Jun 22, 2016 10:09 Asia/Jakarta

Suhu udara yang semakin panas di bumi tercinta ini membuat kaum Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa lekas letih dan lemas. Namun, semua keletihan ini terbayar dengan pahala yang mereka raih dan mereka juga sangat gembira menyambut bulan Ramadan.

Semua kepayahan dan kesulitan ini tentu saja berbuah kebaikan untuk orang-orang yang menjalaninya. Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baiknya amal adalah pekerjaan yang paling sulit. Semakin sulit amal perbuatan yang dikerjakan, maka semakin besar pula balasan yang akan diterima.” (Bihar al-Anwar, jilid 7)

 

Berpuasa di tengah suhu panas merupakan salah satu perbuatan baik yang banyak dipuji dalam riwayat. Sheikh Saduq dalam bukunya Tsawabul A'mal, menyinggung tentang pahala menjalani puasa di musim kemarau dan menukil salah satu riwayat dari Imam Jakfar Shadiq as, “Barang siapa yang berpuasa satu hari di musim panas dan ia merasa kehausan, maka Allah akan mengirim seribu malaikat untuk mengusap wajah orang tersebut dan memberi kabar gembira kepadanya. Dan ketika waktu berbuka tiba Allah berfirman, ‘Betapa harumnya engkau. Wahai para malaikat-Ku! Jadilah kalian sebagai saksi bahwa Aku pasti mengampuni dosa-dosanya.’” Lalu, apakah kasih sayang Allah ini kepada hamba yang berpuasa tidak patut disyukuri?"

 

Sayidah Maryam as menghabiskan umurnya dalam ibadah dan mencapai derajat spiritual tertinggi. Setelah kematiannya, Nabi Isa as bertanya kepadanya, “Wahai ibu! Apakah engkau ingin kembali ke dunia?” Maryam menjawab, “Iya, aku ingin kembali dan menunaikan shalat di malam-malam yang sangat dingin dan berpuasa di hari-hari yang cukup panas. Wahai putraku! Jalan ini sangat menakutkan dan mengerikan.” Ucapan yang keluar dari lisan suci Maryam merupakan sebuah peringatan bagi kaum Mukmin dan juga pedoman hidup sehingga mereka tahu cara mengumpulkan bekal untuk hari akhirat nanti.

 

Oleh karena itu, selama kita masih hidup di dunia, maka gunakanlah kesempatan yang diberikan Allah Swt dengan sempurna. Rasul Saw bersabda, “Sungguh beruntung orang-orang yang lapar dan haus karena Allah. Mereka akan kenyang di hari kiamat dan tidak pernah merasakan rasa lapar dan dahaga.” (Wasail al-Syiah, jilid 7)

 

Kaum Muslim bisa mengurangi rasa dahaga di sepanjang hari puasa dengan sebuah pola konsumsi yang baik. Minum air antara 8-12 gelas mulai dari waktu iftar sampai sahur bisa mengurangi dehidrasi di sepanjang hari aktivitas. Salah satu kiat lain untuk mengatasi rasa haus di bulan Ramadan adalah mengkonsumsi banyak buah dan sayur. Selain bisa lebih bertahan terhadap rasa haus, juga mampu memperlambat perjalanan makanan ke saluran pencernaan. Jadi kita akan merasa lebih kenyang dan tidak cepat lapar di antara waktu makan.

 

Setelah menyantap sahur dan ketika hendak menggosok gigi, dianjurkan untuk memakai pasta gigi sedikit saja sehingga bisa mengurangi rasa kering di mulut. Sementara untuk berbuka puasa, kita disarankan untuk tetap mengkonsumsi makanan dengan kaya serat, karbohidrat, protein, dan kandungan gizi lainnya yang tentunya baik bagi tubuh. Berbuka puasa juga sebaiknya diawali dengan minuman atau makanan manis, seperti teh manis atau kurma. Ini dilakukan untuk menaikkan kembali gula darah setelah selama sehari penuh tidak mendapat asupan makanan dan minuman. Kurma merupakan salah satu makanan manis yang dianjurkan saat berbuka, karena ia memiliki kandungan yang sangat baik bagi tubuh.

 

Ketika seluruh Jazirah Arab masih hidup di masa jahiliyah pada 14 abad lalu, Rasulullah Saw sudah memberi kiat hidup sehat untuk umatnya dan beliau bersabda, “Berpuasalah kalian supaya sehat." Di agama-agama lain, puasa juga dianggap bermanfaat untuk kesehatan jiwa dan mental. Akan tetapi keistimewaan puasa untuk tubuh belum terungkap sampai sebelum tahun 1900 dan setelah itu, para ilmuwan melakukan penelitian besar-besaran untuk mengetahui manfaat puasa untuk kesehatan. Mereka berkesimpulan bahwa puasa berperan dalam menyembuhkan berbagai penyakit seperti, obesitas dan juga penyakit-penyakit seperti, diabetes dan epilepsi.

 

Menariknya, riset tentang manfaat puasa untuk kesehatan tidak hanya dilakukan di negara-negara Muslim. Di banyak negara lain khususnya Amerika dan Eropa, puasa dianggap sebagai sebuah alternatif untuk terapi. Di Swiss, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat, dilakukan sebuah penelitian komprehensif tentang metode terapi dengan puasa. Banyak ahli kesehatan yang sudah membuktikan manfaat puasa sebagai terapi penyembuhan penyakit. Sebut saja misalnya, Bernard Jhonson dari Kanada yang telah membuktikan keampuhan terapi puasa ini pada lebih dari 50 ribu kasus penyakit di tempat praktiknya di Kanada. Selain itu ada juga Sofneir Laf Vivin (Perancis), Yuri Nikolayev (Rusia), Otto Buchinger (Jerman), Allan Cott (Amerika) dan Shalton (Inggris), juga menganjurkan dan menerapkan terapi pengobatan dengan puasa.

 

Sebagai metode terapi, puasa berperan mengatur asupan dan mengurangi penumpukan lemak dalam tubuh. Selain itu, puasa juga berguna untuk menyehatkan dan memperlancar kerja organ-organ vital tubuh. Dokter Yuri Nikolayev menganggap puasa sebagai penemuan terbesar di bidang kesehatan. Puasa mampu membuat seseorang menjadi awet muda dan sehat secara fisik, mental, dan spiritual.

 

Bulan Ramadan juga merupakan momentum terbaik untuk melatih memperbaiki perilaku individual dan sosial. Jika manusia selalu mengawasi perilakunya di bulan puasa dan menanamkan nilai-nilai moral dalam dirinya, maka setelah Ramadan usai, mereka tetap akan mampu mempertahankan nilai-nilai baik tersebut. Salah satu persoalan moral adalah menjaga hak-hak orang lain. Hakkun Nas adalah hak yang harus ditunaikan oleh seseorang dalam hubungannya dengan orang lain. Ada banyak perkara yang berhubungan dengan hak orang lain seperti, tidak merampas keselamatan dan harta orang lain. Dengan kata lain, kita tidak boleh berbuat sesuatu yang dapat membahayakan jiwa dan harta orang lain.

 

Tidak merendahkan harga diri orang lain juga merupakan bagian dari Haqqun Nas. Manusia harus menjaga sikapnya sehingga tidak mengorbankan harga diri orang lain atau menjatuhkan kehormatannya di tengah publik. Oleh sebab itu, mereka harus menghindari segala bentuk tindakan yang dapat menistakan kehormatan orang lain, seperti; menjauhi ghibah (membicarakan keburukan orang lain), tidak berbohong atas nama orang lain, tidak mencela orang lain, dan tidak mengumbar rahasia orang lain. Setiap individu jelas memiliki rahasia yang tidak ingin diketahui oleh khalayak, harga dirinya akan terhina jika rahasia itu diumbar.

 

Mengabaikan hak-hak orang lain akan membawa dampak-dampak negatif bagi manusia. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa seluruh dosa diampuni dengan taubat, kecuali dosa yang ada kaitannya dengan hak orang lain. Dengan kata lain, dosa seseorang tidak akan terampuni selama hak-hak orang lain masih ada di pundaknya, kecuali ia sudah menunaikan utang tersebut atau meminta kerelaan dari pemiliknya. Bahkan jika seseorang menunaikan banyak puasa atau shalat tahajud di sepanjang hidupnya, maka sama sekali tidak akan menghapus dosa yang terikat dengan hak orang lain.

 

Merampas hak orang lain termasuk dosa yang langsung memiliki dampak buruk bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dampak itu mungkin muncul dalam bentuk musibah, penyakit, dan kesusahan hidup. Pada dasarnya, perbuatan tercela ini tidak hanya membawa petaka di dunia ini, tapi juga mengundang azab Ilahi di akhirat kelak. Dalam riwayat disebutkan bahwa semua dosa orang yang syahid akan dihapus sejak tetesan darahnya yang pertama, kecuali dosa yang terkait Hakkun Nas. Fakta ini memperlihatkan tentang kedudukan tinggi Hakkun Nas sehingga cawan syahadah juga tidak bisa melunasi utang-utang mereka.

 

Bulan Ramadan merupakan momentum terbaikuntuk menjaga hak-hak orang lain dan menghindari perilaku yang membuat ketenangan individu dan masyarakat terampas.Rasulullah Saw dalam khutbah Sya’baniyah bersabda, “Barangsiapa menahan keburukannya dibulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.