-buahan, teh tidak pekat dan juga air.

 

Salah satu langkah penting dalam penyucian diri dan pembersihan jiwa dari hawa nafsu dan godaan setan adalah perhitungan. Muhasabah atau penghitungan adalah bahwa di akhir tahun, bulan, pekan atau di akhir setiap hari, menghitung semua amal dan perilakunya. Dia harus mengurai semua yang dilakukannya pada hari itu baik kebaikan atau kemunkaran, ketaatan atau ketidakpatuhan, penghambaan atau penyimpangan. 

 

Penghitungan ini harus dilakukan terperinci sama seperti yang dilakukan seorang pengusaha atau pedagang sukses di mana dia selalu melakukan kalkulasi teliti setiap keuntungan dan kerugian. Penghitungan baik dalam urusan duniawi maupun akhirat juga memiliki banyak manfaat.

 

Salah satunya adalah jika hasil penghitungan menunjukkan keuntungan yang melimpah, maka itu juga mengindikasikan baiknya kinerja dan amalnya. Dengan hasil tersebut, maka seseorang mengetahui bahwa apa yang dilakukannya benar dan harus dilanjutkan. Akan tetapi jika hasil penghitungan menunjukkan kerugian cukup besar, maka seseorang akan mengetahui bahwa dirinya sedang menghadapi krisis dan bahaya yang harus segera diselesaikan.

 

Hal yang sama juga terjadi untuk urusan akhirat. Setiap orang harus waspada tentang apa yang didapatkannya dengan terbuangnya usia? Seperti apa pula hasil penghitungan akhirnya? Apakah menguntungkan atau merugikan? Jika menguntungkan maka baik untuknya! Akan tetapi jika merugikan, maka harus segera diantisipasi agar tidak semakin merugi dan kemudian mencari jalan untuk secara perlahan membenahi kinerjanya hingga sepenuhnya mendatangkan keuntungan.

 

Dalam hal ini Imam Ali as berkata, “Barang siapa menghitung dirinya sendiri, maka dia akan mengetahui berbagai aib dan dosa-dosanya serta akan bertobat dan membenahi dirinya.

 

Penghitungan amal, perilaku dan ucapan akan meningkatkan kejelian seseorang. Dalam penghitungan yang terperinci, seseorang bukan hanya amalnya, melainkan juga akan mempertimbangkan seluruh pemikiran dan niatnya, sehingga dia dapat menemukan sumber penyebab semua masalah. Manusia yang penuh perhitungan jika suatu saat merasa senang atau mendadak sedih, dia akan merenungi sebab kondisi batin ini dan akan mencari sebab-sebab utamanya. Atau ketika dia mengemukakan pendapat tentang satu masalah, dia akan bertanya kepada dirinya sendiri apakah ungkapannya demi keridhoan Allah, demi mencari perhatian orang lain, atau karena ingin pamer?

 

Rasulullah Saw dalam salah satu wasiat beliau kepada Abuzar al-Ghifari, salah satu sahabat terpercaya dan setia beliau bersabda, “Wahai Abuzar, hisablah dirimu sendiri sebelum kau akan dihisab  (dihitung amalmu), karena hal tersebut akan mempermudah hisabmu di hari kiamat. Dan nilailah dirimu sebelum kau dinilai dan persiapkan dirimu untuk hari kiamat di mana tidak ada sesuatu apapun yang akan tersembunyi...

 

Meski tidak ada penentuan waktu khusus untuk penghitungan amal kita, akan tetapi bulan Ramadan adalah peluang sangat baik dalam hal ini. Sayid bin Tawus, ulama abad keenam hijriah dan salah satu guru besar akhlak dalam hal ini mengatakan, “Sebagian orang, tahun baru mereka adalah Farvardin (bulan pertama dalam kalender hijriah syamsiah) dan berusaha memakai baju baru, sama seperti pepohonan di mana awal tahun mereka adalah Farvardin (yang awal musim semi) dan mengenakan baju baru. Tahun baru seorang petani adalah awal musim gugur di mana mereka akan menghitung pendapatan dari kebun mereka. Bagi pengusaha yang memiliki pabrik, awal tahunnya ditentukan pada kesempatan lain, akan tetapi bagi mereka para penempuh sairus suluk, awal tahun mereka adalah bulan Ramadan yang penuh berkah. Mereka akan menghitung diri mereka sendiri telah sampai pada derajat spiritualitas mana dia dari Ramadan tahun lalu, dan pada tingkat spiritualitas mana sekarang dia berpijak? Bulan Ramadan adalah persada cinta dan bulan penghitungan bagi para salikin.”

 

Kristiane Backer, seorang mualaf, menilai bulan Ramadan sebagai kesempatan untuk mengasah tekad. Dia juga mengatakan bahwa berpuasan di bulan Ramadan, indah dan penuh dengan kenangan. Dia mengatakan, “Pada hari-hari Ramadan, selalu ada semangat dan keceriaan tersendiri dalam diri saya. Karena kitab langit al-Quran diturunkan kepada Rasulullah Saw pada bulan Ramadan.”

 

Dikatakannya pula bahwa berpuasa dan kemampuannya untuk menunaikannya, telah membantu dirinya untuk semakin mendekatkan diri dengan Allah Swt. Katanya, “Prinsip dan kaidah bulan Ramadan setiap hari memberikan kepada saya pegalaman sukses baru, setiap kali iftar, saya selalu merasakan kobaran bara api kemenangan dalam hati saya.”